Akhir Bahagia

870 55 11
                                    

-- Kamu tau aku minta apa? Aku minta, Tuhan mengakhiri takdir kita berdua dengan akhir yang bahagia --


Ok, walaupun judulnya Akhir Bahagia tapi ini masih bersambung yup :) Belum Ending! Selamat membaca^^

===

"Ka-kamu hiks..." Ibunya gugup, dokter pun hanya bungkam. Mereka hanya menatap Renal dengan rasa iba. Firasat buruknya mulai muncul dan nafasnya mulai menderu. Batin Renal menerka-nerka jawaban yang akan ia dengar. 'Ada apa dengan mereka semua? Sebenarnya aku sakit apa?'. Pertanyaan itu terus menggema di dalam pikirannya.

"Kamu sakit hiks.. leokimia stadium satu hiks.." sang Ibu menjawab pertanyaannya. Renal seketika langsung di peluk oleh Ibunya. Tangisan Ibunya tak tertahan.

Leukimia biasa disebut juga dengan penyakit kanker darah, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel tidak perlu dalam pembentukan darah di sumsum tulang belakang dan jaringan limfoid. Leukimia biasanya terjadi pada sel darah putih yang mengakibatkan sel darah putih menjadi lebih banyak dari sel darah merah.

"Gak mungkin! Ma! Aku gak mungkin sakit leokimia!" Dia mulai berteriak dan tubuhnya mulai berontak tak terkendali. Jarum infus yang tertanam di tangannya mulai lepas mengeluarkan darah. Sakit sekali!

"Sabar nak, hiks.. Ini masih stadium satu dan kemungkinan kamu sembuh itu besar.." sang Ibu mencoba untuk menenangkannya. Dokter dengan sigap menyuntikkan obat penenang. Tubuhnya mulai lemas dan tenang kembali. Semenjak itu, Ibu Renal terus di sampingnya. Ibunya mulai memperhatikannya, bahkan sampai meninggalkan pekerjaannya demi sang anak. Mereka berdua mulai menjalin hubungan baik lagi antara Ibu dan anak.

Di luar ruangan, Kia menangis tak henti-henti. Tiap detiknya seperti jarum menusuk tubuhnya saat Kia menyaksikan kesedihan Renal. Ingin sekali dia masuk ke dalam dan memeluknya. Tapi, Kia tak ingin Renal melihatnya lemah seperti ini.

"Kia.." seseorang menyebut namanya dari belakang. Gadis itu langsung menghampiri sang kakak dan memeluknya. Dia menangis dalam pelukan. Jika tubuhnya tak di tahan oleh sang kakak, mungkin Kia sudah jatuh lemas.

"Kakak di sini, kamu yang sabar," Tangan Kai mulai menepuk-nepuk bahu adiknya. Berharap adiknya tetap tenang. Tapi apalah daya, hati Kia sudah hancur berkeping-keping saat mendengar perkataan dokter tentang kekasihnya.



ღღღღ



"Ngapain kamu di sini?!" tanya Renal dingin. Dia terus memalingkan wajahnya dan tak menatap gadis di sampingnya. Kia merasa aneh dengan sikap Renal. Kenapa dia bersikap dingin? Bukankah baru saja semalam mereka makan malam romantis. Udara dalam ruangan itu pun menjadi hampa.

"Maaf semalam aku pulang tanpa pamit. Aku gak tega bangunin kanmu." jawab Kia yang mencoba terus tersenyum. Renal tak berucap, dia hanya memasang ekspresi dinginnya. Kia mengambil piring yang sudah ada makanannya. Tangannya kini mulai menyuapi Renal.

"Pergi! Gue bilang pergi!" teriak Renal. Tangan Kia langsung ditepis Renal. Makanan ditangannya kini berantakkan mengotori lantai. Piringnya pun hancur berkeping-keing. Kia terkejut dengan sikap Renal yang berubah total.

"Gue mohon pergi. Gue gak bisa ngebiarin lo tetep bareng orang yang berpenyakitan kaya gue." ucap Renal dalam hati. Jujur Renal tidak tega mengusir gadisnya itu. Tapi, dia lebih tidak tega membiarkan gadisnya bersama orang yang punya penyakit.

"Sebenernya lo kenapa?! Gue tau lo sedih karna kenyataan ini. Tapi, semua akan baik-baik saja. Lo bakal sembuh! Jangan gini, gue mohon.. hiks.. hiks.." Kata Kia. Raga Kia bagai terhempas saat melihat Renal seperti ini. Sesakit itu kah? Sampai Rena tidak mau Kia melihatnya?. Tubuh Kia lemas dan terduduk di lantai.

Tanpa sadar tangan Kia menyentuh pecahan kaca dari piring. Renal yang melihat itu seketika turun dari tempat tidur. Kedua tangannya memegang bahu Kia dan membantunya untuk bangun. Matanya tertuju pada luka Kia. Dengan sigap dia mengambil kotak P3K yang ada di ruangannya lalu mengobati luka Kia.

Setelah lukanya diobati oleh Renal. Kia langsung memeluk sang pujaan hatinya dengan erat. Tangannya menepuk-nepuk bahu Renal. Mengisyaratkan bahwa 'aku bersamamu dan semuanya akan baik-baik saja'. Mata Kia mulai meneteskan air mata. Batinnya amat sakit melihat Renal dalam keadaan seperti ini. Kini tangannya memegang erat tangan sang cowok.

"Kamu inget kan apa yang kamu tulis di dalam surat, saat aku nyatain perasaanku? Kamu inget kan kamu pernah minta sama Tuhan, kamu ingin Tuhan mengakhiri takdir kita berdua dengan akhir yang bahagia. Jadi jangan pernah meminta aku untuk pergi. Karna jika Tuhan tidak mengabulkan keinginanmu, maka aku yang akan mengabulkannya. Aku janji aku akan mengakhiri takdir kita berdua dengan akhir bahagia. Kamu harus kuat, kamu harus sembuh! Pleasee.. demi aku."

"Tapi semua itu saat aku belum sakit. Kamu tidak akan bahagia bersamaku karena penyakitku ini. Jika aku terus menahanmu di sini, sungguh aku sangat egois! Aku mohon Kia jangan membuatku menjadi lelaki egois." ucap Renal sembari memegang tangan Kia. Dia terus memohon pada gadisnya itu.

"Kamu tahu kalau aku sangat bahagia saat bersamamu? Begitu pun sekarang, aku tetap bahagia. Kamu tidak akan menjadi lelaki egois. Tapi sebaliknya aku yang egois! Aku tidak akan pernah putus denganmu, karena aku ingin bahagia. Jadi jangan pernah memintaku untuk menjauhiku."

Air mata penuh keputusasaan itu mulai tercurah hebat dari keduanya. Kia berdoa untuk laki-laki yang dicintainya. Kia perlahan tersenyum sambil meneteskan air mata. Perlahan, tangannya mengusap air mata sang kekasih dihadapannya.



- Surat Renal di chapter 'Satu Alasan' -

"Kita secara kebetulan bertemu tiga kali. Aku percaya takdir itu dan kamu pun harus percaya. Walaupun ini bukan pertama kalinya aku jatuh cinta, tapi aku meminta untuk pertama kali pada Tuhan. Kamu tau aku minta apa? Aku minta, Tuhan mengakhiri takdir kita berdua dengan akhir yang bahagia."




Makasih yang udah Comment :D

Yuk  Comment plus Vote nya masih di tunggu sebelum next^^    

Fate Of Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang