Kembalikan Oksigenku! ( Renal Pov )

976 47 6
                                    

-- Cepat sembuh dan kembalikan oksigenku --


Setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap hari telah ku habiskan beberapa bulan ini bersamanya. Hatiku mulai terbiasa oleh kehadirannya. Senyuman yang dia berikan setiap kali bersamaku kini telah melekat dalam pikiran. Seperti hari ini, jika senyuman itu tak kulihat sehari saja rindu ini mulai melanda. Kehadirannya bagaikan oksigen untukku bertahan hidup di dunia yang hampa ini. Memang benar apa kata orang, hal tersulit jika sedang jatuh cinta yaa nahan rindunya.

Kenapa dia gak masuk sekolah? Dan kenapa semalam dia nangis? Sial! Pertanyaan itu terus menggangguku dan menyiksaku! Apa yang harus aku lakukan? Ku telpon saja, tapi.. ah tidak tidak! Nanti dia curiga bahwa aku menyukainya.

"Hei, lo tau kenapa Kia gak masuk sekolah?" Tanyaku pada Naya karena dia cukup dekat dengan Kia.

"Wow! Apa lo sehat? Perhatian teman-teman! Seorang Renal nanya ke gue tentang keadaan Kia. Bukankah keajaiban jika seorang Renal berbicara dengan teman sekelasnya. Haha!" Kata Naya. Sial! sekalinya gue ngomong langsung di ejek, teman sekelas gue memang rese semua.

"Kayaknya Renal khawatir banget sama si Kia, mungkin mereka pacaran Nay. Selamat Renal semoga Kia tahan sama lo. Haha!" Teriak Jery meledekku.

"Yasudah kalau tidak tahu!" Ucapku dingin pada Naya, aku pun langsung duduk kembali ke tempatku. Kenapa Kia tidak menghubungiku?

"Tadi Ibu Kia sms gue, katanya Kia sakit parah jadi ga masuk sekolah. Gue gak tau dia sakit apa, tapi kalau lo mau jenguk dia masih dirumahnya ko!" jelas Naya padaku.

Deg!

Jantungku berpacu cepat, hatiku mulai tak karuan. Dia sakit apa? Apa dia baik-baik saja? Aku ingin menemuainya segera, pikiranku tak tenang.

Tik..

Tok..

Setiap detik seperti setahun bagiku, cepatlah satu jam lagi waktunya pulang sekolah. Kenapa jam dinding itu tidak berputar? Shet! Lama sekali.

Akhirnya bunyi bel telah terdengar, ini berarti waktunya pulang. Tanpa berfikir panjang aku langsung berlari ke tempat parkir. Aku segera melaju dengan motorku menuju rumah gadis yang ku khawatirkan.


ღღღღ

Tok tok!

Ku ketuk pintu itu dengan keras. Dan pintu langsung terbuka. Terlihat disana berdiri seorang lelaki dan perempuan, nampaknya dia orang tua Kia.

"Sore Om Tante," sapaku pada mereka. "Kia nya ada?" tanyaku segera. Inginku segera berlari kedalam sana untuk menemuinya. Tapi, apalah dayaku yang harus menghormati kedua orang tua Kia.

"Kia ada di dalam, kamu temannya?" tanya Ayah Kia.

"Iya, Saya Renal teman sekelasnya. Gimana keadaan Kia? Katanya dia sakit Om." tanyaku tak sabar untuk mengetahui keadaannya, jantungku berpacu lebih cepat dari sebelumnya.

"Kia sudah baikkan cuma demam biasa. Kalau kamu mau ketemu ke dalam aja. Tante sama Om mau pergi keluar. Kia lagi ngobrol sama Kakaknya di ruang tengah." jelas Ibu Kia padaku.

"Kalau gitu saya masuk. Makasih Om Tan."

Dengan langkah ragu-ragu aku pun masuk ke dalam rumah. Ku cari sosok yang sangat aku khawatirkan. Aku takut melihat keadaanya yang tak berdaya.

Nampak di sofa empuk seorang gadis yang sedang tertidur. Wajahnya pucat, seakan sinar yang terpancar setiap hari dari wajahnya kini telah redup. Sedih ku rasakan, nafas ku sesak melihat keadaanya. Gadis yang selalu ceria setiap hari sekarang sedang tertidur lemas. Aku medekatinya, ku genggam tangannya yang panas. Aku harus bagaimana? Gadis yang aku sayangi terbaring tak berdaya, apa yang harus aku lakukan?

Fate Of Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang