[04] Melupakan atau Memulai?

1.7K 107 23
                                    

Bagian Empat
•Melupakan atau Memulai?•

"Heran ya dia sudah bikin gue sakit kenapa juga gue masih suka sama dia?" - Tara Felicia untuk salah satu species cowok bangsat di sana.

"Gue ingin mendekat tapi lo sudah terlampau jauh gimana?" - Gregorius Arsya.

"Dia juga sudah bikin gue sakit dengan selalu mengumamkan nama dia. Bodohnya gue masih aja suka sama dia." - Dia perempuan, not stranger.


Sebuah dilema memang kadang senang untuk hadir, dalam frasa untuk melupakan... atau memilih untuk memulai hal yang baru.

Selamat datang lagi, semangat bersenang-senang dalam cerita ini, hope you guys enjoy ✨✨

-Detak Memori-

"LAMA banget sih lo, Sa. Nyasar kemana dulu lo?" Tara menoleh ketika dia sedang duduk di meja riasnya sembari mengusap rambutnya yang masih basah sehabis keramas beberapa menit yang lalu. Cewek itu menatap pantulan wajah Risa dari cerminnya.

Risa mendengus karenanya sembari mendudukan tubuhnya di tepi kasur Tara yang super empuk itu. "Kayak ngga tau Ayah gue aja lo. Ngga boleh gue keluar malam kalau ngga di antar sama Bang Elang. Mana abang gue belum pulang, sampai gumoh gue nungguinnya."

Tara terkekeh pelan. "Berasa putri raja yang di pingit lo, terus abis itu boleh keluar kalau ada pengawalnya."

"Nyebelin lo kalau ngomong kadang bener," balas cewek tomboy itu sembari melepaskan jaket berwarna kuning gading yang di kenakannya hingga menunjukan kaus hitam bertuliskan 'Females' di bagian dada.

"Tara gitu," sahut Tara sembari mengeringkan rambutnya menggunakan pengering rambutnya. Cewek itu lantas terkekeh pelan. "Tulisan di baju lo itu harunya ngga usah pakai 'Fe' segala, Sa. Jadinya males gitu."

"Hash ejek aja terus gue, Tapir ah lo." Risa lantas merebahkan tubuhnya di atas kasur sementara Tara menyelesiaikan ritualnya mengeringkan rambut sebahunya itu.

"Lah habis kelakuan lo kayak kuli aja ngga kayak anak perempuan, mana pakai celana kain pendek gitu, sandal abang elo, rambut di ponytail, cuma pakai kaus aja, ngga pakai make up segala. Heran gue."

Risa mengembuskan napasnya kasar. "Elo, Ulli sama, Nats ngga ada bedanya anjir. Untung Nida biasa aja sama gaya santai gue."

Tara menolehkan kepalanya menatap salah satu sahabatnya itu dengan tatapan datarnya. "Demi kebaikan lo juga kan. Ngga usah nething, gitu. Kita -kita cuma mau kasih saran aja, Sa." Cewek itu membalas. "Lo itu bakal kelihatan lebih cantik lagi kalau di poles dikitan aja, percaya sama gue."

"Yaelah, sama kalian berempat aja gue masih kalah cantik." Risa menyahut sembari memainkan ponselnya lagi sembari tersenyum tipis melihat foto seorang cowok jangkung pada laman instagram cowok itu.

"Gaya sudah kayak preman aja masak masih aja minder?" Tara menyahut sembari mencabut kabel pengering rambutnya dan mengusapkan vitamin rambut pada rambut setengah keringnya barusan dengan cekatan.

"Siapa yang minder sih? Emang fakta kok."

Menghembuskan napasnya pelan. Tara lalu mengikuti Risa yang sedang asyik mendudukan tubuhnya di atas kasur Tara lengkap dengan ponsel yang menemaninya. "Mau sampai kapan sih, Sa. Lo perjuangin cowok yang ngga peduli gitu?" tanyanya dengan nada serius.

Detak memoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang