[07] Berteman dengan Perih

1.5K 106 19
                                    

Bagian tujuh
•Berteman dengan Perih•

"Lo tau lihat lo tertawa dengan dia ada perih yang menyergap batin gue? Gue benci mengakuinya. Tapi perasaan itu memang nyata."Arsya.

"Bohong kalau gue selama ini bilang gue benci lo. Lihat lo bagi iklan pasta gigi sama dia aja gue sakit. Iya, gue benci saat dia dengan mudahnya memancing tawa lo."Tara.

"Heran ngga lihat orang saling bilang benci tapi nyatanya saling suka?"Litzy


Namanya juga gengsi, bro.

Hehehe... hello lagi ✨✨

-Detak Memori-

SORE dengan jingga yang mengantung manis pada langit. Tara baru saja sampai di rumahnya sehabis membeli beberapa novel tadi sekalian menemani Dewa jalan-jalan.

Masih dengan seragam putih abu-abunya. Iya, dia sepakat untuk pulang di antar Dewa tadi. Kali pertama dia mau jalan dengan seorang laki-laki kembali. Setelah dia tentunya.

Hal itu mengundang senyuman penuh arti dari Risa, Nida, Tara dan Nats tentunya. Pasalnya Tara akhir-akhir ini sangat malas membahas mengenai laki-laki manapun. Apalagi dia yang namanya malas di sebut.

Tara menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang kali ini dilapisi dengan seprai bertema flora kesukaannya. Ya katakanlah Tara itu girly banget, anggap aja.

Perasaannya benar-benar sedang tidak baik saja hari ini. Sedari tadi sejak di sekolah Tara selalu bertemu dengan dia, entah sudah takdir atau memang sengaja bertemu.

Mulai dari berpapasan di koridor, hampir bertabrakan di kantin, dan saat cowok itu mampir ke kelasnya untuk menemui salah satu temannya. Tara benci melihatnya, iya melihat dia dengan segala luka yang masih sampai saat ini berdenyut perih.

Katakanlah Tara ini galon alias gagal move on dari dia. Memang faktanya begitu. Tara mengakuinya kali ini.

Dia benci pada perasaannya yang terlalu lemah dan berharap pada cowok itu. Gregorius Arsya, kakak kelasnya yang sialnya pernah menjadi pacarnya dulu. Iya, dulu yang masih Tara ingat sampai sekarang.

Masih teringat perkataan Risa beberapa hari yang lalu. "Sudah tau dia bangsat, kenapa masih suka?" begitu kata cewek tomboy yang satu itu.

Dia dan Risa sebenarnya hampir sama. Sama-sama menyukai cowok yang selalu membuat mereka merasakan luka yang sama. Patah hati mungkin, tapi lebih banyak kecewanya baginya. Arsya itu menyebalkan dengan segala reputasi buruknya. Tapi dia suka dari sisi lain dari playboy kelas kakap itu.

"Ngga, Tar. Penting banget lo pikirin dia, kayak dia mikirin lo aja," gumamnya pada diri sendiri sembari menghilangkan bayangan Arsya dari kepalanya. Tara sangat benci.

Di raihnya ponselnya dari dalam tas sekolahnya tadi. Setelahnya di lepasnya case warna hitam dari benda pipih berwarna gold itu. Sebuah note kecil berwarna kuning yang berada di sana dengan tulisan cukup rapi untuk ukuran cowok.

Tar, aku kangen kamu. Cepat sembuh ya, kayak ada pahit-pahitnya gitu ngga lihat senyum kamu di sekolah. Aku sayang kamu 😸 — Arsya Ganteng pakai banget.

Detak memoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang