[18] Jatuh Lagi

412 42 13
                                    



"Lo tau apa yang lebih egois ketimbang mementingkan kebutuhan sendiri? Mempertahankan orang yang jelas udah pengen lepas dari elo. Orang yang bahkan udah lo buat kecewa berkali-kali. Selfish." - Kenzie A.


"... kadang melepaskan hati yang sudah lelah itu juga perlu, walaupun tetap susah untuk melupakannya." - Avalonia.


Aku berharap, semoga semesta masih mempercayakan cerita ada kita. Harapan kecil yang menyenangkan.



HALO LAGI AKHIRNYA!!!!

Dah lama ngga update, duh. Gimana ada yang masih kangen ngga dengan cerita ini???

Semoga aja ada :)

HEHEHE SELAMAT DATANG KEMBALI!!!

ENJOY YA!

-Detak Memori-

"Nats..."

Nats yang sedang asyik memesan makanan jadi menoleh, menatap Arsya yang tiba-tiba saja ikutan berdiri di sebelahnya. Padahal dia tadi kelihatannya asyik guling-gulingan gelut sama rival berantemnya, siapalagi kalau bukan Damar di gazebo tadi.

"Udah berantemnya?" kekeh Nats dengan santainya yang membuat Arsya mendecih kecil, menepuk kepalanya.

"Kayak ngga tau mulut comelnya Damar aja," balas Arsya sewot, lantas tertawa begitu saja melihat Nats mendengus sembari mengusap kepalanya. "Gitu aja sakit!"

"Ya abis digetok mana ada ngga sakit?!" decak Nats dengan sebal. "Ada apasih?? Ngga mungkin banget lo nyamperin gue gini kalau ngga lagi butuh."

Arsya melotot, lagi-lagi mengetuk kepala Nats dengan kepalan tangannya. "Heh, lo kan ceritanya dah jadi adek gue gimana sih? Adek durhaka sama kakak?!"

Melihat Arsya yang sudah dramatis begini membuat Nats memutar bola matanya malas. Sejak deklarasi Damar dan Arsya waktu itu membuatnya jadi mempunyai status baru begitu. Lagian Arsya itu ya kelihatannya aja cool diluar, apalagi dengan profil tegas wajahnya yang memiliki aura susah didekati-nyatanya pemuda itu tidak jauh berbeda dengan Damar yang konyol. Nats saja heran pacarnya itu bisa berteman dengan dua species rusuh macam Arsya dan Damar begitu.

"Dahlah to the point aja. Kenapa?"

Arsya mengembangkan senyumannya. "Hahaha... lo tuh kadang emang pengertian, ngga kayak pacar lo noh." Arsya mengarahkan dagunya ke arah Damar yang sedang asyik sengol-sengolan dengan Harris, main game dengan Damar yang sudah sangat heboh menganggu konsentrasi Harris.

"Ih, gue bilangin ya..."

"Eit, dah berani ngancem." dengus Arsya sembari memutar bola matanya malas. "Eh, tapi serius deh mau nanya gue."

"Ya apa?" Nats jadi merubah posisinya, menyandarkan sikunya pada meja, menatap Arsya sepenuhnya dengan tatapan penasarannya.

Mendadak salah tingkah, membuat Arsya mengacak rambutnya pelan. "Soal Tara... dia emang segitunya ya benci banget sama gue?"

Mengerti arah pembicaraan Arsya membuat Nats menghela napasnya pelan. "Gue ngga tau ya, Sya. Hubungan masa lalu lo sama Tara kayak apa dan sedrama apa, tapi yang gue tau Tara kelihatannya benci sama lo."

Detak memoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang