EMPAT

30 4 0
                                    

Rasa kesal masih menyelimuti pikiran Thalia.
Jika cowok itu berani menyentuh wajahnya, dirinya tidak segan-segan mengelurkan sifat gentelnya untuk menghajar cowok itu.

Thalia tidak mempedulikan apa yang akan terjadi setelah perkelahian itu. Jika hari ini Thalia tidak bertemu cowok itu, maka kejadian hari ini tidak akan seperti ini.

"Eh Thal, lo tau nggak yang mau berantem sama lo itu siapa ?" tanya Karina memastikan.

"Emang gue peduli dia siapa. Mau dia anak kepala sekolah, ketua yayasan, atau dotanur sekolah ini, atau apalah itu, gue tetoap nggak peduli. Lo tau kenapa? Karena dia yang nabrak gue dan dia udah tumpahin minuman itu ke baju gue sampai basah kayak gini". protes Thalia.

"Bukan itu maksud gue, Thal".

"Truss?"

"Dia itu Dirga. Cowok pentolan sekolah yang sering buat masalah, dan dia udah berulang kali masuk BP.
Lo tau kan cowok yang keseringan masuk BP tipenya kayak gimana?. Yang lebih anehnya lagi, banyak cewek yang naksir sama dia.

"Dan lo juga naksir sama dia?" Tebak Thalia.

"Amit-amit ya,Thal. Sesuka-sukanya gue sama cowok. Gue nggak mungkin suka sama cowok brandalan kayak dia". bela Karina.

"Bagus deh kalau gitu. Jadi, Dia itu Dirga ? tanya Thalia memastikan lagi, takutnya apa yang ia dengad tadi salah.

"ya iyalah,Thal".

"Gue jamin. Setelah kejadian ini. pasti dia akan cari lo buat lanjut masalah ini. lanjut Karina.

SentimentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang