Hari ini seperti biasanya, Thalia hanya menikmati keheningan di kelas sendirian, selagi kedua sahabatnya pergi ke kantin.
Kejadian kemarin benar-benar melelahkan, Ia bisa bertemu dengan manusia berandalan itu dan masih sempat untuk membantunya.
Ia merasa sangat kelelahan. Wajah pucatnya seringkali membuat orang bertanya-tanya apakah gadis ini menderita sebuah penyakit mematikan?. Akhirnya, dirinya memutuskan untuk beristirahat sebentar.
"Heh, woi !!! Thalia !!! " tegur orang itu seraya membangunkan Thalia dari tidurnya.
Rasanya sekarang ia akan terkena Jantungan. Kerena sudah sering kali orang mengagetkannya.
"Bisa nggak lo nggak kagetin gue. Gue kayaknya udah ada bibit-bibit penyakit jantungan di tubuh gue" teriak Thalia menggemaskan sambil meraba dada kiri nya.
"Thanks buat kemarin" lanjut cowok itu.
"Lo ngomong apa? Gue ngga denger".Tanya Thalia.
"Terima kasih nona Thalia Permasenja, kerena udah bantuin gue kemarin, obatin luka gue kemarin". Ucap Dirga dengan senyum asal-asalan.
"Itu yang gue mau. Ucapin makasih itu, harus kayak gitu, jangan kayak tadi".
"Terserah lo. Yang terpenting sekarang, utang permintaan maaf gue udah lunas. Udah terbayar semuanya".
"Hah? Ucapin terima kasih aja lo bilan utang ? nggak nyangka gue". Kata Thalia tidak percaya dengan apa yang barusan keluar dari mulut laki-laki yang sedang berada di depannya itu.
"Jangan di permasalahkan, itu prinsip gue" jawab Dirga enteng dengan nada sombongnya.
"Dasar aneh"
"Lo tuh yang aneh. Dari pada lama-lama disini mendingan gue pergi".
"Pergi sana. Siapa juga yang mau lihat muka lo dan mau ngeladenin lo". Kata Thalia sambil membuang mukanya.
"Lo nggak mau lihat muka gue? Ganteng kayak gini. Cuma orang cantik yang bisa lihat kegantengan gue". Kata Dirga sambil menarik dagu Thalia lebih dekat, hingga Thalia bisa merasakan napas berirama Dirga.
"Lo pi....kir gue jelek ?"tanya Thalia gugup.
"Emang iya jawab Dirga mengejek. Kenapa ? marah?".
Dirga akhirnya langsung lari keluar kelas karena takut Thalia melakukan sesuatu yang tidak diharapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sentiment
Teen FictionSorry, bukannya gue ngga mau, tapi gue ngga bisa. Gue pernah disakiti sama orang. Bukan hanya pernah, tapi udah sering disakiti. Hal yang paling sakit itu, ketika orang yang paling kita sayang, sakiti kita, lalu pergi meninggalkan kita begitu saja. ...