Lima

35 3 0
                                    

Loceng sekolah berbunyi pertanda bahwa pelajaran di sekolah sudah selesai.
Semua siswa langsung bergegas pulang menuju rumah mereka masing-masing.

Seiring dengan banyak siswa yang berjalan kaki, dijemput, maupun yang naik kendaraan umum. Keadaan sekolah sudah mulai sepi. Hanya tinggal beberapa siswa yang menunggu jemputan.

Kali ini, Thalia sengaja pulang dengan berjalan kaki. Ia ingin mencoba sesuatu yang baru, karena selama ini ia menggunakan kendaraan roda dua miliknya.

Ketika sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Dilihatnya dari jauh segerombolan siswa memegang kayu, batu, dan barang tajam lainnya. Karena ketakutan Ia segera bersembunyi agar tidak seorang pun yang terlibat dalam tawuran itu melihatnya.

Tiba- tiba seseorang memegang bahunya. Perasaannya semakin takut. Lalu ia pun berbalik.

Dan syukurlah. Orang yang memegang bahunya adalah Mike si anak baru itu. Thalia tiba-tiba menarik tangan Mike agar geng yang tawuran itu tidak melihat mereka berdua.

"Heh... lo nggak lihat apa orang tawuran di depan?. Kalau lo masih berdiri kayak tadi, bakalan habis kita disini". Kata Thalia marah sekaligus takut ketahuan mereka yang ikut tawuran.

"iya iya, gue minta maaf".kata cowok itu dengan muka memelas karena rasa bersalah.

"Nggak usah pasang muka melas gitu juga kali, biasa aja".

"Oh iya, nama lo siapa? Tadi itu pas lo kenalin diri lo di depan, gue nggak sempat dengar. Soalnya gue sibuk sama tas ini nih yang tiba-tiba rusak". Lanjut Thalia sambil menunjukkan tasnya.

"Gue Angga. Angga Wijaya. Nama lo?" tanya Angga seraya memperkenalkan diri.

"Gue Thalia. Ngapain lo disini ?"

"Gue mau pulang lah. Arah rumah gue itu ya lewat sini. Terus, lo ngapain disini?" tanya Angga balik.

"Gue lagi main petak umpet sama berandalan itu". angga pun merasa kebingungan.

" Ya nggak mungkin lah gue main sama mereka. Rumah gue itu arah pulang nya lewat sini".Jawab Thalia yang dari tadi terus perhatikan geng itu berkelahi.

"Gue kirain gitu". Kata Angga bercanda.

"Kalau lo mau selamat dari mereka, ikut gue sekarang. Gue tau jalan satu-satunya supaya bisa lolos dari berandalan itu". Kata Angga sambil memegang tangannya lalu membawa pergi Thalia agar bisa bebas dari geng itu.

Dalam perjalanan pulang, Thalia melihat sepertinya ada seseorang yang sedang mengikuti mereka berdua dari belakang. Dengan cepat Thalia pun menarik tangan Angga untuk bersembunyi.

Tiba-tiba, seseorang mengagetkan datang dari belakang mereka.

Eh lo, bangun. Nggak usah sembunyi kayak gitu.

Thalia dan Angga pun menoleh, ternyata itu Dirga. Rasa takut itu pun sedikit turun, ketika Thalia tau kalau Dirga lah yang berada di belakang mereka.

"eh lo.  Gue kirain siapa". Balas Thalia.

"Gue mau lanjutin urusan kita di Kantin tadi. Gue masih marah sama lo".

"Lo kira gue nggak marah sama lo?!. Semua itu karena lo numpahin minuman lo di baju gue. Kalau lo nggak numpahin minuman lo ke baju gue. Nggak mungkin semuanya bakalan kayak gini". Balas Thalia dengan nada emosinya.

"gue kan udah minta maaf. Tapi, lo masih aja marah- marah sama gue. Pokoknya gue nggak terima. Titik.!!! ". Balas Dirga dengan nada kesal.

Tiba- tiba gempalan tangan Angga langsung memukul perut Dirga.

"Ayo Thal, lari. Kalau lo disini terus, bakal panjang urusannya nanti. Gue pukul dia supaya kita bisa lari. Ayo Thal, nggak ada waktu". Teriak Angga sambil mengajak Thalia lari menjauhi Dirga.

Tiba-tiba darah mengalir dari perut ditubuh Dirga yang tadi dipukul Angga. Melihat Dirga yang lemas tak berdaya,Thalia yang merasa kasihan pun kembali dan membantu Dirga. Mereka bertiga pun segera ke rumah Thalia yang berada dekat disitu.

"Ya ampun... "teriak Thalia ketika melihat darah Dirga yang dari tadi keluar.

" Padahal tadi gue mukulnya nggak pakai barang tajam. Kenapa tiba-tiba darah kayak gini?" tanya Angga penasaran.

"Gue curiga lo pasti ikutan sama berandalan tadi. Kalau lo mau nyari tenar antar geng-geng kayak gitu, gue saranin nggak usah ya Dirga Putra Wardana. Lo tau kenapa? Karena itu ngebahayain lo. Ngerti ?."

"kayak mak mak aja tau nggak lo ngomong kayak gitu. Gue lagi kesakitan kayak gini, masih aja sempat ceramahin gue".balas Dirga kesal.

"Stop stop stop. Untuk sekarang, pending dulu pertengkaran kalian berdua. Thal, fokus aja obatin lukanya si Dirga. Dirga, gue minta maaf ya". Kata Angga.

"iya.. nggak papa.  Lo anak baru?  nama lo siapa?"

"gue Angga. Angga Wijaya.gue harap kita bisa jadi teman".

"Semua murid di SMA Cahaya Bangsa itu teman-teman gue. Jadi santai aja. Nggak usah khwatir, oke?" Balas Dirga.

SentimentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang