Chapter 1: to make you smile

3.2K 575 151
                                    

"Hyun, bangun. Sudah pagi."

Seongwoo menepuk pipi kekasihnya beberapa kali, berharap kekasihnya terbangun tanpa harus membuat mereka berdua terlambat.

Lebih tepatnya, Seongwoo yang terlambat.

Seongwoo punya 2 side job. Pertama, dia kerja di restoran mulai dari jam 9 sampai jam 5. Lalu supermarket dari jam 6 sampai jam 11 malam.

Terkadang Seongwoo merasa pekerjaannya sangat berat untuk tubuh kurusnya. Tapi setiap kali ia melihat Hwang Minhyun, sosok kekasihnya, Seongwoo merasa bisa melakukan apapun.

Minhyun mengumpulkan uang dengan bernyanyi di daerah Itaewon. Uang yang Minhyun dapatkan cukup besar. Sangat membantu Seongwoo untuk membayar sewa apartemen sederhana mereka.

Juga untuk mengumpulkan biaya operasi mata Minhyun.

Ya. Minhyun buta.

Minhyun kehilangan penglihatannya sejak lama, selama yang Seongwoo ingat. Sejak mereka saling mengenal di panti asuhan, sekitar 20 tahun lalu.

Minhyun membuka matanya. Mengulurkan tangannya berusaha menyentuh wajah Seongwoo. Kebiasaannya setiap kali dia bangun dari tidurnya.

Minhyun selalu menyentuh wajah Seongwoo. Dia mau membayangkan ekspresi wajah orang yang dia cinta. Wajahnya saat bangun tidur, tertawa, sedih, menangis, mengantuk, marah, bahkan saat mereka bercinta.

Minhyun selalu berusaha menggunakan imajinasinya untuk merangkai wajah indah Seongwoo di kepalanya. Berusaha puas dengan apa yang dia dapat.

Minhyun tidak memiliki kemauan yang muluk. Dia sadar operasi pencangkokan mata sangat mahal dan nyaris tidak mungkin mengingat keadaan keluarga kecil mereka yang selalu kepayahan menutup kebutuhan bulanan mereka.

Tapi Minhyun puas. Selama Seongwoo di sisinya, dia tidak akan meminta banyak hal. Selama Seongwoo bahagia, dia juga bahagia.

Minhyun merasakan bibir Seongwoo di bibirnya. Seongwoo tersenyum di antara ciuman mereka.

"Bangun. Aku harus kerja. Mau sarapan apa?" Seongwoo menelusurkan jarinya di wajah indah Minhyun. Mengamatinya seksama.

"Apapun. Aku bukan orang yang pemilih." Minhyun kembali meraba wajah Seongwoo, kemudian mengecup keningnya. "Aku harus mandi. Aku banyak berkeringat semalam."

Seongwoo terkekeh.

"Harusnya aku yang mengeluh. Aku yang diserang." Gerutunya. "Sana mandi. Aku buat nasi goreng kimchi dulu."

Seongwoo kembali memberikan kecupan kecil pada Minhyun, kemudian berjalan menuju dapur kecil yang hanya dipisah meja makan kecil.

Apartemen mereka memang hanya one-room apartment, jadi tidak ada sekat antara semua ruangan. Kecuali kamar mandi. Uang yang mereka dapat hanya cukup untuk ruangan ini. Syukur-syukur ini bukan basement.

Apapun itu. Minhyun bersyukur. Bahkan meski mereka tinggal di basement, Minhyun bersyukur. Selama Seongwoo ada di sisinya, Minhyun sudah lebih dari puas.

***

Seongwoo mengantar Minhyun ke tempat kerjanya. Dari siang sampai sore, Minhyun bernyanyi di alun-alun Itaewon. Pada sore hari Minhyun akan dijemput pemilik kafe tempatnya bernyanyi dan malamnya dia bernyanyi di kafe itu.

Minhyun sangat suka bernyanyi. Meski Seongwoo tetap menempati tempat teratas daftar kesukaannya, Minhyun juga sangat menyukai bernyanyi. Dia bisa mengekspresikan dirinya. Dia bisa bersuara tanpa takut orang memandang rendah dirinya.

Minhyun memiliki suara yang indah. Sangat indah. Mungkin Tuhan memberikan suara indah itu sebagai pengganti penglihatannya yang diambil. Oleh karenanya, Minhyun mempergunakan pemberiannya sebaik mungkin.

To See You [OngHwang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang