5. kembalinya Sosok lama

929 89 0
                                        

                    Dhika beruntung dirinya masih selamat sampai rumah. Dhika memaksakan tubuhnya untuk tetap mengendarai motornya walaupun kondisinya belum benar - benar membaik.

                    Dhika menghentikan langkahnya di dekat ruang keluarga. Letta, Dhafi dan Desha yang berada di sana. Dhafi tertawa memperhatikan Desha yang sedang bermain boneka di atas karpet sedangkan Letta yang duduk di atas sofa bersama Dafhi, mengelus kepalanya penuh sayang dan senyum tulus seorang ibu.

Dhika merasakan luka di hatinya kian membesar. Dhafi memergoki Dhika yang mematung memperhatikan mereka bertiga.

"Ka baru nyampe Lo?" tanya Dhafi namun diacuhkan oleh Dhika. Dhika tak menjawab pertanyaan Dhafi ia hanya membalasnya dengan tatapan tajamnya.

Dhika merebahkan tubuhnya di ranjang nya setelah mengunci pintu. Dhika menghela nafas, sejujurnya ia rindu kasih sayang ibunya. Anak mana yang tak ingin merasakan kasih sayang ibu.

Pandangan matanya tiba - tiba tak fokus. Langit - langit kamar terasa berguncang. Dhika mengerjapkan matanya berkali - kali. Ia meremas rambutnya.

"Gue kenapa sih sebenernya?" teriak Dhika tak perduli dengan orang rumah.

_____

             Di koridor lantai 2, Dara berjalan seorang diri, dia baru saja mengembalikan buku pinjaman ke perpustakaan.

             Sebelum sampai di depan pintu kamar mandi Laki - laki, Dara melihat seorang siswa bertubuh tinggi kurus, kulit putih bersih dengan perawakan mirip keturunan Tionghoa keluar dari sana. Laki - laki itu tampak membetulkan dasinya dan tiba - tiba menolehkan kepalanya dan menampilkan deretan giginya.

"Woi" laki - laki itu masih tetap tersenyum lebar sedangkan Dara hanya membatu memperhatikan orang itu.

"Terpesona sama kegantengan gua ya? Udah tau kok" ujar laki - laki itu dengan bangga.

Dara langsung saja mendekat ke arahnya dan kembali memperhatikannya lekat - lekat.

"Lo Rafa kan?"
"Kenapa bisa ada di sekolah gue? Lo penyusup ya" tanya Dara curiga.

"gue kan pindah" jawab laki - laki itu sambil menaik turunkan alisnya.

"Ga percaya gue" Dara langsung saja melangkah meninggalkan laki - laki bernama Rafa.

"Ee-ehh tungguin" Rafa meraih bahu Dara dan merangkulnya.

"Lepas elah" Dara menepis tangan Rafa yang masih bertengger di bahunya.

"Lo gak kangen sama sahabat SMP Lo?" Tanya Rafa menggoda.

"Ogah banget" jawab Dara cuek.

"Lo gak Seneng ya gue pindah kesini?"

"B aja"
"Btw sejak kapan Lo pindah?"

"Senin kemarin tapi gue gak ikut upacara sama belajar gue nongkrong di ruang kepsek ngurusin seragam dan lain - lain" Dara hanya mengangguk.

"Lah tapi kok Lo ke kamar mandi bawa - bawa tas? Emang belom tau kelasnya?" Tanya Dara saat melihat Rafa masih menggemblok ransel berwarna biru tua berlogo merk sport terkenal.

"Iya gue emang belom masuk kelas. Katanya gue kelas sebelas IPS. Itu dimana? Anterin gue ya"

Dara membulatkan matanya. Dia langsung berhenti berjalan dan menghadapkan tubuhnya benar - benar di depan Rafa.

"DEMI APA?"

"Masih aja mainnya demi - Demian dari dulu. Emang bener kata Kepsek sama bokap juga gitu"

TraumeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang