"Jemput siapa?"
"Aaaah.. tidak, tidak. Aku lebih baik diberi lembur seharian daripada harus menjemputnya."
"Potong bonus? Tunggu tapi...."
"Siaaaal! Kenapa aku harus jemput cewe alay itu." Gerutu seorang pria berperawakan tinggi dengan pakaian rapi dan rambut klimisnya. Dia tampak kesal setelah menerima telepon yang menginstruksikan bahwa ia harus menjemput seseorang.
"Begini nasib jadi bawahan. Harus selalu siap dengan perintah atasan. Tapi si Dito keterlaluan juga. Mana ada pacarnya datang gue yang jemput." Pria itu terus menggerutu. Seolah tidak terima harus menjemput gadis yang ia sebut cewe alay
Dengan rasa kesalnya, pria itu pergi ke statsiun kereta Bandung untuk menjemput cewe alay yang sudah menunggu di statsiun.
"WELCOME.. ALYSA SHABIRA"
Pria itu memegangi karton dengan tulisan tersebut dengan ukuran cukup besar. Berharap orang yang ditunggunya membacanya.Sedikit lebay memang, hanya di sebuah statsiun yang mana mempunyai ruangan tidak cukup luas. Tapi membuat tulisan besar seperti seseorang yang menjemput di bandara.
"Seharusnya kereta sudah sampai beberapa menit yang lalu, tapi mana cewe itu." Pria itu melihat ke sekeliling mencari seorang wanita yang ia tunggu.
"Aishhh.. ngapain gue nyariin cewe itu. Gue nggak tau mukanya kaya apa, gue nggak tau dia pake baju apa. Gue tunggu aja. Pasti ada yang nyaut liat tulisan gue yang super gede ini."
"Kemana tuh cewe! Apa dia nyasar? Dito bilang cewenya buta peta. Tapi mana mungkin dia nyasar di tempat yang sekecil ini."
Pria itu mulai resah. Sudah beberapa menit ia menunggu tapi yang ditunggu tak kunjung datang.
"Kenapa sih, si Dito nggak nyuruh dia naik ojek online aja. Kan nggak akan nyasar pasti sampe ke tujuan."
Lagi-lagi pria itu menggerutu. Dia mulai bosan menunggu. Memang menunggu itu bosan, apalagi jika yang ditunggu tak memberikan kepastian.
"Sepuluh menit, nggak nonghol nonghol, gue cabut. Bodo amat deh dia nyasar."
"ALYSA SHABIRA? Sejak kapan namaku berubah?" Tanya seorang gadis membaca karton yang dipegang pria itu.
"Alysa?" Tanya pria itu kepada gadis berkacamata berperawakan mungil yang tingginya hanya sebahu pria itu.
"Spellingnya salah. Namaku Alysa Shabiya bukan Shabira." Gadis itu berkomentar.
"Tapi kamu Alysa kan?" Tanya pria itu memastikan. Ia takut salah membawa orang.
Gadis itu mengganggukan kepala menjawab pertanyaan yang dilontarkan pria tadi.
"Syukurlah..."
Pria berperawakan tinggi itu dapat bernapas lega. Akhirnya ia menemukan Alisya yang ia cari.
"Ayo pergi.."
Dengan sangat cepat pria itu meraih tangan Alysa dan menggandengnya meninggalkan statsiun yang cukup ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Hati (COMPLETED ✔)
Romance~Random Private~ Ketika hatinya tak lagi sepenuhnya untukmu, apa yang kamu ingin lakukan? Maju atau mundur? Atau akan diam di tempat? Alysa baru menyadari bahwa setengah hati pujaan hatinya sudah bukan miliknya lagi. Ia bingung akankah harus bertah...