"Silahkan dimininum." Ujar Alysa sembari memberikan segelas air putih kepada Dimas yang duduk di meja makannya.
"Air putih doang?" Protes Dimas dengan tatapan sinisnya.
"Kenapa? Tak suka? Kalau ingin minuman yang lain beli saja. Hanya ada air putih di rumahku." Jawab Alysa ketus.
Dimas menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Alysa hari ini.
"Sebegitu bencinya kah dedek sama kakak? Kakak salah apa sih sebenarnya?" Tanya Dimas menatap tajam Alysa.
Alysa menelan ludahnya. Berpikir sejenak tentang bagaimana bisa ia terlihat membenci seorang Dimas padahal hati kecilnya tidak.
"Benar, bahkan dia terlalu baik untuk disalahkan. Kenapa aku selalu marah kepadanya?"
"Banyak... banyak sekali kesalahanmu. Contohnya hari ini, kamu nyelonong aja masuk ke kamarku."
"Itu juga karena kamu tidak sopan. Sekarang aku tanya, apa ada orang yang ketika ada tamu malah masuk ke kamar dan tidur?" Pertanyaan Dimas membuat Alysa malu. Semuanya masuk akal. Dimas sama sekali bukan orang yang mengesalkan.
"Itu terjadi karena kamu yang mulai duluan. Sok sokan jadi pahlawan yang meminjamkan pundaknya untuk bersandar tapi tiba-tiba bilang 'jangan nangis bajuku basah' apa maksudnya coba?"
"Oh jadi dedek kesel nih sama kakak. Maafin kakak ya dek." Ujar Dimas sembari mencubit kedua pipi chubbynya.
Alysa hanya memasang wajah kesal, menampakkan perasaannya saat ini."Sakit tau! Main cubit seenaknya saja!" Protes Alysa sembari memegangi pipinya yang sedikit memerah.
"Maaf. Janji deh gak akan ganggu lagi." Kata Dimas sembari meneguk air putih yang diberikan Alysa tadi.
"Terserah! Tadi niatnya cuma minta air minum kan. Sekarang minumnya sudah selesai? Berarti kamu bisa keluar."
"Iya. Iya bawel. Aku keluar nih sekarang." Dimaspun pergi meninggalkan apartemen Alysa.
"Ya memang seharusnya kamu keluar dari tadi! Sana pergi!"
Sekali lagi Dimas hanya menggelengkan kepalanya melihat Alysa yang seperti ini. Dimas memang benci dimarahi Alysa tapi disisi lain ia lebih senang melihat Alysa yang pemarah dari pada Alysa yang murung dan mellow seperti tadi.
*****
"Dit, kamu kemana saja? Kita semua sudah siap. Tinggal berangkat." Kata Mama Ina. Mama Ina dan keluarga Dito yang lain sudah berdandan rapi akan menghadiri pertemuan penting antara keluarga Dito dan Alysa.
Dito diam tak berkata. Hatinya benar-benar kacau. Setelah kejadian di taman sore ini, ia yakin bahwa Alysa mungkin tidak akan mendatangi pertemuan keluarga itu.
"Dit... kamu sakit, nak? Kok diam saja." Mama Ina heran melihat anak sulungnya murung tak seperti biasanya. Walaupun Dito cenderung pendiam tapi ia tak pernah murung sama sekali.
"Sebentar ma, Dito kurang enak badan. Mau ke kamar dulu ambil vitamin." Kata Dito yang kemudian pergi ke kamarnya.
Dito memasuki kamarnya. Ia mengunci rapat pintu kamar tersebut. Ia duduk di kasurnya dan terdiam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Hati (COMPLETED ✔)
Romance~Random Private~ Ketika hatinya tak lagi sepenuhnya untukmu, apa yang kamu ingin lakukan? Maju atau mundur? Atau akan diam di tempat? Alysa baru menyadari bahwa setengah hati pujaan hatinya sudah bukan miliknya lagi. Ia bingung akankah harus bertah...