10. Cinta atau Nyaman?

2.4K 104 9
                                    

Dito, ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu. Tentang perasaanmu. Apakah masih mengebu-gebu atau hilang seperti debu? Aku tahu semua tlah berubah, tidak seperti dulu. Tapi masih adakah rasa cintamu kepadaku, seperti dulu saat kita masih saling suka? Dito, maafkan keegoisanku, aku sama sekali tak ingin melepasmu, aku hanya ingin menjadi milikmu. Selamanya, hanya ada aku di hatimu.

Akhirnya Alysa menghentikan tangisnya. Alysa bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kecil menyusuri taman. Dito yang masih terduduk, berpikir sejenak tentang kejadian ini. Ia merasa sangat bersalah terhadap Alysa.

Kemudian Dito juga bangkit, berjalan mengikuti Alysa. Mensejajarkan langkah kakinya dengan Alysa. Kemudian meraih tangannya, memasukkan jari-jarinya dan menggegamnya erat. Alysa tak berkutik. Ia tak bisa melepaskan genggaman yang sangat kuat itu.

"Lepaskan." Suara lirihnya memerintah, seolah sudah tak ada lagi senjata yang bisa ia gunakan selain perintah.

"Tidak. Biarkan aku tetap seperti ini." Dito menolak. Ia enggan melepaskannya. Bahkan genggamannya semakin kuat lagi, seakan menunjukkan pada semua kalau Alysa adalah gadisnya dan tak akan ia lepaskan dengan mudah.

Alysa mulai berontak. Dia menghentikan langkanya. Dengan kekuatan penuh, ia mulai melepas tangannya. Walaupun kenyataannya gagal. Kekuatannya kalah dengan genggaman Dito yang sangat kuat.
Alysa tetap bersikukuh melepaskan tangannya hingga akhirnya Dito menyerah. Ia melepaskan genggamannya kemudian memutar arah untuk berdiri dihadapan Alysa.

"Maafkan aku Al." Kata Dito

"Biasanya aku senang ada orang yang meminta maaf. Tapi tidak untuk hari ini. Aku muak dengan kata maaf. Setelah semua yang kamu lakukan padaku."

"Tolong. Untuk kali ini saja, ijinkan aku sendiri. Jangan mengikutiku dulu. Aku benar-benar ingin sendiri Dit."

Alysa meninggalkan Dito yang masih mematung di taman. Alysa masih sakit hati dengan pengakuan Dito tentang Ashilla. Ia benar-benar menyerah pada Dito.

Walaupun Alysa tahu hubungan mereka. Tapi dalam lubuk hati yang paling dalam, ia ingin Dito berkata bahwa ia dan Ashilla tidak ada hubungan apa-apa.

*****

"Kau?" Kata Alysa terkejut saat melihat Dimas mondar mandir di depan apartemennya.

"Kemana saja kamu?" Tanya Dimas khawatir.

"Aku.. ttadi.. ah lupakan." Kata Alysa lirih. Hari ini ia kacau, ia tak dapat melupakan perkataan Dito tadi. Matanya yang sembab menandakan bahwa sudah banyak air mata yang ia keluarkan sore ini.

Ia berdiri mematung, tidak masuk ke apartemennya. Tubuhnya lemah. Bahkan untuk berjalanpun ia tak mampu karena yang ada dalam pikirannya hanyalah Dito yang berpaling darinya.

"Kamu mau berdiri disitu sampai kapan? Aku haus. Ingin minum. Beginikah caranya kamu menyambut tamu?" Dimas protes saat ia melihat Alysa masih berdiri disana, tidak mempersilahkannya masuk.

Alysa tetap berdiri disana. Tidak bergerak sedikitpun. Kini matanya dipenuhi air, mengumpal di pelipisnya. Dan dalam hitungan detik air itu berubah menjadi air mata yang membasahi pipinya.

Dimas berjalan mendekati Alysa. Berdiri tepat dihadapannya. Melingkarkan tangan ke tubuhnya, memeluknya erat dan berkata "Jangan khawatir, aku disini disisimu."

Setengah Hati (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang