5

10.2K 738 9
                                    

Beberapa tahun yang lalu,

Niel mengawasi barisan anak baru yang berbaris rapi dihadapannya, rambut anak cewek diikat banyak memakai pita warna-warni dari tali plastik sedangkan yang cowok memakai topi dari bola plastik yang dibelah dan diberi tali seperti helm, wajah mereka coreng-moreng menggunakan arang pantat wajan, sekilas mereka mirip orang gila yang sering lalu lalang dijalan depan sekolah.

Sebagai kapten basket Angkasa Jaya, Niel ikut berpartisipasi menjadi panitia MOS, ini kesempatan membentak dan memerintah anak baru seenaknya. Niel yang terkenal jahil dan usil jelas memanfaatkan betul ajang ini, itung-itung buat melampiaskan ide konyol yang selama ini berseliweran diotaknya.

Bersama teman-teman pengurus Osis ia berjibaku memplonco murid baru, kesalahan sedikit saja mereka beri hukuman berat dan konyol. Tak jarang anak baru itu dijemur dibawah terik matahari siang yang panasnya minta ampun.

Kadang Niel mengulum senyum mendapati anak-anak cewek yang terang-terangan memujanya, Niel memang terkenal salah satu senior Most Wanted-nya Angkasa Jaya. Ganteng, tinggi, putih, pinter basket lagi. Tak heran kaum hawa yang sedang berbaris suka curi-curi pandang padanya. Herannya lagi junior cewek malah dengan senang hati melaksanakan hukuman yang diberikan Niel, meski kadang hukuman itu konyol dan tak masuk akal.

Semua? Tidak, ada satu cewek yang terang-terangan menentang Niel dan senior yang dinilainya sok kuasa. Bahkan cewek itu menatap Niel dengan tatapan sinis, bukan tatapan memuja dan mupeng seperti teman-temannya membuat cowok itu dongkol. Elena Wulandari, Niel menggeram menghafal nama cewek itu diotaknya.

Hari terakhir MOS Niel dan rekan-rekannya mengerjai para yunior habis-habisan. Awalnya semuanya berjalan lancar, tak ada penolakan dan protes yang dilakukan siswa baru. Niel membagi siswa baru menjadi beberapa kelompok dan memberikan satu permen untuk tiap kelompok. Permen itu harus diemut bergantian dan diberikan ke rekan selanjutnya, begitu seterusnya sampai semua anggota kelompok kebagian kesempatan mencicipi permen berantai itu. Mereka melaksanakannya dengan patuh meski ada kesan jijik diwajah mereka, hiiiii bayangkan saja satu permen diemut beramai-ramai. Niel aja kalau disuruh pasti ditolaknya mentah-mentah.

Niel menoleh kearah suara ribut dari kelompok sebelah, bergegas ia menghampiri dan bertanya dengan suara keras, "Ada apa ini?"

"Cewek ini menolak mengunyah permennya malah membuangnya ketong sampah!!" adu Nadia rekan seperjuangan Niel dengan tangan terarah pada Elena, para senior berkerumun disekitar kelompok Elena menatapnya dengan sinis.

Niel mendengus kesal, dia lagi!!

Elena balik menantang, ia bersidekap dan menatap senior satu persatu, matanya berhenti lama diwajah Niel.

"Kenapa kau membuangnya?" tanya Niel dingin ia berusaha mengintimidasi Elena namun cewek itu bergeming.

Elena mendengus, "Kenapa? Kalian semua punya otak nggak sih. Masak iya satu permen harus kami kunyah bersama-sama? Kalian pikir kami nggak jijik ha!!"

Giliran Niel mendengus, ia geram dibantah Elena, "Ambil! Makan!" Tunjuknya ketong sampah.

Elena memutar bola matanya, "Oke! Tapi lo dulu yang makan!" Tantangnya dan menyodorkan permen bekas kunyahan teman-temannya kedepan muka Niel.

Mata Niel tertuju pada permen hijau diatas tisu ditangan Elena, perutnya mendadak mual membayangkan sudah berapa banyak mulut yang membelai benda manis itu. Sontak isi perutnya bergejolak minta keluar, ia berlari ketoilet memuntahkannya.

TERDAMPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang