14

7.3K 240 3
                                    


Semenjak kejadian diapartemen Niel, Elena berusaha menghindar dari pria itu dan meminimalisir pertemuannya dengan Niel dikantor. Ia jengah dan merona mengingat peristiwa itu, dan langsung mengalihkan pandangan jika terpaksa bertentangan mata dengan sang bos sambil menstabilkan debaran jantungnya yang mendadak menggila setiap kali bertemu.

Niel lebih profesional, ia bersikap seolah tak terjadi apa-apa diantara mereka dan berlaku seperti biasa. Memerintah seenaknya dan membebani Elena dengan pekerjaan segunung, sengaja membuat Elena kesal dan marah dengan tingkahnya dan diam-diam tersenyum menikmati wajah marah dan kesal gadis itu. Elena tidak tahu dibalik tingkah menyebalkannya lelaki itu mati-matian menetralisir jantungnya yang maraton mendadak.

"Besok saya mau ke Lombok dan kau harus ikut, mengontrol pembangunan resort disana," ucap Niel seraya menyerahkan file yang baru ditandatanganinya, ia mendongak untuk melihat reaksi Elena, seperti dugaannya gadis itu terkejut mendengarnya.

"Tapi pak...saya tak bisa."

"Disini saya bosnya dan saya yang mengatur segalanya, jangan membantah Elena!!" lanjutnya dingin, wajahnya datar tanpa ekspresi.

Elena mendegup ludah, ke Lombok berdua dengan bos? Tak pernah dibayangkannya bahkan tak sekalipun terlintas dipikirannya. Apalagi Niel punya rasa padanya dan ia khawatir lelaki itu punya niat tersembunyi. Biasanya ia menemani sang bos menemui klien dikawasan Jakarta dan paling jauh keBandung, belum pernah sampai keluar daerah apalagi sampai keluar pulau Jawa, semoga tak ada hal buruk yang terjadi.

"Kita berangkat besok penerbangan jam delapan pagi, tiketnya sudah dipersiapkan oleh Rani." Elena tak mendengar penjelasan Niel, ia menatap Niel yang terus berbicara dengan pandangan kosong.

***

Saat ini mereka sudah berada dalam kabin pesawat yang tengah mengudara, Elena memilih duduk dikursi dekat jendela dengan Niel disebelahnya. Tak banyak perkataan yang terucap diantara mereka, keduanya larut dalam pikiran masing-masing .

Semenjak sampai dibandara Elena merasakan firasat tak enak seolah ada hal buruk yang akan menimpa, ia telah menelpon orangtuanya memberitahukan keberangkatannya ke Lombok untuk urusan pekerjaan. Ia gugup dan jantungnya berdetak tak karuan, entah karena akan bepergian dengan Niel atau karena firasat buruk yang dirasakannya. Elena mendesah, dalam hati ia berdoa semoga penerbangan mereka lancar dan sampai di Lombok dengan selamat.

Ekor mata Niel berkali-kali melirik Elena yang terlelap disampingnya, entah benar tidur atau pura-pura tidur untuk menghindari kontak dengan Niel. Lelaki itu mengulum senyum puas berhasil mengajak Elena ke Lombok, sebenarnya tanpa keikut sertaan gadis itu ia bisa mengurus sendiri urusannya. Mengajak Elena hanya akal-akalannya saja agar bisa pergi berdua dengannya. Perlahan mata Niel terasa berat dan ikut tenggelam menyusul Elena kedunia mimpi.

Elena terbangun merasakan guncangan hebat ditubuhnya, ia bingung mendapati teriakan panik penumpang dan suasana kacau dalam kabin pesawat. Badan pesawat bergoncang keras menjatuhkan barang-barang dari atas kepala penumpang, masker oksigen dan pelampung keselamatan berhamburan dari tempatnya. Para awak kabin berusaha menenangkan penumpang meski mereka juga khawatir, suara pilot dari kokcpit menyela teriakan panik penumpang dan deru mesin pesawat namun tak terdengar jelas ditelinga Elena.

"Pak ada apa ini?!" Elena menoleh kearah Niel, pria itu balik menatapnya dengan raut cemas membuat Elena deg degan firasat buruknya terbukti.

"Pesawat memasuki awan kolomunimbus," Niel meraih jaket keselamatan dan memakaikan ketubuh Elena dan mengencangkan sabuk keselamatan, setelah itu ia memasang untuk dirinya sendiri. Pesawat kembali berguncang hebat membuat para penumpang terombang-ambing dikursinya.

TERDAMPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang