10

9.7K 747 11
                                    


ETHAN POV

Elena berdiri didepanku dengan wajah kesalnya, matanya berkilat-kilat menahan amarah dan tangannya terkepal disamping tubuhnya. Dalam hati aku tertawa puas menikmati pemandangan ini, dengan wajah datar kutatapi wajah cantiknya yang memerah menahan emosi. Mungkin aku keterlaluan menyuruhnya mengerjakan laporan yang seharusnya menjadi tugas Rani sekretarisku, begitu laporannya selesai ia datang keruanganku untuk menyerahkan dan langsung kucoret dan menyuruhnya mengulangi tanpa membaca sedikitpun.

Mataku teralihkan kepintu yang terbuka dan terkejut melihat kehadiran kedua orang tuaku, ini hal yang langka terjadi semenjak peristiwa itu dimana Papa dan Mamaku mengacuhkanku. Ada angin apa membuat kedua orang yang sangat kusayangi itu muncul dikantorku?

Segera aku berdiri menyambut keduanya, mama memelukku dan menciumi pipiku sementara papa menepuk bahuku pelan. Mata mama teralihkan pada Elena yang berdiri menyaksikan kami dan mama tersenyum menyapa Elena. Kulihat Elena menegang dan wajahnya pias, mungkin ia mengira mamaku mengenali ialah orang yang menghancurkan pernikahan anaknya beberapa waktu lalu.

"Maaf Pak, Bu, saya permisi dulu," ucapnya terburu-buru dan meraih laporan yang tadi dibawanya, mama mengawasi punggung gadis itu yang menghilang dibalik pintu.

"Cantik ya, siapa dia Niel?" tanya Mama dengan alis naik turun menggoda.

Aku hanya tersenyum dan mengajak keduanya duduk disofa, aku berdiri mengambilkan keduanya minuman dingin dikulkas yang terdapat disudut ruanganku.

"Tumben mama dan papa kesini, ada angin apa?" tanyaku seraya meletakkan minuman ion didepan keduanya.

Papa menghela nafas berat, "Kami sudah mendengar kabar anaknya Anwar, dan kami bersyukur kau batal menikahi anaknya, kalau tidak papa tidak tahu betapa malu dan kecewanya keluarga kita mendapati menantu kebanggaan kita hamil sebelum nikah dan itu bukan anakmu."

Aku melongo, "kok papa bisa yakin itu bukan anak NIel?"

Kali ini mama yang menjawab, "Novi sudah mengaku kalau itu anak mantan kekasihnya, maafkan kami nak sudah mengacuhkanmu selama ini. Sekarang Mama malah bersyukur pernikahanmu gagal." Mama pindah kesampingku dan memelukku.

Aku bernafas lega kedua orang tuaku menyadari kesalahan mereka dan kekakuan yang tercipta selama ini lumer sudah. Kami berbincang santai diselingi canda tawa yang memenuhi ruanganku.

"Gadis tadi siapa sih Niel? Kok mama ngerasa familiar ya?" tanya mama tiba-tiba membuatku nafasku terhenti seketika. Aduh gimana ini jawabnya, aku garuk-garuk tengkuk yang tak gatal, "jangan-jangan ia pacarmu ya? Mama setuju loh kalau ia jadi menantu mama." Ucap mama dengan nada menggoda.

"Mama doain aja deh, soalnya Niel belum bisa menaklukkan hatinya," ucapku asal dan tampaknya mama percaya.

Menjelang jam makan siang kedua orangtuaku pulang, sepeninggal mama dan papa aku merenung apa ia aku mau menaklukkan hati Elena?

***

TERDAMPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang