12

10.6K 751 17
                                    


"Lo tega banget sih ngerjain anak orang kayak gitu sampai-sampai ia nggak sempat makan siang, kalau semua tugas lo kasih ke Elena lalu buat apa Rani sekretaris lo itu," protes Rudi sewot, ia kesal Ethan masih saja mengerjai Elena, "apa lo masih sakit hati sama dia?"

Ethan tak menjawab, ia bangkit dari kursinya dan melangkah kedinding kaca menatap lalu-lalang kendaraan yang hilir-mudik tak habis-habis dibawah sana. Dari lantai tertinggi digedung kantornya ini kendaraan dibawah sana terlihat kecil, seolah-olah mobil mainan.

"Lo denger nggak sih!" teriak Rudi kesal.

Ethan menoleh dengan tangan terjejal kesaku celana, sudut bibirnya tertarik keatas, "rasanya menyenangkan melihat wajah kesal dan marahnya, jadi hiburan tersendiri dikala suntuk menghadapi rutinitas kantor jadi sayang rasanya kalau dihentikan."

Rudi menggeram, digeplaknya kepala Ethan yang sudah duduk disampingnya dengan gulungan kertas koran membuat sohibnya itu meringis, "Brengsek lo, gue sumpahin lo jatuh cinta sama Elena, biar tau rasa!" kutuk Rudi gemas.

Ethan terbahak, tak disumpahi saja ia sudah terperosok dalam pesona Elena apalagi disumpahi ia karam kian dalam. "Thanks tapi gue nggak butuh sumpah lo, karena tanpa lo sumpahin gue udah jatuh cinta sama dia," aku Ethan jujur.

Rudi melebarkan matanya, "serius lo!"

Ethan mengangguk dan menyandarkan punggung kesandaran sofa matanya menerawang menatap plafon ruangannya namun yang dilihatnya bukan langit-langit berwarna putih melainkan wajah Elena dengan berbagai ekspresi. Bahkan ia bisa mendengar suara gadis itu ditelinganya, benar-benar dahsyat efek jatuh cinta.

"Pak ini berkasnya."

Kenapa suaranya kian jelas dan terdengar merdu ya? Padahal Ethan yakin gadis itu mati-matian menekan amarah yang bergejolak didadanya.

"Pak!"

Suara itu kian nyata dan semakin dekat, oh Elena coba kau ada disini sekarang,Ethan tersenyum bodoh dan tersentak kaget merasakan geplakan dilengannya, "apaan sih lo Rud, ngganggu aja!" sengitnya marah pada pelaku, Rudi geleng-geleng kepala dan menggerakkan dagunya kesatu arah. Ethan menoleh dan menggaruk tengkuk salah tingkah, ternyata suara tadi bukan halusinasinya tapi suara Elena yang tengah berdiri menatapnya bingung.

"Ini pak berkas yang tadi bapak suruh siapkan, sudah saya selesaikan." Elena menyodorkan berkas yang sedari tadi didekapnya.

Ethan menerimanya dan membolak-balik lembaran kertas ditangannya, ia mengangguk puas dengan hasil kerja gadis itu dan tiba-tiba ide konyol melintas dipikirannya, "Jam dua nanti ada pertemuan dengan direktur PT Akindo pak Sunjaya di Cafe yang kemarin kita datangi, kau saja yang hadir membicarakan kontrak kerja dengan perusahaan kita, selesai nanti kau kembali kesini dan laporkan hasilnya padaku!" Ethan menyerahkan berkas itu pada Elena membuat alis gadis itu kembali bertaut.

"Tapi Pak..."

"Ini perintah Elena, dan ingat! Kau harus kembali kesini untuk menyerahkan hasilnya padaku!"

Elena kian bingung, ini kali pertama ia mendapat tugas menemui klien secara langsung apalagi kliennya itu pemilik perusahaan besar diJakarta. Ia yang baru saja memasuki dunia kerja belum punya pengalaman apa-apa, meski dikampus dulu ia orang yang aktif bicara didepan umum. Tapi inikan beda, yang dihadapinya bukan rekan-rekan kuliahnya tapi kehidupan nyata dunia bisnis.

Elena tak beranjak dari posisinya, "apa saya nggak bisa ditemani Pak Rudi?"

Ethan melemparkan koran yang tadi direbutnya dari tangan Rudi keatas meja, mata elangnya menatap tajam manik Elena membuat gadis itu meringis, "kau itu asistenku Elena, kau harus bisa menggantikanku sewaktu-waktu dan ini tugas pertamamu menemui klien, sekarang pergi atau kau mengundurkan diri?"

TERDAMPARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang