6. Partner

1.5K 225 32
                                    

Vote yukk

⚠warning! Typo bertebaran

.

.

Sinar matahari menyembul lewat celah-celah jendela seolah ingin mengusik ketenangan seorang gadis yang masih bergelung nikmat dibalik selimut. Gadis yang saat ini entah sedang bermimpi atau berkhayal tentang seseorang yang didambanya tengah menciumnya. Ia tersenyum dalam tidurnya. Perlahan mata itu terbuka kemudian berkedip beberapa kali untuk membiasakan sinar matahari yang mengenai retinanya. Ternyata hanya mimpi. Batin gadis itu.

Kepala gadis itu masih sedikit pusing. Yoona ingin merentangkan tangannya seperti kebiasaannya setiap bangun pagi tapi tangan kanannya terasa berat, akhirnya ia torehkan kepalanya dan mendapati tangannya digenggam erat oleh seorang pria yang sangat disayanginya. Yang selama lebih dari sebulan belum pernah bertegur sapa walau selalu bertemu.

"Appa?" Tuan Im membuka matanya mendengar suara lembut anaknya memanggil namanya.

"Yoona-ya. Kamu baik-baik saja?" Tuan Im langsung bertanya tanpa menghiraukan tatapan bingung Yoona. Yoona masih merasa kecewa pada ayahnya itu. Tapi akhirnya ia hanya mengangguk pelan. "Syukurlah." Tuan Im menarik nafas legah. "Sekarang mandilah, appa tunggu kau dibawah kita akan sarapan bersama." ucap Tuan Im lembut sambil mengusap surai higam putrinya. Yoona mengangguk lagi.

Yoona kembali merenung setelah pintu ditutup oleh ayahnya dari luar. Ia memegang kepalanya berusaha mengingat kejadian semalam. Ingin rasanya Yoona memecahkan kepalanya untuk mengingat apakah semalam ia benar diantar oleh Sehun atau tidak. Tapi tetap saja itu tidak masuk akal menurutnya. Yang ia tahu Sehun tidak mengetahui alamat rumahnya dan Sehun tidak terlalu dekat dengan Jessica untuk bisa meneleponnya menanyakan alamat rumah Yoona.

Terlalu kuat berpikir akhirnya pikirannya malah terseret pada bayangan mimpinya beberapa saat yang lalu. Ia bermimpi tentang Sehun yang menciumnya diatas kasur, disebuah ruangan yang sama sekali belum pernah ia lihat. Itu membuat kepalanya semakin sakit. Dan Yoona memilih berhenti memikirkannya sebelum kepalanya benar-benar pecah.

Dengan langkah lambat akhirnya ia sampai kamar mandi, dan potongan-potongan kejadian terus memasuki pikirannya.

Yoona ingat tentang ia yang berjalan melewati Sehun begitu saja.

Yoona menggeleng pelan untuk menghalau pusingnya.

"Masuklah"

Suara lelaki itu berngaung di telinganya. Yoona mencoba mengingat dan yang diingatnya adalah dia menolak untuk diantar lelaki itu. Lalu setelah itu....

Yoona terus mengingatnya.

"Bagaimana bisa ada gadis keras kepala sepertimu."

Sehun menggendong Yoona dan Yoona jatuh pingsan dalam dekapannya.

Hah...ternyata memang mimpi.

Yoona memandang cermin besar yang memang telah disediakan disana, senyuman tipis sarat kekecewaan dan rasa malu teecipta. Ia terkekeh bagaimana bisa ia berharap itu adalah sungguhan dan hey! Oh Sehun tidak mungkin menciumnya kan? apalagi sampai diatas kasur.

.

.

"Oh Yoong, kemarilah kita sarapan bersama."

Yoona memnuhi panggilan ayahnya dan berjalan santai ke meja makan dimana sudah terkumpul semua anggota kecuali ia yang baru saja datang. Yoona memandang Jessica sekilas sebelum kembali membuang muka.

Yoona dapat merasakan tatapan penuh kebencian dari Jessica. Sebenarnya apa lagi salahnya? Kenapa tatapan Jessica semakin parah dari sebelumnya?. Yoona memilih acuh daripada kepalanya akan semakin berulah.

Prospects Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang