1. Dia adalah Athar

764 52 5
                                    

.
.
.
.
___________________________________

"Bukan masalah jika kamu tidak melihatku, bukan masalah jika kamu tidak menyadari kehadiranku, asalkan aku selalu bisa melihatmu baik-baik saja, itu sudah cukup bagiku."

___________________________________
.
.
.
.





**

Satu..

Dua..

Tiga..

"Sekarang!"

Aku menjetikkan jariku tanpa sadar sambil menatap ke arah jam tanganku yang saat ini menunjukan pukul 07.15 pagi.

Ketika mendengar suara deruman motor memasuki area parkir, secara spontan aku langsung menoleh untuk kemudian menemukan sosok lelaki dengan motor antiknya yang baru saja memasuki kawasan parkir.

Beruntung posisiku sekarang cukup strategis dan aman dari jangkauannya, sehingga aku bisa dengan mudah dan leluasa mengawasinya tanpa takut ketahuan.
Aku mengikutinya dengan mataku, memperhatikan saat ia membawa motornya ke tempat yang paling pojok di barisan paling akhirㅡtempat yang selalu menjadi tujuannya untuk memarkirkan motor antiknya.

Dengan gerakan luwes, ia berhasil menempatkan honda c70 nya dan membuat motor mungil itu terparkir dengan manis di sana. Ia kemudian melepas helm catok miliknya dan mengaitkannya pada palang kecil di antara jok bagian belakang dan bemper motornya.

Lelaki itu sesaat menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk membuat rambutnya yang lepek oleh tekanan helm kembali mengembang seperti biasanya. Dia lalu melepas kain merah yang menutupi sebagian wajahnya dan menjejalkan benda itu di saku belakang celana jeansnya.
Sambil menatap jam di tangan kirinya, ia pun mulai berbalik dan melangkah meninggalkan tempat itu.

Dan aku masih berada di atas jok motorkuㅡyang tersembunyi dari jarak pandangnyaㅡsaat menyaksikan setiap gerak-geriknya barusan.

Percaya atau tidak, tapi dia melakukan semuanya itu sama persis seperti yang biasa dia lakukan di hari-hari sebelumnya. Aku bahkan sudah hafal semua aktivitasnya itu setiap pagi.

Dari mulai datang pukul 07.15 tepatㅡbenar-benar tepatㅡmemarkirkan motornya di sudut paling pojok, melepas helm, menguncangkan kepalanya, melepas masker kain dari wajahnya, menatap jam tangan lalu mulai melangkah.
Semua benar-benar sama persis setiap harinya, hingga mungkin saja bisa membuat orang lain yang melihatnya akan merasa bosanㅡdan untungnya aku tidak, aku tidak pernah merasa bosan untuk memperhatikan dirinya.

Tidak pernah meskipun sudah bertahun-tahun lamanya.

Lalu sebelum ia benar-benar menghilang dari pandanganku, aku masih bisa melihat bahwa ia sempat mengangkatㅡmenarikㅡcelana jeansnya agar tertarik naik ke atas tepat pada bagian pinggangnyaㅡsatu lagi hal unik yang sering ia lakukan ketika ia akan memulai langkahnya.

Dan itu masih saja membuatku heran, aku tidak tahu kenapa ia selalu melakukan hal itu, entah karena celananya yang selalu kedodoran atau memang dirinya yang secara refleks melakukan hal itu dengan sengaja.

Tapi sejujurnya hal itu cukup menarik perhatianku, setiap kali melihat bagaimana jemari panjangnya yang ramping menarik naik ujung celana jeans di pinggangnya itu membuatku memikirkan banyak hal.
Seperti misalnya, kenapa ia memakai celana kedodoran, apa dia terlalu kurus atau memang celananya yang longgar, juga tentang berapa ukuran pas yang sebenarnya dari lingkar pinggang lelaki itu.

ATHAR [Destiny Series 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang