8. Mimpi Buruk (3)

239 33 11
                                    

.
.
.
.
.
.

____________________________________

"Rasanya menyakitkan ketika ragamu hadir di sampingku tetapi hatimu tak pernah kamu berikan kepadaku."
____________________________________

.
.
.
.
.
.

***

Selama ini aku selalu berusaha untuk berada sejauh mungkin dari pandangan Athar, aku tidak pernah menginginkan dia menyadari kehadiranku, aku tidak ingin dia membenciku. Itulah kenapa selama bertahun-tahun ini aku bersembunyi, hanya memperhatikan dan mencintainya diam-diam dari kejauhan.

Namun setelah apa yang terjadi hari ini, setelah aku memaki-maki seorang gadis yang menjelekkan Athar di koridor kampus, setelah aku mengamuk dan meneriaki teman-teman Athar di kantin, aku yakin tak butuh waktu lama untuk Athar mengetahui kehadiranku. Semua orang pasti akan membicarakan hal ini sampai berhari-hari hingga sampai ke telinga Athar.

Memikirkan hal itu membuatku pusing. Tapi untuk saat ini aku memilih untuk menyimpan hal itu di suatu tempat yang jauh. Karena sekarang aku hanya butuh melihat Athar, aku perlu meyakinkan diriku bahwa dia baik-baik saja.

Dan di sinilah diriku berada. Di parkiran umum di depan kantor polisi terdekat tempat Athar di tahan.

Aku menatap ke arah gedung kantor kepolisian itu dengan perasaan ragu untuk sesaat, bagaimana pun aku tidak akan bisa memberikan jawaban apa-apa jika nanti ada seseorang yang menanyai apa tujuanku ke sana. Aku tidak bisa memikirkan alasan yang tepat untuk bisa di katakan jika nanti Athar melihatku ada di sana.
Tapi kemudian aku di dorong oleh rasa cemas dan keinginan untuk melihatnya, aku turun dari motorku dan memantapkan diri membawa langkahku ke sana.

Seorang polisi yang sedang duduk di balik meja dan berjaga di dekat pintu menatapku saat langkahku sudah agak dekat. Ia melemparkan tatapan bertanya yang entah kenapa membuatku langsung gelagapan.

"Ada yang bisa dibantu?"

Aku meremas-remas tali tas selempangku karena gugup, "Saya mau ngeliat keadaan temen saya, Pak."

"Teman yang mana?"

"Y-yang baru aja di bawa ke sini, dari Universita —

"Oh ya ya, anak yang itu ya."

Polisi yang menurutku berusia di atas 40an itu memotong perkataanku dan mengangguk-anggukan kepalanya sambil menatapku seolah-olah dia paham apa yang sedang kulakukan di sana. Membuatku semakin erat menggenggam tali tas selempangku dengan gugup.

"Dia ditahan sementara buat di mintai keterangan, kalau dia terbukti bersalah dia akan ditahan dan statusnya berganti jadi tersangka, tapi karena sekarang masih belum ada bukti kuat dia hanya akan ditahan untuk di interogasi."

Polisi itu memberikan penjelasan singkat kepadaku di saat ia melihat aku hanya diam dan tampak kebingungan. Dan aku menganggukinya sebagai respon atas penjelasannya.

"S-saya boleh masuk dan liat keadaannya sebentar..?" tanyaku ragu, aku menatap ke arah polisi itu yang juga menatapku.

"Silakan, dia ada di sel satu di sebelah timur dari sini."

Aku kembali mengangguk singkat kepadanya sebelum kemudian dengan langkah pelan memasuki gedung itu sesuai yang di arahkan polisi tadi, sel satu di sebelah timur.

Seumur hidupku aku belum pernah memasuki kantor polisi untuk menemui seseorang. Selain saat aku mengurus-urus surat keterangan berkelakuan baik dan lisensi mengemudiku dua tahun lalu, ini adalah pertama kalinya aku memasuki bagian dalam dari sebuah kantor kepolisian.

ATHAR [Destiny Series 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang