5. Dia dan Skateboard

371 35 9
                                    

.
.
.
.

___________________________________

"Memilikimu seperti bermimpi di dalam mimpi. Benar-benar tidak mungkin, bahkan nyaris mustahil."
___________________________________

.
.
.
.


**

"Minggu ini kalian ada acara, nggak?"

Pertanyaan Yani dua hari lalu kembali teringat olehku. Sahabat yang sudah kuanggap saudara sendiri itu mengajak aku dan Naya untuk pergi jalan-jalan hari ini. Tapi saat itu aku menolaknya, karena aku punya acara.

"Kok gitu sih? Kalian nyebelin banget tau nggak! Yang satu pacaran rasa jomblo, yang satu lagi bener-bener jomblo, tapi kalian bersikap kayak orang sibuk yang punya banyak pacar!"

Aku terkikik pelan saat mengingat perkataan Yani itu, yang seratus persen benar. Tentang Naya yang sebenarnya memiliki kekasih—atau mungkin bisa disebut tunangan—yang berada jauh dari sini. Juga tentang diriku yang tidak memiliki siapapun untuk bisa ku panggil 'pacar'. Si gadis dalam situasi pacaran rasa jomblo, dan si gadis yang benar-benar jomblo. Begitulah Yani mengejek Naya dan aku selama ini.

"Kan kamu punya pacar, ajak aja Anand pergi. Jangan bersikap kayak cewek kesepian yang nggak punya pacar gitu dong."

Dan kata-kata yang dilontarkan Naya saat itu, tentu saja berhasil membuat Yani melotot kesal. Diam-diam aku dan Naya melakukan high five di bawah meja saat itu, ketika melihat Yani mendengus kesal.

"Fine! Aku nggak akan ngajak kalian pergi lagi. Kalian nyebelin! Silakan kalian meratapi penyesalan kalian di hari minggu nanti karena udah nolak ajakan aku sekarang, ish!"

Well, itu tidak benar. Maksudku, Yani tidak benar-benar mengatakannya dengan niat jahat. Dan lagi pula aku tidak menyesal telah menolak ajakannya itu, justru aku sangat antusias dari sejak pertama kali aku membuka mata pagi ini. Benar-benar antusias sampai aku bahkan sudah meninggalkan rumah kost ku lebih awal dari seharusnya.

Hari ini adalah hari yang istimewa untuk Athar, karena hari ini adalah hari perayaan Skateboard Internasional. Yang akan digelar dan di meriahkan dengan festival dan turnamen lomba luncur serta lomba adu tangkas pada rintangan yang disiapkan oleh penyelenggara di salah satu Skatepark terbaik di Ibu Kota.

Tapi sayangnya Athar tidak datang ke acara itu sebagai peserta, melainkan sebagai pembimbing yang mengantar anak-anak didiknya untuk berlomba. Sebenarnya Athar sangat mahir bermain skateboard, tapi anehnya Athar tidak pernah mengikuti turnamen apapun selama ini. Aku juga tidak mengetahui alasannya.

Namun meskipun begitu, Athar sesekali akan menunjukan keterampilannya dalam beberapa kegiatan. Ia sering ikut berpartisipasi di beberapa festival dan meramaikan acara. Athar juga bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk mengajar dan melatih para pemula yang ingin menguasai olah raga papan luncur itu. Ia bahkan dengan sabar mengajari dan menyemangati mereka dengan gigih.

Dan hal itu lah yang membuatku berada di sini, di salah satu kursi di pinggir skatepark yang menjadi arena pertandingan. Athar lah yang membuatku bersedia untuk duduk berdesakkan dengan orang-orang asing yang bersorak dan bersiul ramai sambil saling menyahuti satu sama lain. Aku selalu rutin menghadiri acara seperti ini setiap tahun, baik dulu saat di Bandung, ataupun sekarang di sini. Semua itu hanya karena Athar, karena lelaki itu yang begitu mencintai Skateboard.

ATHAR [Destiny Series 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang