9. Ini Bukan Mimpi

191 24 6
                                    

.
.
.
.
.
.
.
____________________________________

"Dan ketika kamu tersenyum sambil mengucapkan kata-kata cinta kepadaku, aku takut aku masih berada di ranjang dan belum terbangun dari mimpiku."

____________________________________
.
.
.
.
.
.
.
.
.

**

"Aku 'kan suami kamu."

Apa?

Hahaha.. ini gila!

"Suami? Suami apanya!" aku tertawa geli saat satu kalimat itu tiba-tiba muncul dalam percakapan ini.

Sepertinya aku memang sudah gila! Mungkin benar, aku mencintai Athar terlalu dalam hingga nyaris membuat diriku tidak waras.

Lihat kan? Setelah aku menangisinya sepanjang sore, setelah semua rasa sakit dan penantian tak berujung yang kualami, setelah aku memutuskan untuk melupakannya, tapi kenyataannya aku tidak bisa-hatiku masih saja menginginkannya.
Bahkan di dalam mimpi seperti ini pun aku masih mengharapkan hal-hal bodoh.

Suami? Hahaha...

Tidak, tidak, kata-kata itu terlalu lucu untuk bisa muncul di antara aku dan Athar. Meski hanya di dalam mimpi sekalipun, tapi itu terdengar tidak pantas untukku.
Terlalu mengada-ada.

"Aku tau kamu marah, tapi gimanapun juga aku suami kamu, Ta. Dan itu nggak akan pernah berubah bahkan sampai aku mati."

Aku menatap ke arah lelaki yang masih duduk di sampingku, entah apa yang ia katakan, namun ini mulai terasa tidak menyenangkan bagiku.

Apa mimpi ini terjadi untuk mengejekku?
Untuk menyadarkanku bahwa selama ini aku berharap terlalu banyak?
Bahwa hal seperti ini, antara aku dan Athar hanya bisa terjadi di dalam mimpi?

"Ahaha.. aku lagi banyak pikiran, makanya aku mulai mimpi hal konyol kayak gini. Hahaha!" gumamku di iringi tawa geli yang masih membuatku tidak habis fikir.

"Apanya yang mimpi?" tanyanya.

"Ya itu, yang kamu bilang barusan, itu cuma bisa terjadi di dalam mimpi. Suami..?? hahaha.."

"Ini masih terlalu pagi buat kita berantem lagi, aku nggak mau ribut. Lagian kamu baru siuman, dan kondisi kamu juga masih belum pulih."

Siuman?
Kondisiku?

"Mendingan kamu tiduran lagi, sebentar lagi Zafa bakal dateng buat periksa sekalian ganti cairan infus kamu."

Hah?

Secara spontan aku mengangkat kedua tanganku dan langsung terfokus pada selang infus yang ada di lengan kiriku, aku juga mengerutkan kening saat merasakan lilitan perban di kepalaku.

Apa ini?
Kenapa aku diinfus?
Kenapa kepalaku diperban?

"Aku kenapa? Kenapa kepalaku diperban?"

"Kamu lupa atau pura-pura lupa? Sepuluh hari yang lalu kamu kecelakaan dan selama itu juga kamu nggak sadarkan diri."

Kecelakaan?

Aku menggelengkan kepalaku dengan tidak paham.
Apa ada mimpi semacam ini? Mimpi yang membingungkan seperti ini?

Aku masih meraba-raba perban di kepalaku, mengernyitkan dahiku saat beberapa bagian di sana menimbulkan rasa nyeri.

ATHAR [Destiny Series 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang