6. Mimpi Buruk

242 23 5
                                    

.
.
.
.
__________________________________

"Kepercayaan adalah sesuatu yang sederhana, namun akan menjadi rumit saat kebohongan dan penghianatan bermain di dalamnya."
__________________________________

.
.
.
.

***

Pagi ini aku memulai hariku dengan mimpi buruk yang membuatku terbangun tengah malam.

Aku bermimpi tentang ruang gelap yang tak berdasar dan tak berdinding, ruangan di mana suara teriakanku pun tertelan oleh kegelapan, seolah-olah aku sedang terombang-ambing di udara. Aku terperangkap di dalamnya tanpa menemukan jalan keluar, sampai kemudian aku terbangun dari tidur ketika dalam mimpi itu aku merasakan sentuhan seseorang yang tidak kutahu siapa.

Seseorang dalam mimpiku terasa dingin dan misterius, layaknya seseorang yang bertahun-tahun terkurung dalam gua es. Namun aku tak bisa melihat wajahnya karena semua yang aku lihat di mimpiku hanyalah kegelapan. Satu-satunya yang aku ingat dari sosok asing di mimpiku itu adalah, rasa dingin dari sentuhan ujung jemarinya di pipiku.

Aku terbangun di tengah malam dengan perasaan gelisah, saking gelisahnya aku bahkan menelepon orang tuaku untuk memastikan mereka baik-baik saja, dan untungnya mereka baik-baik saja.
Tapi itu tidak cukup untuk membuatku tenang, sebaliknya aku justru semakin merasa gelisah.

Aku tidak bisa kembali ke tempat tidur, dan memilih untuk membaca beberapa buku di meja belajarku meski hal itu tidak membantu sama sekali.

Aku tidak tahu kenapa, tapi aku tidak pernah memiliki perasaan seperti ini sebelumnya. Perasaan resah yang datang tanpa sebab.

Bahkan ketika kini aku duduk di atas jok motorku di parkiran, aku masih merasakan kegelisahan itu. Semacam ada kegelapan yang mengikuti dan mengintai untuk menunjukan sesuatu.

Tanpa sadar aku berkali-kali melirik jam di tangan kiriku dan berdebar dalam setiap detiknya. Aku takut terjadi sesuatu padanya.
Pada Athar.

Dan aku merasa lebih takut lagi saat memikirkan bahwa jika pun terjadi sesuatu, aku bukanlah orang yang akan bisa membantunya, karena aku bukan siapa-siapa baginya.

Aku gelisah memikirkan jika mimpi anehku itu ada hubungannya dengan Athar.


.
.
.

Tapi kemudian, saat mendengar suara deruman motor yang familiar mulai memasuki kawasan parkir tepat pukul tujuh lewat lima belas, aku merasa sedikit tenang. Setidaknya Athar dalam keadaan baik-baik saja jika ia masih berangkat kuliah tepat waktu seperti biasanya.

Aku mengangkat kepalaku dan menatap ke arah gerbang parkir, menatap ke arah lelaki yang menaiki motor c70 nya dengan santai dan tanpa beban.
Seperti biasanya, Athar melajukan motornya dengan pelan sambil sesekali menjulurkan kakinya kevbawah, membuat alas sepatunya bergesekan dengan permukaan lantai parkiran yang kasar dan membuat suara gemerisik yang khas di telingaku.

Hari ini Athar mengenakan kemeja flanel berwarna abu-abu yang dibalut dengan jaket denim kesukaannya, dan celana jins—kedodoran—kebanggaannya. Pakaian sederhana yang sangat Athar sekali. Tanpa bisa ku tahan, bibirku menyunggingkan senyum saat melihatnya.

ATHAR [Destiny Series 3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang