Ujian nasional telah tiba, ku kerjakan soal dengan percaya diri.
Soal-soalnya bersahabat dengan ku, ku kerjakan dengan hati-hati.
Semoga mendapatkan hasil yang memuaskan."Huhh... Soalnya sedikit menguras pikiran ya Li", keluh Anisa setelah selesai.
"Ini hari pertama lagi pemanasan nis, baru soal bahasa indonesia. Besok matematika loh", ucapku
"Iya iya, kamu mau gak belajar bareng matematika, aku banyak yang belum paham"
"Iya Li, kita belajar bareng yuk. Aku juga belum paham betul nih",sambung Isma di lanjut anggukan dari Tian.
"Iya deh, nanti kita belajar bareng.
Habis ngaji aja ya. Soalnya habis asar aku ada hafalan"
"Ciee, lagi ujian tapi masih mikir hafalan ya"goda Anisa sambil menyenggol lenganku
"Iyalah, kita harus imbangi pelajaran dunia dan akhirat. Hehe"
"Iya iya aku tahu. Guru hafalannya juga kan yang bikin kamu semangat hafalan", ucap Anisa sambil nyengir.
Aku hanya diam, senyum, dan tersipu malu, ku yakin pasti pipiku memerah.
Ah pipi ku tak pernah bisa dikondisikan~ gerutuku.Saat Aku dan sahabatku berjalan keluar kelas untuk pulang, Amar memanggilku. Langsung ku tenggok ke belakang, Amar berlari menghampiri kami. Tepat berada di depanku, Amar menyapa kami satu persatu dengan nafas yang masih terengah-engah.
"Ada apa??",tanyaku
"Emb... Aullia, maaf setelah ashar aku gak bisa menyimak hafalanmu. Abah kyai memintaku menemuinya setelah sholat Ashar. Bagaimana kalau setelah mengaji saja" ucap Amar, sepertinya ia merasa bersalah. Padahal itu bukan kesalahannya, hanya waktunya yang kurang tepat. Aku hanya tersenyum melihat ekspresi wajahnya yang lugu, lalu ia menunduk begitupun aku.
"Gimana ya, tapi nanti setelah mengaji aku udah janjian sama mereka buat belajar kelompok",jawabku sambil menunjuk sahabatku.
"Udah lah Li, kita belajar kelompoknya sore ini aja. Jadi kamu bisa hafalan nanti setelah mengaji. Gimana bagus kan usulku??", timpal Annisa sambil menarik alisnya sebelah ke atas
"Ya udah, iya Mar nanti setelah mengaji kita hafalan. Dimana hafalannya?"
"Baiklah, nanti ku tunggu di masjid. Ya sudah aku pamit dulu. Assalamualaikum", pamit Amar langsung berjalan mendahului kami.
"Wa'alaikumsalam",jawab kami serempak.**
Setelah sholat magrib seperti biasa, aku mengaji bersama sahabatku, sebelum ustadzah datang, kami para santri sudah menyiapkan tikar, meja, kitab yang diajarkan hari ini, dan lainnya. Itu sebagai bentuk pengabdian dan rasa hormat kami pada guru.
Kami duduk beralaskan tikar dengan satu meja yang bisa digunakan untuk lebih dari empat orang santri. Seperti biasa juga, aku dan tiga sahabatku ditambah Fani duduk se meja didepan ustadzah yang mengajar.
Oiya, nanti setelah mengaji kan aku harus menemui Amar di masjid, sampai lupa. Nanti aku suruh sahabatku saja yang menemani, tidak baik berduaan. Tapi kalau di rumah kan aku sering berdua dengan dia, upss...
"Emb, nanti kalian mau gak temani aku ke masjid"
"Memangnya mb Aullia mau ngapain di masjid??" tanya Fani
"Mau setor hafalan ke Amar, Fan"
"Oh gitu, aku ikut ya mb. Kalau ramai kan seru"Selesai mengaji, fani dan ketiga sahabat ku akhirnya mau menemaniku.
Ku langkahkan kaki dengan degup dada yang tak beraturan.
Luruskan langkahku ya Allah, dengan sentuhan suci, tentram merasuk jiwaku, terangi tiap langkahku ya Allah, semoga niatku ini hanya untuk lebih mendekatkan diriku pada-Mu bukan yang lain.
Sampai didepan masjid, semakin ku rasakan degupan di dada. Didalam masjid sepertinya Amar sudah menunggu. Mendengar ayat-ayat suci yang ia lantunkan, semakin ragu untukku melangkah. Akhirnya ku langkahkan kaki memasuki masjid dengan menyebut namamu ya Rabb. Ku lihat dirinya memejamkan mata meresapi setiap ayat yang ia lantunkan, betapa indah ciptaanmu ya Allah.
Nikmat tuhanmu manakah yang engkau dustakan ~ kalimat itu yang berada dipikiran dan hatiku saat ini.
"Buruan masuk Li, kita tunggu disini ya. Nanti kalau ada apa-apa panggil nama ku tiga kali, aku pasti langsung datang" ucap Tian dengan guyonan recehnya. Lumayan lah untuk memecah ketegangan ku saat ini. Mereka menunggu diserambi depan, sibuk menggarap kitab mereka masing-masing. Aku melangkah masuk ke masjid dan mengucapkan salam, Amar menyudahi qiroahnya dan kemudian menyuruhku masuk. Kami hanya dibatasi dengan kain setinggi dada, kalau duduk. Aku mulai hafalan, ku tundukkan kepalaku dan ku pejamkan mataku sambil meresapi arti dari bacaan surah itu.Amar Pov
Malam ini,
Terawangku ada dalam dirimu,
Berbagai rasa berkecambuk keras disini, didalam hati ini.
Di jarak yang sebenarnya aku tak mau.
Kau duduk didepanku, hanya selembar kain ini yang menjadi pemisah antara kita.
Saat ini keimananku sedang diuji. Ingin ku menatap lama wajah indahmu, namun semua itu ada batasnya.
Indah yang kudengar dari ayat suci yang kau lantunan kan.
Kamu yang dulu asing dimataku, kini tanpa ku sadari menjadi pengisi pikiran dan hati.
Aku selalu beranggapan bahwa dirimu yang ditakdirkan Allah untuk diriku,
Namun nyatanya saat ini kamu hanyalah seseorang yang hadir sebagai ujian hatiku.Amar Pov end
.
.
.
Terimakasih yang udah sabar nunggu.
Maaf lama, soalnya lupa kata sandi buat masuk ke wattpad lagi😂😂.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta Di Pesantren
SpiritualMenunggu seseorang itu bukan hal bodoh. Tapi meninggalkan orang itu demi orang lain yg lebih mengharap kehadiran kita, itu jauh lebih pintar. ~Ais.Aullia