Untuk kedua kalinya

3.1K 96 3
                                    

Hari ini, liburan semester telah selesai. Saatnya memulai kembali aktivitas sekolah.
Seperti biasa aku berangkat bersama sahabat-sahabatku.
Belajar kembali untuk menyiapkan ujian nasional.
Menyiapkan masa depan yang cerah.
Ku sapa semua temanku.
Semua memasang wajah yang ceria, senyum yang tulus tergambar diwajah-wajah mereka.
Kemudian memilih tempat duduk dan aku tetap duduk sebangku dengan Anisa, sedangkan Isma juga tetap sebangku dengan Tian. Kami memilih meja baris 2 dan 3.
Lalu mempersiapkan buku mata pelajaran pertama.
Pelajaran belum dimulai sepenuhnya, masih diisi dengan cerita atau pengalaman setelah liburan, semacam anak SD yang sedang mendongeng.
Bagiku tak terlalu menarik, lagipula aku dan sahabatku tak pergi kemana-mana, hanya menghabiskan liburan dengan kegiatan pondok.
Yaa ada yang menarik, namun mana mungkin aku ceritakan.
Jam pelajaran berikutnya pun masih sama diisi dengan bercerita, hingga terdengar bel istirahat.
"Kantin yuk, kangen bubur ayam sama teh tawar pak Wah nih",ajak Tian
Kantin sekolah memang terkenal dengan sebutan kantin pak Wah, ya singkatan dari nama pak Wahid. Ya biasalah, anak sekolah pasti lebih senang memanggil nama depan pemilik. Hehe.
"Yuk, aku juga udah laper nih",sahut ku
"Kamu mah apa apa baper Li... Ehh salah laper maksudnya.hehe".
Lalu kami berjalan menuju kantin, seperti biasa kantin selalu ramai dan semua meja hampir penuh.
"Emb, aku yang pesen kalian cari tempat duduk ya"
"Oke siap"
Aku antri untuk memesan bubur ayam, kemudian didepanku ada Amar yang sedang antri memesan juga.
Merah lagi nih pipi, Astagfirullahal'adzim..
Antrian cukup panjang, kalau ke kantin tepat bel istirahat pertama bunyi.
Tiba-tiba Isma menyenggolku.
"Astagfirullahal'adzim, Isma"
"Kaget ya?? Udah belum sih pesannya lama banget, kan keburu masuk nih"
"Ya sabar, kan antri Is"
"Ya udah deh, kalau gitu aku balik sana dulu ya.... Eeehh embb, Pantes betah antrinya, orang ada dia"tunjuk Isma sambil cengingisan dan pergi.
"Apaan sih Isma, gak jelas banget", kataku lirih.
"Ehh Aullia, kamu mau pesan bubur ayam juga?", tanya seseorang yang tak lain lagi adalah Amar, terlihat dia sudah membawa pesanan nya.
"Eh, iya. Kamu udah pesennya??"
"Iya ini udah. Kalau gitu aku kesana dulu ya"pamit Amar, yang ku jawab hanya dengan senyum.

Amar Pov
Tadi saat di kantin pak Wah, kulihat senyum yang indah.
Sepertinya bidadari surga akan iri dengan dirinya.
Perempuan sholehah, pandai, baik akhlaknya, sopan dan santun orangnya.
Aku hanyalah seorang santri, yang jauh-jauh pergi meninggalkan desa untuk mengemban ilmu agama disini.
Punya apa aku? ahh sulit rasanya untuk mendapatkan dia.
Aisyah Aullia, wanita yang menggoyahkan imanku saat ini.
Astagfirullah, kenapa jadi kepikiran Aullia terus. Ampuni hamba ya Allah~

"Kenapa mar? Kok buburnya di diam kan??"tanya Ahmad
"Enggak kok, nih mau aku makan"
"Ya udah mar, aku balik ke kelasku dulu ya. Habis ini mata pelajaran pak Nur"
"Iya mad duluan aja, kelasku kayaknya jam ini kosong. Bu Rini izin lagi gak enak badan"
"Oh yaudah kalau gitu, aku sama yang lain balik ke kelas ya"
Aku dan Ahmad memang tak sekelas, tapi saat istirahat selalu bareng entah ke kantin maupun masjid. Dia bersama teman sekelasnya dan aku pun dengan teman sekelasku. Jadi kelas ku dan kelas Ahmad selalu kompak.
Amar pov end..

**
Jam pelajaran telah selesai satu jam yang lalu, namun masih banyak siswa siswi yang berada di area sekolah. Entah ekskul, nunggu jemputan, dan mengerjakan tugas.
Kebetulan hari ini hujan turun cukup deras, membuat para siswa yang biasanya berjalan kaki, tidak dapat pulang dan harus menunggu hujan reda.
Begitupun Aku dan sahabatku, yang hanya duduk di gazebo depan sekolah menunggu hujan reda dengan membaca novel sebagai penghilang bosan.
Jarum pendek sudah menunjukan angka 3, namun hujan belum juga reda. Hari semakin sore.
"Yah hujannya kok belum reda sih" rintih Anisa
"Bersyukur aja kali Nis. Dikasih hujan kamu mengeluh, kekeringan gak ada air kamu juga mengeluh",sahut Isma
"Berdoa aja yuk, ikuti aku"
"Iya ustadzah. Yuk baca sekarang Li",perintah Tian
"Bismillaahir rahmaannir rahiim, Allahumma shoyyiban nafii'an. Ya Allah turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat. Aamiin"
"Aamiin", ucap mereka serempak

Beberapa menit kemudian, kulihat Amar keluar dari ruang kelas yang biasa digunakan untuk ekskul seni qiroah. Amar sering diminta oleh guru untuk ikut melatih siswa siswi yang mengikuti ekskul seni qiroah. Dia semakin dekat berjalan menuju arah kami.
"Assalamualaikum",sapanya
"Wa'alaikumsalam"jawab kami serempak dan ada juga Fani disini
"Mau bareng gak pulangnya?",tanya Amar
"Payung mas Amar kan cuma ada satu, masak buat payungan kita ber enam?",jawab Fani. Yang hanya dibalas senyuman oleh Amar.
"Emb, ya udah Mar. Kamu sama Aullia aja yang pulang duluan"perintah Isma
"Loh kok aku sih, gak ah aku pulang bareng kalian aja",jawabku
"Gapapa Li, kamu pulang duluan aja. Nanti takut Umi kamu khawatir loh. Kalau kita mah nunggu hujan reda aja",sahut Anisa yang di ikuti senyum dari mereka semua.
"Emb, gapapa nih aku pulang duluan? Terus aku bareng Amar gitu?? Nanti kalau Amar kena hukum gara-gara aku gimana?"
"Gak bakal kena hukuman mas Amar nya, mb. Nanti aku yang bilang ke Abah kalau Abah tanya",bela Fani
"Jadi ada yang pulang bareng aku gak??  kedinginan nih aku"
"Ya udah kalau gitu, aku pulang dulu ya semua. Assalamualaikum" sekarang bukan hanya pipiku yang memerah tapi wajahku pun ikut memerah.
Ya Allah,
"Wa'alaikumsalam",jawab mereka dengan tawa yang lirih tapi aku masih bisa mendengarnya.

Diperjalanan pulang aku dan Amar hanya saling diam.
Mungkin aku sedang bermimpi,
Mungkin aku sedang tertidur,
Mungkin aku sedang ber angan-angan,
Entah, rasanya seperti nyata.
Aku tak pernah merasa seperti ini, dihadapan seseorang yang pernah membuat ku merasa canggung tuk kesekian kalinya.
Ahh apa ini yang namanya cinta?
Aku tak pernah merasa kan hal bodoh seperti jatuh cinta, sebelumnya ~ucapku dalam hati.

"Kamu kenapa melamun Li?"
"Apaa?? Cinta??",ucapku spontan
"Cinta?? Kamu kenapa sih Li"tanya Amar sekali lagi dengan dahi yang sedikit berkerut.
"Gak papa kok, udah ya sampai sini aja nganternya, makasih"
"Tapi Li...", aku langsung berlari menerjang deras nya hujan.
"Gapapa tinggal lurus dikit udah sampai kok. Makasih, Assalamualaikum",dengan nada sedikit berteriak.
Aku berlari dengan rok panjang yang cukup sulit untuk berlari kencang.

Akhirnya sampai depan rumah dengan seragam dan tas yang basah.
Tok..tok..tokk
"Assalamualaikum Umii", tak lama kemudian pintu dibuka.
"Wa'alaikumsalam Aullia. Lah kok basah semua? Kamu hujan-hujan ya pulangnya"
"Hehe, iya mi. Soalnya hujannya gak reda-reda. Takut umi khawatir",jawabku dengan senyum
"Bisa aja, ya udah kamu lewat belakang ya. Umi siapin air hangat buat mandi"
"Iya umi, terimakasih"

Bersambung....

Ada Cinta Di PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang