Dulu aku pernah dengan teramat mencintai tanpa diketahui olehnya yang aku cinta.
Berhari-hari, berminggu, berbulan-bulan hingga tahunan. Aku memendam rasa yang semakin tak terkira.
Tanpa disengaja, aku pun terlatih dalam segala hal karenanya.
Aku terlatih menabahkan rindu yang seringkali membuatku dirundung pilu.
Berpeluh melawan takut akan suatu kehilangan.
Oh, aku pun kerap mendebat tanya yang menyapa kala malam telah tiba. Mengurainya dengan segala cara. Lalu menjadikanku ahli dalam menerka.
Biasanya setelah itu, aku jadi semakin mencintainya. Namun tak jarang pula hal itu menjadi sebab runtuhnya asa yang kubangun sejak lama. Tapi tetap saja, selalu bisa kuatasi dengan kembali menguatkan gagasan akan makna mencintai yang sebenarnya. Setelahnya, kuteruskan untuk berjuang dan bertahan atas dasar kesungguhan dan ketulusanku untuk mencinta.
Memang takkan cukup hanya dengan cinta. Maka dari itu, aku selalu berusaha untuk ada. Menemaninya dikala sedih dan bahagia. Aku ikhlas menjadi tong sampahnya.
Tapi, apa mau dikata. Ternyata dia tak pernah menganggapku ada.
Lalu?
Yaa, mentoknya segala usahaku pun menjadi sia belaka.
.
.
.
.
Dah, ah. Gitu aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feelings.
PoesiaMari mengingat, mengenang kembali; memeluk dan menyumpahi janji; menjatuhkan hati di antara luka yang abadi; menangisi sosok yang telah lama pergi.... untuk kemudian mengikhlaskan rasa dan menabahkan diri. Untuk apapun yang telah terjadi, kudo'akan...