I Forgive You (Part 1)

1.3K 71 29
                                    

"Bang, lagi di mana?"

"Ini bentar lagi sampe kok, masih di tikungan jalan. Mau titip apa?"

"Gak usah, Abang ati-ati aja, cepet dateng ya Bang."

"Siap... Abang bawain pudding nih."

"Wah kayaknya enak, gak sabar pengen makan."

"Iya, tunggu, ya."

"Iya, Bang."

Raka tersenyum sambil memandangi layar ponselnya yang sekarang sudah menggelap. Dia menyalakan layar itu lagi, menatap wajah dua wajah yang sama persis tengah saling rangkul dengan senyum cerah di wajah keduanya. Senyuman Raka semakin lebar membayangkan ekspresi saudara kembarnya itu ketika menerima hadiah yang dia bawa.

Dia tidak berbohong saat mengatakan membawa pudding untuk Raki, kembarannya. Tapi dia juga membawa yang lain. Tiga buah kanvas berukuran besar, satu set kuas baru lengkap dengan cat dan paletnya. Dia sudah merindukan karya-karya luar biasa milik Raki. Dia akan menyatukan tiga lukisan yang akan Raki torehkan di kanvas ini dengan lukisan-lukisan Raki yang lain dan membuatkan pameran untuk Raki. Gedungnya sendiri sudah hampir siap, Raka bahkan sudah memiliki desain untuk tata letak lukisan-lukisan Raki nantinya. Dia jadi semakin tidak sabar menunggu hari itu tiba. Mimpinya dan Raki akan segera terwujud!

"Tolong, jambret!!" Raka menghentikan seluruh kegiatannya, tubuhnya membeku ketika melihat sesosok bertubuh kekar berlari ke arahnya. Tanpa banyak berpikir, Raka meletakkan semua yang dia bawa dan menitipkannya pada nenek-nenek pengemis yang tidak sengaja berada di sana.

"Nek, titip sebentar, ya?" tanya Raka dengan suara yang begitu sopan sambil mengulurkan selembar uang seratus ribuan pada nenek pengemis itu.

"Terima kasih banyak nak, iya, nenek akan jagakan barang-barang kamu ini," kata nenek tua itu dengan berlinang air mata. Raka tersenyum manis sambil menjabat tangan terulur milik nenek itu. Dia buru-buru berlari menerjang tubuh kekar yang semakin mendekatinya itu.

Bruk!

Dengan sekali sentakan, tubuh kekar itu terlempar begitu saja. raka memang sudah lama mendalami ilmu bela diri yang selalu dia gunakan untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, seperti saat ini. Raka dan orang itu mulai beradu pukul. Raka sesekali menghindar dari pukulan dan tendangan lawannya. Tangan Raka terulur, menarik masker dan menyentakkan topi yang digunakan lawannya.

Dia... batin Raka. Dia sedikit tercengang melihat sosok di balik masker dan topi itu. Laki-laki yang menyerang Raka terlihat sedikit terkejut juga saat wajahnya terlihat. Dia buru-buru menutupi wajahnya dengan lengan, tapi tetap saja, Raka sudah melihat wajah itu.

Saking terkejutnya, penjambret itu mungkin tidak sadar melepaskan tas yang dia jambret tadi. Dengan sigap Raka melemparkan pada ibu-ibu yang ternyata sudah mendekatinya meskipun masih berjarak dalam hitungan meter.

"Telpon polisi, Bu!" teriak Raka yang langsung dibalas anggukan oleh ibu-ibu tadi. Ibu-ibu itu mundur teratur meskipun tidak meninggalkan tempat itu. Dia menuruti permintaan Raka untuk menghubungi polisi, bahkan juga ambulan. Entah kenapa, dia tiba-tiba saja berinisiatif melakukan hal itu.

"Mau ke mana?" tanya Raka sambil menarik kerah bagian belakang dari jaket yang dipakai penjambret yang berniat kabur itu. Tidak tanggung-tanggung Raka memukul tengkuk belakang laki-laki itu. Dia kembali tercengang saat pukulannya ternyata tidak sanggup membuat musuhnya kehilangan kesadaran. Laki-laki bertubuh kekar itu berbalik sambil menodongkan senjata ke hadapan Raka.

Dorr!

Dorr!

Dorr!

"Argh!" teriak ibu-ibu itu kaget. Dia membeku melihat dua orang di depannya itu. Pandangannya menatap ke sekeliling, gang ini sangat sepi, penerangannya juga jarang. Jarang ada orang yang melewati gang ini, ibu-ibu itu berlari keluar gang, berusaha mencari pertolongan.

This Love... ✓Where stories live. Discover now