Keep Alive My Brother (Part 3)

374 31 12
                                    

"Uangnya saya terima 150 ribu, totalnya 125 ribu, kembaliannya 25 ribu, silakan diperiksa terlebih dahulu, sampai jumpa kembali," kata Lara sesopan mungkin. Sudah pukul 10 sebenarnya, tapi pelanggan masih banyak yang berada di dalam restoran meskipun satpam sudah mengingatkan mereka dan justru meminta perpanjangan 10 menit lagi sampai makanan mereka habis. Lara tidak bisa melakukan apa-apa selain menunggu, lagi pula Fabi bersama Hendra sekarang.

"Biasanya emang serame ini, ya?"

"Biasanya lebih rame malah, ada yang hampir jam 10 baru dateng, kita gak mungkin nolak, apalagi kalo wajahnya udah keliatan capek, kelaparan gitu. Mana tega kita nolak? Kita juga pernah tutup restoran jam 1 pagi, nurutin anak ABG yang ngerayain ultah di sini."

"Kalian gak bilang sama Hendra?"

"Justru pak Boss yang ngizinin mereka masuk, kasian katanya. Restoran ini bakalan makin rame tiap tanggal 7 sama 9 maret, pak Boss bikin promo tiap tanggal itu, buy 1 get 2. Kebayang kan gimana ramenya?"

Lara terdiam sejenak. Tanggal itu, tanggal ulang tahunnya dan Fabi. Lara memang tidak ingin berspekulasi berlebihan, tapi boleh kan dia sedikit GR, mengira itu Hendra lakukan untuk merayakan hari ulang tahunnya dengan Fabi?

"Maaf ya La, hari pertama kerja udah harus lembur," kata Nana, pelayan yang menunggu pelanggan itu selesai makan untuk membersihkan mejanya. Lara tersenyum mendengar kata-kata Nana, untung orang-orang di sini sangat baik padanya jadi dia tidak terlalu merasa asing.

"Gak pa-pa, udah tanggung jawab kita, 'kan? Gue mah enak bisa sama duduk, lo mana sempet duduk kalo lagi rame kayak tadi." Nana tertawa mendengar kata-kata Lara, memang benar, dia hampir-hampir tidak duduk kecuali saat istirahat makan dan ibadah.

"Sebanding lah kerja keras sama gajinya. Apalagi pak Boss baik banget orangnya."

"Udah berapa lama kerja sama Hendra?" Lara tiba-tiba penasaran, sepertinya semua pekerja sangat dekat dengan Hendra, tadi saja saat Hendra memperkenalkannya pada pekerja yang lain, banyak yang reflex menggoda Hendra.

"Sejak restoran ini dibuka, hampir 3 tahun berarti. Hampir semua pekerja di sini direkrut di hari yang sama kayak gue. Jadi hampir semua udah 3 tahun kerja di sini kecuali lo sama lima orang yang pakai item-putih tadi." Lara mengangguk mengerti dua orang yang Nana maksud. Dalam hati dia mengagumi Hendra, dia sesukses ini dengan usahanya sendiri, dia tidak pernah menyangka Hendra akan muncul dan menyelamatkan hidupnya dan Fabi.

"Kalo gak ada pak Boss, gue pasti masih di jalanan, ngamen, kadang nyopet juga. Hampir setengah pekerja di sini pengamen jalanan loh, makanya tiap istirahat kita suka nyanyi-nyanyi, itung-itung mengenang masa-masa kelam. Bahkan ada yang direkrut dari rumah bordil, tau lah, semacam PSK gitu."

"Eh?!" Lara baru tahu ada yang seperti itu di sini. Pandangan matanya mengikuti arah telunjuk Nana yang mengarah pada salah seorang pelayan dengan pakaian ketat di ujung ruangan, sedang berbicara dengan pelayan yang lain dengan pakaian tak kalah ketatnya.

"Mereka berdua pasangan lesbi. Mantan PSK, gak mau nerima orderan lagi setelah pacaran. Jadi pak Boss nawarin mereka kerja di sini, bahkan cariin mereka tempat tinggal biar gak dicariin sama 'Mami'nya." Lara mengangguk-anggukkan kepalanya, unik juga selera Hendra dalam memilih pekerja.

"Na, udah tuh." Lara memberi kode pada Nana saat orang terakhir yang duduk di meja itu berdiri dan berjalan mendekatinya. Nana segera pergi meninggalkan meja kasir, membiarkan orang terakhir itu membayar makanannya dan keluar.

"Terima kasih, sampai jumpa kembali..." Lara menarik napas panjang dan meregangkan otot-ototnya yang kaku, meskipun dia bisa duduk, dia tetap saja lelah, apalagi mereka yang harus bergerak kesana-kemari sejak pagi?

This Love... ✓Where stories live. Discover now