I Forgive You (Part 4)

725 72 44
                                    

"Raki, makan dulu yuk?"

Raki menggeliat pelan, matanya terbuka perlahan dan langsung bertemu dengan dokter Ryan yang tengah tersenyum sambil membawa nampan berisi makanannya yang tidak jauh-jauh dari bubur. Raki berusaha bangun untuk memakan makanannya sendiri. Sudah hampir 3 hari ini Raki selalu memakan makanannya sendiri. Tapi pagi ini, dia merasa kepalanya begitu berat, dadanya juga sesak, tapi sebisa mungkin dia tidak menunjukkannya pada dokter Ryan.

"Argh!"

Raki mengerang pelan saat rasa sakit yang menusuk menjalan dari dada ke punggung dan terus bergerak ke kepalanya, membuatnya benar-benar kesakitan. Dia tidak sengaja menendang meja yang ada di depannya, membuat isinya berhamburan ke mana-mana.

"Om, tolong!!" teriak Raki lebih keras. Dia sudah meringkuk di atas tempat tidur sambil menarik rambutnya kencang-kencang hingga membuatnya rontok di telapak tangannya. Dokter Ryan panik bukan main. Dia memegangi Raki agar tidak jatuh sambil mengobrak-abrik laci di samping tempat tidur Raki. Saking lamanya dia disini, semua obat yang Raki butuhkan sudah tersedia di kamar.

"Raki, bisa dengar suara Om?" tanya dokter Ryan berusaha tenang, dia menjauhkan tangan Raki dari kepalanya, membuat lengannya menjadi sasaran cengkeraman dan cakaran Raki, mencoba menyalurkan rasa sakit luarbiasa di seluruh tubuhnya.

"Raki tahan Raki, kamu kuat. Om tahu kamu kuat!"

Dokter Ryan mengambil satu suntikan berisi obat penghilang rasa sakit dosis tinggi di lengan Raki yang terbuka.

"Argh!!" Raki masih terus menjerit-jerit. Kini napasnya bahkan sudah tidak karuan, membuatnya semakin kesakitan. Tidak ada cara lain, dokter Ryan menekan tombol darurat, membuat dua orang perawat datang ke kamar Raki tepat saat tubuh Raki kejang-kejang hebat.

"Ruang tindakan kosong?" tanya dokter Ryan, membuat satu perawat yang baru saja datang itu berlari lagi keluar, memeriksa ruang tindakan yang dimaksud, kebetulan lokasinya tidak jauh dari ruangan Raki.

"Raki, bisa dengar suara Om?" tubuh Raki masih kejang-kejang hebat, napasnya terdengar menyakitkan dan sepertinya tenggorokannya penuh cairan.

"Bantu saja memiringkan tubuhnya," kata dokter Ryan. Dokter di belakang dokter Ryan dengan sigap langsung membantu dokter Ryan memiringkan tubuhnya, dokter Ryan bahkan naik ke tempat tidur untuk menyangka tubuh Raki agar tidak kembali jatuh.

"Raki, tenang Raki, semua akan baik-baik saja. kamu baik-baik saja. tenang Raki," bisik dokter Ryan. Dia tidak berani memegangi tubuh Raki kuat-kuat karena itu bisa berakibat fatal bagi Raki.

"Dokter Ryan, ruangannya sudah siap. Tim anastesi juga sudah siap." Dokter Ryan mengangguk. Seperti hasil pemeriksaan Raki kemarin, ada cairan yang menumpuk di otaknya, mungkin ini yang membuatnya kesakitan hingga kejang dan jelas cairan itu harus dikeluarkan sebelum kejadian lebih buruk dari ini terjadi.

^^^

Empat hari setelah operasi Raki, laki-laki itu masih setia tertidur dalam tidur panjangnya. Dia sempat bangun sehari setelah operasi, hanya meminta minum dan mengatakan terima kasih sebelum kembali masuk dalam tidur panjangnya, membuat dokter Ryan hampir tidak pernah tidur setiap harinya.

"Raki, kamu tidak berniat meninggalkan saya kan?" bisik dokter Ryan sendu. Dia tidak pernah sesedih ini sebelumnya. Setiap harinya dia hanya memandangi Raki yang tertidur damai. Besok adalah sidang putusan terakhir kasus pembunuhan Raka. Dia sudah menyerahkannya pada tim terbaik yang pasti akan memenangkan kasus Raka ini.

Dek, tahu gak, Abang gak pernah suka liat kamu tidur lama. Abang takut kamu gak bangun lagi. Jadi kalo kamu lagi tidur, jangan lupa berdoa sama Tuhan buat bangunin kamu besok, ya?

This Love... ✓Where stories live. Discover now