A. Sulit memahami

54 3 0
                                    

Iris memasang wajah nelangsanya setelah berhasil mendudukkan pantatnya di kursi kelas. Diabaikannya tatapan Gustaf yang penuh tanya itu. Kekesalannya semakin memuncak mengingat perilaku Abra semalam.
Ia tidak menyukai hari rabu dan semakin membenci hari ini karena moodnya terlanjur dihancurkan semalam dan sekarang ia akan semakin marah jika Gustaf berani menanyainya.

Gustaf adalah satu-satunya teman yang dekat di kelasnya ini, walau begitu ia tidak akan senang jika harus disuruh menjelaskan kejadian semalam hanya untuk memuaskan keingin tahuan Gustaf.

Cukup moodnya saja yang rusak jangan sampai kekesalannya memancing munculnya emosi sampai kepermukaan.  Ia berharap dosen mata kuliah MPS segera datang atau kosong sekalian, keterlambatan masuk dalam daftar yang paling ia hindari. Karena itu akan menciptakan jeda waktu bagi Gustaf  untuk bertanya.

"Putusin aja sicunguk itu kalo semakin kesini malah makin bikin pusing" sialnya itu bukan pertanyaan dan justru malah saran.
Ternyata Gustaf sudah semakin memahaminya.

Iris menoleh malas mendengar saran yang sangat menggoda itu.
Iris sangat ingin melakukan hal tersebut ia tidak akan peduli lagi dengan lama waktu pacarannya.  Ia juga tidak peduli dengan rasa kecewa kedua orangtua mereka namun sayangnya Abra tidak mau melepasnya dengan mudah.

Pria itu semakin menekannya dengan banyak tuntutan dan terakhir,  tepatnya baru semalam pria itu dengan kurang ajarnya menyinggung tentang pernikahan.

Abra tahu keinginannya,  ia tahu cita-citanya, ia tahu mimpinya jadi kenapa Pria itu berani menyuruhnya menghapus segala mimpi itu?
Dan sialnya pria itu terlalu keras kepala untuk dilawan. Bukan berarti Iris yang selalu mengalah namun setiap kali ada rencana Abra yang bertentangan dengan Iris maka pertengkaran luar biasa yang membuat Iris ingin memutilasi pria itu saat itu juga. Dan sayangnya sekarang ini kejadian itu sering terjadi.

"Gak usah elo suruh kalo gue gak mikir belakangnya udah gue sikat tuh cowok" balas Iris sarkas
"kenapa?  Udah terlanjur sayang?  Awas terlanjur sayang sama dengan udah gak sayang" itu hanya peringatan bisa dibilang nasehat tapi ketika kata-kata tersebut sampai ketelinga Iris dalam situasi seperti ini malah terdengar seperti cibiran.
"Jomblo diem aja deh.  Elo gak bakal ngerti sama yang kayak gini" jawabnya sewot

Iris mengabaikan putaran mata Gustaf dan malah sibuk menekuri novel yang baru saja ia ambil dari dalam tasnya. Sayangnya ia tidak sadar ketika Gustaf meraih ponsel disaku tasnya dan mulai menyalakan ponsel yang semula mati itu.
Rentetan pesan dari ponsel itu masuk seketika setelah ponsel gadis berusia 21 tahun itu berhasil mendapat jaringan.

"Gila si tua Abra, tekun juga ngirimin elo pesan" komen Gustaf yang seketika menciptakan delikan mata tajam iris.
"Peak kenapa elo nyalain ponsel gue sih" jeritnya emosi.
Tersangkanya Hanya nyengir kuda dan benar saja getaran lama penanda panggilan masuk mengalihkan perhatian mereka berdua.
"angkat dan bilang gue lagi ngurus surat magang di ruang admin"
Karena rasa bersalahnya walau dengan rasa was-was mengingat sifat pecemburu pacar temannya itu ia mengangkatnya juga.
"kamu menghindariku! " pernyataan itu yang menyambut pendengaran Gustaf
"mas ini Gustaf,  Iris lagi mgurus surat magang" ucapnya berusaha sesantai yang ia bisa.
"Bilang ke dia suruh langsung pulang aku dirumahnya.  Langsung pulang jika gak ingin ada yang akan terjadi"
Kalimat panjang itu hebatnya merupakan suatu ancaman.
Dan kedua orang yang kini saling bertatapan itu kini hanya melongo setelah mendengar rentetan kalimat itu.
Abra sialan.

Heart KepperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang