H

42 4 1
                                    


Setelah pembicaraan panas tadi malam yang berakhir dengan pembicaraan satu arah, Abra kembali datang menawarkan keramahan seperti dulu ketika untuk pertama kalinya Iris tahu Abra bermain hati dibelakangnya.

Ia merasa Abra sedang mengolok-olok dirinya disuatu tempat yang tidak diketahui Iris.
Kecurigaan menghantui Iris membuatnya lelah dan lemah. Pagi tadi ia mendapat panggilan dari Abra dengan kata-kata yang manis namun ada ancaman di dalamnya.

Ini tekanan, Serangan yang langsung ditujukan ke dalam pikirannya dan Iris takut namun juga tidak bisa menerima keseluruhannya. tadi malam Iya memikirkan segalanya keegoisan Abra, keangkuhan Abra.

Ego Abra terlalu tinggi dan seringnya berhasil melukai ego Iris. Abra terlalu menganggap Iris bisa menyesuaikan diri dengan segala peraturan Abra tanpa peduli dengan kemampuan Iris memahami Abra.

Ibu bertanya pagi tadi sebelum berangkat ke Bandung untuk menghadiri acara budhenya. Besok acara akan dilaksanakan dan Iris malas untuk datang karena Abra secara tidak langsung memaksa dialah yang harus ikut datang kesana. Ia berencana untuk pura-pura sakit saja jika tidak memikirkan Abra akan langsung menariknya kedokter dan tidak kurang dari 1 jam ia akan ketahuan sedang berbohong.

Kadang iris merasa Abra itu tidak mencintainya, mungkin obsesi yang mendasari perasaan Abra padanya. Teguran seorang pria didepan pagar rumah menghapus lamunannya, kekecewaannya.

"Ngapain Ris? " itu Yudi tetangga Iris yang sedang kuliah semester 6 di ITB.
Cowok itu jarang pulang karena memang ia yatim piatu. Orangtuanya meninggal karena kecelakaan mobil Ketik Iris dan Yudi masih berusia 12 tahun.

Walaupun yatim piatu Yudi merupakan cowok sopan yang baik agamanya. Pakdhe dan budhenya berhasil mendidik cowo itu menjadi sosok yang sangat baik dimata Iris.
"Ngliatin bunganya ibuk yud, kayaknya bisa pindah sendiri"
"ehh gila ya Ris? " nyinyir Yudi kebingungan
"kapan pulang? Masuk sini" tanya dan perintah Iris bersamaan.
"tadi malem, bareng kamu kok, orang aku liat kamu keluar dari mobil. Gilak pacar kamu yang tadi malem, mobilnya keren banget" cerocos Yudi sambil masuk ke halaman rumah Iris.
Iris hanya tersenyum masam. Ia benci diingatkan lagi tentang Abra yang akan datang kerumah siang ini.
"liburan akhir atau tengah semester sampe balik sini?" tanya Abra lagi
"enggak sih, cuman senin kan tanggal merah selasanya aku gak ada kelas yaudah sih kangen juga sama rumah,." terang Yudi
Yudi ini cowok impian, walaupun yatim namun ia cukup berada, orangtuanya dulu memiliki beberapa minimarket yang sudah cukup terkenal, yang sebagian dikelola pakdhenya dan sebagian dikelola Yudi sendiri.

Selain itu dia sopan pada semua orang, nada suaranya sedang tidak pernah meninggi, agamanya juga baik hampir setiap habis subuh dulu Iris selalu melihat Yudi berjalan dari arah masjid dengan sarung dan baju kokonya.

Wajahnya jelas mengikuti. Sayangnya cowo sebaik itu tidak akan menjadikan Iris sebagai pacar. Benar kata netizen cowo baik enggak pacaran. Sekarang Iris menyesal pacaran.

Bagaimana Iris mengharapkan Yudi jika Yudi saja tidak tahu Iris mengharapkannya karena statusnya.
Suara mobil membawa tatapan keduanya kearah jalan. Mobil itu berhenti didepan pagar rumah Iris lalu suara pintu dibuka dan ditutup dengan kasar membuat mata keduanya memincing.
"cowok kamu kasar banget Ris" bisik Yudi yang membuat Iris meringis salah tingkah.

Kecacatan Abra semakin bertambah. Iris ingin menguliti kepalanya sendiri saat ini.
"hai mas, pacarnya Iris ya? " Yudi begitu ramah, jenis manusia semacam apa sih sebenarnya Yudi ini.
"tunangan" dehem Abra tak ramah sama sekali membuat Iris dan Yudi tidak nyaman.
"yaudah balik dulu mas, Ris" pamit Yudi karena merasa canggung yang seketika mendapat anggukan dari Abra.
"cari cowo lain lagi? " itu kalimat Abra apa tidak masuk keotak dulu ya sebelum keluar.

Harusnya Abra sadar dialah yang selalu mencari gadis lain setiap mereka bertengkar, dan harusnya Abra malu mengungkit-ungkit hal seperti itu. Itu pembicaraan sensitif. Sayangnya Iris sedang malas menggubris ucapan Abra.
"masuk yuk, ibuk udah masak tadi, kamu belum makan kan? " ajak Iris sambil berbalik malas melihat wajah Abra yang berlipat-lipat kucel.
"kenapa enggak dijawab? Bener gebetan baru, cadangan, persiapan sebelum benar-benar sendiri? Asal tau aja ya Ris....

Mata Iris hampir keluar dari tempatnya, ia berbalik dengan kasar karena marah. Ia tidak tahan Abra benar-benar jahat sekarang.
"plis ini belum sampe jam 12 siang, aku belum sarapan, tidurku kurang, aku sedang datang bulan dan emosiku sedang tinggi. Jika kamu kesini cuman ingin ngajak ribut, aku lebih baik kekamar saja, gimana? " tekan Iris

Abra diam dengan wajah penuh penyesalan. Dan itu tidak berhasil menyentuh hati Iris lagi.
"maafin aku Ris, aku cemburu, aku juga takut kamu pergi dari aku, jangan marah sama aku lama-lama Ris" mohon Abra tanpa malu.

Mengabaikan kalimat Abra, Iris lebih suka berbalik ke dapur dan menarik 2 kursi bersisihan. Iris sedang malas menatap wajah Abra jadi ia tidak akan makan dengan berhadap-hadapan. Diambilnya dua piring dan 2 gelas beserta air mineral dari dalam kulkas. Diisinya piring Abra dengan makanan.

Abra tersenyum yang jelas terabaikan oleh Iris. Ia benar-benar ingin mengakhiri drama ini. Abra lemah tentang cinta. Iris mulai sadar tentang itu.

Heart KepperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang