Indira
Berlebihan nggak sih kalau kita nggak bisa jadi diri sendiri hanya untuk mengesankan orang lain?
Mungkin beberapa orang akan melakukan itu, merubah penampilannya hanya untuk mengesankan orang lain, tapi hal seperti itu nggak pernah ada di kamus gue. Gue mah selalu bertindak sesuai pemahaman gue aja. Dan gue bukan orang yang nggak tahu gimana memperlakukan orang lain, kok.
Kayak sekarang yang terjadi sama gue. Emang sih tujuan kita sekeluarga ke sini untuk perjodohan gue dengan whoever that guy is, tapi gue mikirnya ini lebih ke liburan tahun baru aja, sih. Gue anggap aja perjodohan nggak penting itu sebagai additional agenda. Jadi gue nggak mikir untuk harus kasih first impression yang sesuai dengan si pria misterius yang sampai sekarang gue nggak tahu namanya siapa.
Perdebatan terus terjadi di antara gue dan nyokap. Dia marahin gue abis-abisan karena nggak ada satu pun baju yang gue bawa yang layak untuk acara keluarga. Menurut pendapat nyokap lho, ya. Kalau bagi gue mah masih oke-oke aja.
"Ma, selama ini Mama nggak protes sama pakaian-pakaian yang Iin pake," gue berusaha menyuarakan pendapat. Karena memang selama ini nyokap nggak pernah cerewet gini cuma soal pakaian.
Nyokap menatap gue nyalang. Wah, wanita Sunda bisa galak juga ternyata. "Beda dong, In. Ini kan ceritanya kamu mau ketemu calon suami dan calon mertua. Masa ketemu mereka pakai celana pendek dan tanktop?"
"Ya nggak hotpants dan tanktop juga kali, Ma," gue melembutkan suara, berharap nyokap nggak ngamuk-ngamuk lagi. "Dress ini masih aman kok, Ma." Gue mengangkat dress berkerah sabrina berwarna peach dan mengangsurkannya ke nyokap.
Nyokap geleng-geleng kepala lalu meletakkan kembali dress itu ke tempat tidur. Nyokap kelihatan sedikit, well, I don't know, frustrasi sepertinya. Dia bilang, "Ini bukan Jakarta, Sayang. Kamu nih kayak nggak kenal keluarga Papa gimana deh. Heran."
"Ma, kalau mereka mau Iin beneran jadi bagian dari keluarga mereka, mereka harus terima Iin for who I am, dong. Sejak kapan sih pakaian jadi big deal buat Mama?"
Nggak peduli dengan keberadaan nyokap di kamar, gue ganti pakaian gue dengan dress peach itu. Asal tahu aja, ini dress gue beli di Metro pake bonus lembur gue. Enak aja dibilang nggak pantas buat acara keluarga.
"Masih nggak bisa dibilang kamu, ya? Beneran orang Batak asli. No offense, ya," ucapan nyokap bikin mata gue berputar.
Biarin. Emang gue orang Batak, apanya yang mau disangkal. Nyokap emang sering kewalahan dengan emosi dan kekeraskepalaan gue, bokap dan Ibas. Nasib dan Mojang Bandung yang satu ini. Hihihi.
"Semoga pakaian kamu nggak bikin mereka menolak perjodohan ini ya," ucap nyokap sebelum dia keluar dari kamar.
Kini gue mematut diri di cermin. Selain belanja dress, gue juga beli lipstik baru. Laneige. Modelnya Song Hye Kyo, kali aja gue bisa sweet dan flawless kayak dia. Untuk pertemuan kali ini, gue emang pengen kelihatan sweet dan imut gimanaaa gitu. Sekali-kali kembaran Adriana Lima berubah haluan dikit hehehe.
Kalau boleh jujur, sedikit banyak pertemuan yang bakal berlangsung beberapa menit lagi ini bikin gue kepikiran dan sedikit nervous. Pengen juga tanya ke bokap-nyokap kenapa sih ngebet banget jodohin gue ke si cowok ini. Bokap selalu bilang karena sudah waktunya, tapi gue nggak yakin cuma itu jawabannya.
Makanya itu, walaupun banyakan nggak ikhlasnya, gue penasaran juga nih sama orang yang bakal dijodohin ke gue. Apakah dia secapable itu sampai bokap nyokap seniat itu.
Sekali lagi lirik cermin, sip, gue udah siap ketemu mereka. Whoever you are, kalau dia cowok normal, pasti terpesona sama gue. Ini udah Song Hye Kyo banget, lho. Tinggal nunggu Song Jong Ki nya aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denial
Ficción GeneralAwalnya Indira dan Fachri menolak dan menyangkal perasaan masing-masing saat dijodohkan oleh orang tua mereka, sampai akhirnya mereka setuju juga dengan rencana perjodohan tersebut. Semua berjalan mulus sampai akhirnya mantan pacar Fachri bernama Al...
Wattpad Original
Ada 6 bab gratis lagi