Dia adalah seorang anak kecil yang mudah terbawa emosi.
***
Summer, 1999
."Hyung, ambilin bolanya lagi dong!"
Aku dengan malas merotasikan bola mataku sembari membalikkan badan entah untuk yang keberapa kalinya.
Kakiku melangkah lambat menuju daerah luar rumah dimana Jimin menendang bolanya. Tanganku terulur mengambil bola itu kala mataku mendapati keberadaannya didepan pagar rumah Bibi Na.
Aku melempar bola ditanganku kearahnya, yang Jimin tangkap dengan girang dan senyum secerah mentari.
Ia memantulkan bolanya ke tanah dengan semangat, "Ayo main lagi, hyung!" serunya sambil melambaikan bolanya padaku.
Aku menggelengkan kepala, "Nggak mau ah. Hyung capek. Sana kamu aja sendiri."
Mata Jimin terlihat meredup. Namun seolah tak kehabisan akal, Ia menyuarakan idenya lagi.
"Hyung bagian tangkap-tangkap bolanya aja deh!"
Aku menggeleng lagi, "Nanti kamu lemparnya jauh-jauh."
"Enggaak! Jimin janji deh lemparnya pelan-pelaan!" sahutnya dengan dua jari mungilnya yang Ia angkat kearahku dengan susah payah.
"Nggak mau. Kamu selalu jauh-jauh lemparnya. Hyung capek disuruh ambil bola terus."
"Nanti Jimin ambil sendiri deh!!"
"Nggak, Jim. Kamu udah bilang gitu lebih dari dua kali."
Bibirnya mencebik, "Aah, Hyung nggak asik. Ayo dong, hyung.. Main sendirian itu rasanya aneh!" mohonnya yang lagi-lagi kujawab dengan gelengan.
"Nggak usah main kalo gitu," sahutku singkat yang membuatnya memurungkan wajah.
Jimin kemudian melempar bola ditangannya dengan kesal. Lalu kemudian Ia berlari kedalam rumah sembari menggosok-gosok hidungnya yang sudah berair.
"Huu.. Hyung jahat! Hyung nggak.. Huk.. sayang Jimin!Huk.. Hyung nakal.. Huk... sama Jimin! Huk... Jimin males sama hyung!" teriaknya sembari terisak dengan isakannya yang lebih mirip dengan suara orang cegukan itu.
Aku menggelengkan kepalaku tak habis pikir.
Sebentar lagi pasti akan ada teriakan maut yang ditujukan padaku dari dalam rumah.
Dalam hitungan ke tiga...
Dua...
Satu...
"SEOKJIIINN!!! ADIKMU KENAPA NANGIS! AYO MASUK KEDALAM RUMAH BUAT TANGGUNG JAWAB!!"
Nah, kan?
Aku benar-benar kesal terus-terusan meladeni anak itu. Lihat saja kelakuannya. Akan selalu berakhir dengan aku yang dimarahi oleh Mama.
Dia sangat pintar mengambil hati orang lain.
Dia sangat pintar membuat dirinya terlihat lebih baik dariku didepan orang lain.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil DAngel [✔] || 나의 동생
FanfictionUntukmu, adikku yang manis sekaligus menyebalkan, Park Jimin; semoga kau tenang disana.