Angel's Wings

4.5K 506 10
                                    

Namun aku berusaha untuk bangkit. Membangun lagi sebuah kebahagiaan dan terus berjuang untuk meraihnya.

***
Spring, 2020

***

Aku menengadah menatap langit malam ini. Begitu memukau ditemani bulan dan beberapa bintang yang berlomba-lomba memamerkan cahaya mereka yang bersinar amat terang.

Tiga bintang terbesar diatas sana mengerling, dan aku tersenyum.

Aku menemukan presensi dari buntalan kecil yang manis tengah memeluk kakiku dengan erat sembari menguap lebar dan terus-terusan mengeluh jika Ia mengantuk.

"Hoahmm.. Timinnie ngantuk, Ayah.."

Aku terkekeh gemas, lalu merunduk untuk menangkap bocah itu agar aku dapat meletakkannya dalam gendonganku dengan benar.

"Auuw, uri Jiminnie sudah ngantuk? Yaudah, sini sama Ayah. Ayah puk-puk, terus Jimin tidur yang nyenyak ya?" kataku yang mendapat erangan darinya.

"Nda mau! Maunya ayah munyanyii!!" serunya antusias. Tanganku mengelus kepala mungilnya sembari tertawa, "Oke, oke. Ayah bakalan nyanyi. Jimin mau lagu apa??"

Jimin terlihat menopang dagunya seperti orang dewasa yang terlihat berpikir serius, membuatku mau tak mau menggigit ujung hidungnya karena gemas.

"Ih! Ayah! Akiit!! Tangan bubit-bubit Timinnie nanti akiit!!" protesnya yang kembali memancing tawaku.

Tanganku mengusap ujung hidungnya yang sedikit berwarna merah, lalu menggumam pelan, "Hahaha, bukan cubit nak, tapi gigit. Iya maaf deh Ayah salah. Sebagai ganti, Jimin mau Ayah nyanyiin apa?" kataku sembari membelai puncak kepalanya berulang kali.

"Timinnie mau dengal Spling dei!"

Aku terkekeh beberapa saat, lalu mulai bernyanyi untuk anakku yang baru berusia dua tahun ini.

▶Play: Spring Day-BTS

Nunkkocci tteoreojyeoyo
Tto jogeumssik meoreojyeoyo
Bogosipda Bogosipda
Bogosipda Bogosipda

Eolmana gidaryeoya
Tto myeot bameul deo saewoya
Neol boge doelkka
Neol boge doelkka

Mannage deolkka
Mannage deolkka

Chuun gyeoul kkeuteul jina
Dasi bomnari ol ttaekkaji
Kkeut piul ttaekkaji
Geugotse jom deo meomulleojwo meomulleojwo

Kudengar suara dengkuran halus di telingaku, pertanda jika putraku yang menggemaskan itu sudah asyik mengarungi dunia mimpi.

"Jiminnie?? Dimana?? Ayo nak, sudah malam. Sini tidur sama Mama!!"

Aku menolehkan kepala kedalam rumah saat mendengar suara nyaring seorang perempuan yang tengah mencari-cari keberadaan puteraku.

Obsidiannya langsung berhenti tepat pada kedua mataku. Jari telunjukku terarah didepan bibir, mengisyaratkan padanya agar Ia tak mengganggu Jimin yang sudah tenang di bahuku.

Perempuan itu bernafas lega, Ia melirik sekilas wajah tenang Jimin dari belakang punggungku, lalu mengelus pucuk kepala bocah menggemaskan itu dengan sayang.

"Mau sampai kapan disini? Makin malam, makin dingin lho. Ayo masuk, bawa Jimin ke kamar terus tidurin yang bener. Aku udah buatin kamu teh hangat," katanya sembari memegang bahuku.

Aku mengangguk, lalu membuntuti jalannya menuju kamar untuk menidurkan Jimin.

Aku membalikkan badan kearah pintu dan menemukan perempuan itu disana. Ia tersenyum, lalu berjalan mendekat kearahku yang sudah siap merentangkan tangan untuk memeluknya.

"Jadi.. Gimana? Sudah ketemu ketiganya?" tanyanya pelan di sela-sela pelukan kami.

Aku menggumam pelan, lalu mengangguk sambil tersenyum, "Hm. Udah. Mereka pasti bahagia banget."

Ia tertawa, lalu mengusak bahu lebarku naik turun dengan gerakan yang menenangkan.

Ia menatap mataku, menangkup pipiku dengan tangannya yang mungil. "Itu tandanya mereka masih akan terus diatas sana buat ngelihat kamu bangkit dan terus berjuang. Karena yang mereka tau, seorang Park Seokjin adalah seorang pria yang nggak akan menyerah begitu aja meski seribu lampu di hidupnya padam dan pecah karena terombang-ambing diatas laut. Kuatlah. Kami tau itu, dan kami mencintaimu," katanya pelan yang membuatku semakin mengeratkan pelukanku padanya.

Ia terkekeh, lalu melepas pelukan kami dan sedikit berjinjit untuk mengecup pipiku sekilas, "Ayo ke ruang depan. Katanya mau minum teh?"

Mataku mengerling nakal padanya, "Bonus pijat nggak papa kan, Sayangku?" aku terkekeh jahil.

Ia menyentil dahiku perlahan hingga membuatku meringis, "Maunya!" serunya kesal.

Aku terkekeh gemas sembari menyerobot satu kecupan kecil sekali lagi di bibirnya, yang membuat perempuan bertubuh mungil yang merupakan istriku itu tertawa geli.

Ya, jadi, inilah kebahagiaanku. Hidup bersama mereka dan membangun sebuah keluarga yang nantinya akan selalu ada disampingku, menggandeng tanganku sampai cerita ini tamat.

Bersama istriku yang cantik, Yoo Naeun, dan anakku yang menggemaskan bernama Park Jimin. Mungkin sebentar lagi akan kutambah satu persatu, hehe.

Dan, Park Jimin adikku. Aku tak akan pernah lupa padanya. Aku akan terus mengenangnya sebagai salah satu hadiah berharga yang pernah Tuhan titipkan kepadaku.

Terima kasih, Jim.
Terima kasih sudah pernah hadir dan mengepakkan sayapmu di sisiku.
Kamu adalah malaikat sekaligus setan kecilku yang sangat berharga.

***

Lil DAngel [✔] || 나의 동생Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang