Ingatkan aku untuk membuatnya tersenyum lagi.
***
Summer, 2014
***
"Hyung, Jimin besok ulang tahun nih."
Aku sedikit menaikkan alis atas info yang Jimin berikan. Lalu sebuah ide jahil terlintas di otakku.
Aku perlahan terkekeh untuk menggodanya, "Hahaha, terus kenapa? Hyung lho nggak nanya, Wle," jawabku sembari menjulurkan lidah yang membuat bibir pemuda manis itu melengkung.
"Hih. Kejam. Sama adik sendiri kayak gitu. Jomblo seumur hidup baru tau rasa!" sahutnya dengan nada sarkas yang lagi-lagi membuatku tertawa.
Tanganku menepuk-nepuk kepalanya dengan gemas, "Yaudah. Adik kecil minta kado apa? Nanti Hyung-ie belikan sesuatu sesuai keinginanmu ya?" ucapku dengan nada menggelikan.
Jimin mendorong tanganku seraya bibirnya mengeluarkan desisan, "Aish. Geli, hyung. Apaan sih, besok Jimin udah 19 tahun masih aja dikatain anak kecil!"
Aku meletakkan sebelah tanganku melingkari bahunya, lalu menjawab, "Umur berapapun kamu, di mata hyung, kamu akan selalu jadi adik kecilnya hyung sampai kapanpun, tau!" tanganku bergerak lagi mencubiti pipi gembilnya hingga Ia berteriak mengaduh kesakitan.
Sekilas kulihat ada binar sendu didalam galaksi yang terdapat dalam kedua manik mata milik Jimin. Pemuda itu mengerjap perlahan bak efek slowmotion kala berusaha menghentikan tawanya.
"Gitu ya, hyung?" katanya sembari tersenyum yang membuatku mengangguk semangat.
Ia kembali dengan semburat senyum manis miliknya. Untuk sesaat setelahnya, kami tak punya apapun untuk dibicarakan. Hening. Hanya ada suara jarum jam yang tengah berdetak melintasi waktu.
Jimin menolehkan kepalanya kearah dinding, memperhatikan jarum-jarum panjang dan pendek yang ada didalam jam dinding. Lalu seperti menyadari sesuatu, Ia cepat-cepat bangkit dari tempat duduknya dan berlari secepat kilat menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Lima menit kemudian Ia kembali dengan pakaian yang sudah rapi hingga mengundangku untuk bertanya, "Mau kemana?"
Jimin berlari kearah rak dan tak menjawab pertanyaanku untuk beberapa saat. Setelah itu barulah Ia menjawab, "Ada janji. Bilang sama Mama ya, hyung. Jimin pergi dulu!" lalu kedua tungkai kecilnya berlari begitu saja keluar dari areal rumah setelah memakai sepasang sepatu kets nya dengan tergesa.
Dan saat itu, sesuatu jatuh dari saku jaketnya. Aku pun bangkit untuk mengambil sesuatuㅡterlihat seperti kertas yang dilipat asal-asalan itu dengan rasa penasaran.
Aku membuka kertas itu perlahan, lalu membaca baris demi baris yang tertulis diatas kertas itu.
Surat Keterangan Dok..
Dan pada saat itu juga kertas ditanganku sudah diambil alih oleh seseorang. Kepalaku mendongak dan menatap Jimin yang kini tengah tersenyum kikuk menghadapku.
"Hehe, ketinggalan," ucapnya sembari menggoyangkan kertas itu kearahku.
Alisku tertaut dalam, "Surat keterangan dokter? Kamu sakit?" jawabku langsung dengan tegas membuat Jimin terlihat menciut.
Namun tak sesuai harapanku, kepalanya menggeleng. "Nggak kok. Ini kemarin cuman ngecek doang ke dokter. Masuk angin, hyung. Sekarang disuruh cek lagi supaya dapet obat," katanya berusaha menjelaskan.
Tentu saja aku tahu jika pemuda itu tengah berbohong.
"Hyung ikut. Kamu mau kemanapun, hyung harus ikut pokoknya. Supaya hyung juga tau kamu sakit apa," putusku final.
Ia terlihat tergagap untuk beberapa saat. Namun dengan cepat anak itu menjawab, "A-ah. Jangan, hyung. Percuma juga nanti kan yang boleh masuk ke ruangan Jimin doang. Hyung kasian nanti nunggu diluar. Lama tau. Udah, dirumah aja, ya? Sama mama, Oke? Lagian ntar lagi Ayah juga dateng. Jimin nggak papa kok, hyung. Percaya deh!" Ia berusaha meyakinkanku dengan senyumnya yang secerah matahari itu.
Dengan berat hati disertai helaan napas berat, aku pun terpaksa mengangguk menyetujui saran dari pemuda itu, "Yaudah. Hati-hati dijalan. Jangan lari-lari. Pelan-pelan aja. Kalo ada belokan jangan lurus. Kalo ada tembok jangan ditabrak. Kalo ada polisi tidur jangan loncat ntar kepeleset. Kaloㅡ"
Ucapanku terpotong kala telapak mungil bersih milik Jimin mendekap mulutku.
"Sssstttt!!! Iyaaaa Seokjin hyungku yang paling ku sayang, Jimin udah tau kok! Udah ya, Jimin berangkat dulu, hehe. Daaah!" Ia berlari menjauh dariku setelah sempat melambaikan tangannya sambil tersenyum sumringah kearahku dengan riang.
Senyum yang paling manis dan tulus yang pernah ada sepanjang waktu.
***
Hehe double update hehe hehe cek part selanjutnya ya hehe hehe ((keselek gelembung))
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil DAngel [✔] || 나의 동생
FanfictionUntukmu, adikku yang manis sekaligus menyebalkan, Park Jimin; semoga kau tenang disana.