Kata orang dunia itu kejam.
Dan nyatanya, memang begitu. Aku sudah membuktikannya.
Dunia memang tak pernah berlaku adil, terutama pada orang-orang lemah dan kerdil sepertiku ini.
Aku tak punya bagian paling indah dalam hidupku. Tidak. Tidak ada satupun. Sama sekali.
Orang-orang yang hidup diatas bumi ini seperti tak pernah puas akan sesuatu. Mereka akan terus menggali dan menggali seperti anjing gila yang menggaruk tanah hanya untuk sepotong tulang belulang yang bahkan sudah usang.
Tak ada keadilan sama sekali.
Namaku Park Jimin. Aku hanyalah seorang pemuda putus asa yang tengah kebingungan mencari penyelesaian atas masalah yang bahkan tercipta bukan karenaku.
Aku hanya orang biasa. Sama seperti yang lain. Hanya saja... Aku memiliki badan yang sedikit tambun dan terlalu lemah lembut untuk melawan mereka yang menindasku.
Ya. Aku ditindas. Di-bully.
Ini bermula saat aku masih duduk di sekolah dasar. Kala itu, teman-temanku mulai menghinaku dan bilang aku jelek karena badanku yang gemuk.
Mereka bilang aku seperti gajah obesitas, babi gemuk, dan sosis albino gendut.
Bagi anak seumuranku saat itu, tentu saja hinaan seperti itu amat menyakitkan hati. Namun untuk menjaga perasaan orangtuaku dan kakakku agar mereka tidak khawatir, aku memendamnya.
Kakakku bilang padaku jika gendut yang aku alami ini berarti aku sudah hidup dengan sehat. Dan aku memegangnya teguh dan menjadikannya pertahanan emosi saat aku dihina lagi.
Namun nyatanya mereka belum puas.
Mereka semakin menjadi saat kami sama-sama sudah lulus dari sekolah dasar. Frekuensi mereka menyiksaku meningkat menjadi sering.
Mereka memukuli badanku, menendang, hingga melemparku kedalam bak mandi saat pulang sekolah.
Yang faktanya, mereka membenciku. Mereka benci melihatku yang terlalu sabar dan tak pernah berusaha menghiraukan mereka.
Itu tetap berlanjut, sampai aku masuk ke sekolah menengah. Hal itu berdampak buruk padaku. Aku jadi tak punya satupun teman, karena mereka semua tau aku adalah satu-satunya umpan menarik yang selalu diincar berandal-berandal itu. Mereka takut, dan tak ingin mencari masalah dengan preman-preman sekolah itu.
Kenyataan itu membuat mentalku sempat merosot. Aku sampai harus konsultasi ke psikolog untuk menyembuhkan luka tak kasat mata ini saking sakitnya.
Psikolog itu bilang, "Menjauhlah dari jangkauan pandang mereka. Sibukkan dirimu agar jarang bertemu mereka. Aku yakin mereka tak akan mencarimu lagi karena terlalu lama menunggu."
Dan aku menyanggupinya. Aku menyibukkan diri dengan ikut les piano, ekstra modern dance, les vokal, bahkan aku ikut kelas drama. Semua itu agar aku tak bertemu berandal-berandal itu lagi.
Namun sore hari itu, saat aku baru saja pulang dari kelas drama, mereka mencegatku.
Mereka langsung memukuliku, menendang, menghantamiku dengan benda-benda besar sembari memakiku karena mereka kehilangan mainan kesayangan mereka selama beberapa hari terakhir.
Haha, seperti itu ya rasanya dirindukan dengan cara yang kasar. Sakit sekali.
Aku pulang setengah terseok. Lalu teringat jika kakakku dan kedua orangtuaku akan pulang sedikit larut malam ini.
Jadi kuputuskan saja untuk membelokkan langkahku, menuju klinik guna memeriksakan bagian dadaku yang terasa nyeri seperti terhimpit.
Dan tahu apa yang keluar sebagai hasilnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lil DAngel [✔] || 나의 동생
FanfictionUntukmu, adikku yang manis sekaligus menyebalkan, Park Jimin; semoga kau tenang disana.