23. Yang manis yang terpilih

13K 1.7K 122
                                    

Jefri dan Rama langsung ke kamar saat malam menjemput. Ical sama Arga udah ngunci diri mereka di kamar, dan Zean juga udah tidur pules di kamarnya sendiri. Dan sekarang waktunya untuk mereka berdua melepas rindu yang sebulan tertahan.

"Sini mas kangen"
Rama menepuk pahanya memberi isyarat pada Jefri untuk duduk di pangkuannya. Dengan senang hati Jefri langsung duduk ngangkang di pahanya Rama, tangannya dengan otomatis mengalung indah di leher Rama.

"Aku kangen sama mas"
Aku Jefri pada Rama.

"Mas lebih kangen sama kamu"
Balas Rama.

"Mas di sana gak nakal kan?, gak lirik-lirik yang lain, di sana pasti banyak bule yang semok"
Tanya Jefri. Dia takut mas Ramanya nakal lirik-lirik bule yang pasti jauh lebih ok tingginya badannya dari dia. Kalo soal muka Jefri yakin masih kecean dirinya dari pada bule manapun.

"Mas di sana kerja Jef, berangkat pagi terus pulang malem, gak ada waktu buat lirik-lirik kanan kiri. Oleh-oleh juga sekertarisnya mas yang beliin"
Jelas Rama. Di Roma sana dia benar-benar bekerja dari pagi sampai larut malam. Kerjaannya setiap hari hanya berkutat dengan dokumen-dokumen yang sangat menumpuk. Ayahnya selalu saja memberikan beban pekerjaan yang lebih padanya, orang tua itu malah asik berlibur meninggalkan cabang perusahaan dengan masalah yang sangat menumpuk. Di tambah direktur cabang perusahaannya itu gak bisa di andalkan, untung Rama bergerak cepat dan berhasil membuat perusahaan itu kembali normal. Rama ingin memarahi Ayahnya itu, karenanya dia harus berjauhan dengan keluarganya selama satu bulan. Andin pun sama halnya dengan Ayahnya yang malah kabur untuk mengejar pujaan hatinya sampai kebelahan bumi lain. Entah Andin pergi ke Afrika atau ke India, yang jelas Rama sampai sekarang belum mendapatkan kabar dimana Andin berada, adiknya itu selalu bilang kalo dia baik-baik aja, masalah dia yang ada dimana itu gak penting. Tapi yang namanya kakak ya Rama tetep aja hawatir. Makanya di sana selain mengurusi pekerjaan Rama juga memikirkan tentang Andin. Jadi kalo Jefri nanya apa di sana dia nakal, jawabanya pasti enggak. Lagian buat apa dia nakal di sana sementara di rumahnya udah ada yang lebih manis yang lagi menunggu dia pulang.

"Mas gak bohong kan?"
Selidik Jefri.

"Mas gak bohong sayang"

"Aku takut mas ke pincut sama bule-bule disana"

"Mas gak akan kepincut sama mereka, kan hati mas udah kepincut sama kamu"
Rama menarik tengkung Jefri secara perlahan, dan mempertemukan bibir mereka. Jefri memejamkan matanya menikmati ciuman Rama. Sebulan dia gak ngerasain bibir mas Ramanya itu. Sebulan Jefri gak di belai sama mas Ramanya itu. Dan malam ini Jefri mau kangen-kangenan sama mas Ramanya.

Tapi baru juga ciuman belum ada setengah jam kegiatan mereka terhenti gitu aja. Jefri lupa kunci pintu dan sekarang di ambang pintu udah berdiri anak mereka Zean dengan mata yang masih mengantuk dan sebelah tangannya yang menyeret boneka beruang raksasa. Refleks Jefri langsung turun dari pangkuan Rama, takut Zean nanyain yang iya-iya. Zean kan anaknya kepo banget.

"Zean kenapa sayang?"
Tanya Jefri menghampiri Zean.

"Zean mimpi di kejar monster Jengkol Pih"
Adu Zean. Rama terkikik geli mendengar celotehan dari anaknya itu. Zean sih kebanyakan main di kebon Jengkol, jadi kan dia keracunan sama Jengkol sampe mimpi buruk begitu.

"Zean bobo di sini ya Pih. Zean takut di makan sama monster Jengkol, nanti badan Zean bau Jengkol semua"
Pinta Zean mengucak matanya.

Jefri dilema, dia masih mau kangen-kangenan sama mas Ramanya, tapi dia juga gak tega sama Zean. Jefri takut Zean di makan monster Jengkol beneran.

"Yaudah malam ini Ze bobo sama Papih"
Jefri menuntun Zean ke kasur, membaringkannya di tengah-tengah. Zean yang ngantuk langsung memeluk boneka beruang raksasanya itu, dan kembali tidur.

Balada Anak kosan book 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang