30. Kembali jumpa

24K 2K 655
                                    

Keadaan Ical semakin memprihatinkan, hubungan kedua orang tuanya pun merenggang, ibunya yang gak tega melihat anaknya seperti itu dan Bapaknya yang keukeuh dengan keputusannya untuk enggak membiarkan Ical pergi dan akan menikahkannya lusa, mau gak mau Ical harus tetap menikah dengan Widia.

Priatna masih suka mengajak adiknya itu ngobrol, walau gak pernah di tanggepin sama Ical.

Kedatangan Yoga pun kakak tertuanya malah memperparah keadaan, dia selalu memarahin Ical dan memilih berkubu dengan Bapaknya. Mungkin di rumah ini yang sedikit mengerti Ical cuma Ibunya, dia, dan mbak Nurma kakak iparnya, yang selalu sabar untuk membujuk Ical untuk sekedar makan.

"Cal makan ya, mbak masakin kamu opor ayam"
Bujuk Nurma. Ical gak bergeming, dia tetap dalam posisi berbaringnya.

"Mbak tau kamu sedih, tapi kamu jangan nyiksa diri kamu. Berminggu-minggu kamu cuma makan sedikit, bahkan kadang gak makan sampe 2 hari"
Nurma mengelus kepala adik iparnya itu, dia udah di ceritain sama Priatna bagaimana kejadian sebenernya. Dia turut prihatin dengan apa yang terjadi dengan Ical. Bapak mertuanya memang baik, tapi dia keras kepala, jika udah berpendirian dia akan tetap keukeuh pada pendiriannya itu. Termasuk pada kasus Ical sekarang.

"Mbak yakin orang yang kamu sayang pasti bakal sedih ngeliat kamu kaya gini"
Jangankan orang yang bahkan Nurma gak kenal siapa itu yang akan sedih melihat keadaan Ical sekarang. Dia pun sedih melihat Ical yang tubuhnya semakin hari semakin kurus, mata sembab dengan kantung mata yang hitam, Nurma tau Ical masih suka menangis di malam hari dalam diamnya.

"KAMU EGOIS MAS, AKU UDAH BILANG BATALIN PERNIKAHAN INI"

"AKU GAK AKAN PERNAH BATALIN PERNIKAHAN INI"

Nurma mendengar teriakan dari Ibu mertuanya dari bawah sana di susul dengan teriakan dari Bapak mertuanya.

"Cal nanti di makan ya!, mbak pergi dulu"
Pamit Nurma dia harus melerai pertengkaran mertuanya itu.

Malam menjelang. Ical masih setia terjaga, malamnya selalu terasa dingin setiap harinya. Gak ada pelukan hangat yang dia rasakan seperti malam-malam dulu,  gak ada yang membisikan kata cinta sebelum dia pergi mengarungi alam mimpi. Ical rindu hal-hal kecil seperti itu saat dia masih bersama Arga dulu.

"Aku kangan mas Arga"
Ucap Ical pada udara hampa.

"Maaf aku masih suka nangis, maaf aku masih belum bisa bangkit utuk bahagia"
Ical mulai terisak kecil

"Aku cinta sama kamu mas dan itu berlaku untuk selamanya"
Lalu Ical memejamkan matanya, selalu seperti itu setiap malamnya, dia akan bermonolog seorang diri, lalu pergi tidur dengan air mata yang meluncur dari sudut matanya.

Pintu kamar Ical di buka dengan perlahan, Priatna masuk dengan cara mengendap-ngedap seperti maling yang akan membobol seisi rumah.

"Cal"
Bisik Priatna membangunkan Ical.

"Cal bangun"
Ucapnya lagi.

Ical yang belum sepenuhnya tertidur membuka matanya. Di kamarnya udah ada masnya Priatna, tumben Priatna datang ke kamarnya malem-malem.

"Ayo ikit mas"
Ajak Priatna.

"Kemana mas?"
Tanya Ical serak. Suaranya serak bukan karena dia baru bangun tidur, tapi karena terlalu banyak menangis sampai suaranya seperti itu.

"Kemana?"
Tanya Ical lagi.

"Mas mau bawa kamu bebas dari rumah ini"
Priatna menarik Ical, berjalan mengendap-endap seperti tadi. Priatna akan membawa Ical kabur, dia udah memikirkan ini dari beberapa hari yang lalu, bahkan dia udah menyiapkan satu buah tiket kereta untuk adiknya minggat. Priatna mau adiknya bahagia. Priatna gak mau Ical mati secara perlahan dengan cara seperti itu. Batinnya terluka dan itu lebih parah dari pada luka goresan pada tubuh yang bisa dengan mudah di obati pake obat merah. Tapi luka di batinnya itu gak bisa di sembuhin gitu aja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Balada Anak kosan book 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang