Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
9
22 September 2016
Yeri
.
Duduk di hadapan cermin, Yeri membiarkan hairstylistnya menata rambut merahnya. Ia tidak banyak bicara walaupun hairstylistnya mengajaknya mengobrol. Ia hanya menjawab seadanya. Dalam hatinya ia masih saja merasa bodoh. Gadis bodoh. Yeri jarang tersenyum beberapa hari ini. Hanya saat ada penggemar dan kamera ia memasang topeng senyumnya dan dengan ramah menyapa mereka. Saat hanya ada dia dan anggota Red Velvet atau staff yang ia kenal, ia kembali dengan tatapan kosong.
"Lupakan saja bocah bodoh itu." Joy berucap dengan kesal beberapa waktu yang lalu.
Dari keempat eonninya, Joy-lah yang paling emosi saat Yeri menceritakan kejadian di atap bersama Junhwe. Sedangkan Irene, Seulgi, dan Wendy terlihat lebih tenang. Mereka selalu berusaha menghibur maknae itu. Mengingatkannya untuk tetap bersemangat karena comeback mereka kali ini. Yeri hanya tersenyum kecil dan mengangguk mengiyakan. Mereka benar. Hubungannya dengan Junhwe tidak boleh mengganggu comeback mereka.
Tapi Yeri masih merasa sakit. Maksudnya- Yeri tahu kalau dia memang bukan pacar Junhwe karena Junhwe tidak pernah meresmikan hubungan mereka. Tapi-
"Kalian berpegangan tangan, menelpon setiap malam, bilang rindu tiap saat, dan dia bilang kau bukan pacarnya?! Apa maunya cecunguk itu, huh?!" Joy meledak saat Yeri pertama kali bercerita.
Yeri tidak suka menangis. Terumatama di depan orang lain. Ia selalu menyimpan masalahnya sendiri. Mencoba melewati semuanya sendiri. Tapi masalah dengan Junhwe terlalu berat.. sampai terasa sakit. Ia langsung memeluk Seulgi yang membukakan pintu untuknya saat ia pulang malam itu. Ia menangis begitu keras membingungkan gadis berambut oranye yang lebih tua darinya. Tangisannya pun mengundang ketiga eonninya yang lain. Mereka membawa Yeri ke kamar dan setelah Yeri agak tenang, ia bercerita tentang kejadian itu dengan sedikit sesenggukan.
Junhwe tidak pernah menghubunginya. Sejak malam itu. Yeri pikir Junwhe sudah tidak mau berurusan dengannya lagi. Dan karena itu ia semakin sakit. Hatinya.
"Sudah selesai."
Yeri mendengar ucapan haristylistnya. Ia mengangguk kecil sebelum berdiri dan berjalan menuju toilet di ruang tunggu mereka. Ia berdiri menghadap pantulan dirinya di cermin. Perlahan ia menarik senyum di bibirnya.
Ayolah, ini hanya patah hati biasa?
Yeri tak bergeming. Masih menatap wajahnya yang tersenyum kaku di cermin.
Lagipula aku masih remaja.. dan kami memang hanya berteman, kan?
Ia menarik napas dalam. Matanya mulai berkaca-kaca lagi.
Bodoh. Bodoh. Bodoh. Lupakan dia. Lupakan.
Ia mengipasi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Beberapa kali menarik nafas.