15th (She, Between Us)

2.4K 311 48
                                    

Pagi itu, di tengah rintik hujan yang seolah menjadi iringan musik bagi suasana hati yang sedang sendu, Choi Minki meninggal dunia.

Pemuda itu meninggal dunia sembari bersandar pada bahu istri yang sangat ia cintai itu. Semalam sebelumnya, kondisi tubuh Minki memang sudah menunjukkan gejala-gejala yang tidak wajar. Jennie yang panik, mengajak suaminya untuk segera pergi ke Rumah Sakit.

Namun, Minki menahannya. Pemuda itu justru meminta untuk diberi waktu berbicara berdua saja dengan Jungkook. Meski tidak mengerti apa maksud dari permintaan suaminya itu, Jennie tetap mengabulkannya dan menyampaikan kepada Jungkook perihal Minki yang meminta waktu untuk berbicara empat mata dengan Jungkook.

Jennie tidak tahu bahwa di malam sebelum Minki pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya, suaminya itu sudah menitipkan Jennie kepada Jungkook.

Jungkook bahkan masih ingat dengan jelas percakapan yang terjadi antara dirinya dan Minki pada malam itu.


“Ada apa kamu memanggilku, Hyung? Apakah ada hal serius yang ingin kau bicarakan sehingga kau memintaku untuk berbicara berdua saja? Tidak bisakah percakapannya ditunda terlebih dahulu? Karena, kondisimu sedang kritis dan sebaiknya kamu ke Rumah Sakit terlebih dulu. Jika kondisimu sudah baikan, kita bisa bercengkrama bersama.” Jungkook melangkahkan kakinya, menghampiri Minki dan membetulkan letak kompresan di kening Minki.

Jungkook terenyuh melihat kondisi kakak iparnya yang sudah seperti tulang dibalut kulit. Minki tampak pucat, kurus, dengan sekujur tubuh dan wajahnya yang dipenuhi bercak-bercak kemerahan. Paras tampan yang selama ini selalu dibanggakan oleh Jennie, kini sudah sirna dari wajah pemuda itu.

Meski begitu, Minki masih memaksakan dirinya untuk tersenyum kepada Jungkook. Matanya yang terlihat cekung sesungguhnya membuat Jungkook merasa miris.

“Sini. Duduk di sampingku. Aku tidak bisa berdiri dan menghampirimu, Jungkook−ah,” ucap Minki dengan suaranya yang terdengar begitu pelan.

Jungkook mengabulkan keinginan kakak iparnya dan mendudukkan dirinya di samping Minki. “Kenapa Hyung tidak mau juga pergi ke Rumah Sakit? Kasihan Jennie, Hyung. Dia terus-terusan menangis.”

Minki menghela napas. “Kamu bisa melihat kondisiku dengan jelas kan? Saat ini, aku sudah tidak memiliki harapan hidup lagi. Dibandingkan meninggal di Rumah Sakit, aku lebih baik meninggal di apartemen yang hangat ini dengan istriku yang mendampingiku. Seluruh organ tubuhku sudah hancur tidak karuan, Jungkook−ah. Kamu tentu tahu bahwa penyakitku memiliki efek samping menyerang organ-organ inti tubuhku.”

“Apakah….benar-benar sudah tidak ada harapan lagi?” tanya Jungkook dengan napasnya yang tercekat.

Minki menggeleng lemah. “Dokter bilang jika sekarang aku ke Rumah Sakit, maka kemungkinanku untuk menjadi baik-baik saja sangat kecil. Aku tidak mau terus-terusan membuat Jennie menderita, Jungkook−ah. Dia sudah mengabdikan masa mudanya untuk merawatku. Mau sampai kapan aku terus-terusan mengandalkannya dan membuatnya lupa untuk mengurus dan membahagiakan dirinya sendiri?”

Sudut mata Minki sudah basah. Jungkook dapat melihat dengan jelas bahwa pemuda di hadapannya ini membenci dirinya sendiri. Meski Jungkook pernah membenci Minki yang seolah merebut Jennie darinya, namun kini Jungkook justru merasa bersimpati pada Minki. Jungkook tidak tahu bahwa ternyata Minki selama ini begitu menderita.

“Lalu, kamu ingin menyerah begitu saja?” tanya Jungkook lagi dengan hati-hati.

Minki kembali tersenyum, meski sorot matanya menampakkan perasaan terluka. “Jika aku menyerah, bisakah aku mempercayaimu?”

Paper Hearts (Jennie X Jungkook, Privated) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang