18th (Only For One Month)

3.1K 294 15
                                    

“Jeon Jennie, ayo bangun! Lihat, sudah jam berapa ini?”

Jennie yang mendengar seseorang memanggil namanya sembari mengguncang bahunya dengan lembut, memilih untuk tidak mengindahkannya. Gadis itu justru menarik selimut beludrunya lebih ke atas hingga menutupi kepalanya. Ia sedang merasa malas untuk bangun dari tidurnya pagi ini. Pertama, ia masih merasa mengantuk. Dan kedua, hari ini bukan lah merupakan hari yang istimewa. Hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya.

Melihat Jennie yang mengabaikannya, pemuda yang tak lain dan tak bukan adalah Jungkook, justru merasa lebih bersemangat untuk membangunkan kakak angkatnya itu. Sudah waktunya bagi Jennie untuk kembali menatap dunia luar. Cukup sudah gadis itu menghabiskan waktunya untuk berduka. Mendiang Minki juga tidak akan suka jika melihat istrinya masih saja mengurung diri di kamarnya.

“Jennie─ya, ayo bangun! Ayo temani aku berjalan-jalan!” seru Jungkook. Pemuda itu kini sudah mendudukkan dirinya di ranjang milik Jennie. Ia kemudian mencoba menarik selimut yang membungkus tubuh Jennie. Namun, Jennie berusaha sekuat tenaga menahan selimutnya.

“Yobseo? Bisa bicara dengan Jennie?” kelakar Jungkook sembari menggelitik tubuh Jennie yang dibungkus selimut.

Diperlakukan seperti itu, terang saja Jennie merasa geli. Gadis itu tidak dapat menahan tawanya dan secara refleks membuka selimut yang membungkus tubuhnya. “Ya! Jeon Jungkook! Kau ini apa-apaan sih!” protes Jennie pada Jungkook.

Jungkook tersenyum tipis melihat Jennie yang sudah bisa memberikan ekspresi lain, selain ekspresi sedih dan tertekan. Sudah satu bulan berlalu sejak kejadian dimana Jennie melakukan suatu hal ekstrem untuk menyusul Minki. Dan kini, sepertinya kondisi mental Jennie semakin membaik. Semua itu berkat Jungkook yang selalu ada di samping Jennie dan tak hentinya memberikan motivasi pada Jennie juga menemani Jennie kapan pun gadis itu membutuhkan kehadiran Jungkook.

“Cepatlah siap-siap. Kita akan segera berangkat,” kata Jungkook sembari mencubit kedua pipi Jennie dengan gemas. Pipi Jennie yang tadinya sempat tirus, kini mulai terlihat chubby kembali karena Jungkook yang tak pernah menyerah untuk menyuapi Jennie dengan berbagai macam makanan bergizi. Sepertinya, Jungkook sudah berjasa mengembalikan kondisi kakak angkatnya menjadi seperti semula sebelum gadis itu kehilangan suaminya.

Jennie mengerucutkan bibirnya dan menepis tangan Jungkook yang tidak juga berhenti mencubiti kedua pipinya. “Memangnya kita mau pergi kemana? Aku sedang malas untuk keluar rumah, Jungkook─ah,” rengek Jennie dengan tampangnya yang seperti anak-anak.

Jungkook mengerutkan keningnya. “Kamu ini. Kamu bahkan belum pernah keluar rumah lagi. Mau sampai kapan mengurung diri terus-terusan? Dunia luar terlalu indah untuk kamu sia-siakan,” nasihat Jungkook pada Jennie.

Jennie menundukkan wajahnya. Perkataan Jungkook ada benarnya juga. Ia sudah terlalu lama berduka dan menyakiti dirinya sendiri. Ia sudah terlalu lama membatasi dirinya sendiri dari suatu hal yang dinamakan kebahagiaan. Ia bahkan menutup dirinya dari dunia luar karena rasa duka yang selama ini menyelimuti hatinya. Sudah waktunya bagi dia untuk move on dan menjalani hidup seperti sedia kala. Jangan sampai ia terus-menerus merepotkan orang-orang di sekitarnya.

“Ya sudah. Kalau begitu, kamu harus memberitahuku terlebih dulu. Kita mau pergi kemana? Kalau kamu tetap merahasiakannya dariku, maka aku tidak akan mau pergi denganmu,” ancam Jennie pada Jungkook.

Jungkook mendengus. Niatnya ingin membuat kejutan bagi kakak angkatnya, tapi gadis itu kini malah mengancamnya. Sepertinya, ia terpaksa harus membocorkan kejutan yang sudah ia siapkan untuk Jennie.

“Kita akan pergi ke sebuah peternakan yang letaknya agak jauh dari Seoul. Karena itu, sebaiknya kamu cepat bersiap-siap karena perjalanan ke sana memakan waktu empat jam,” terang Jungkook pada Jennie.

Paper Hearts (Jennie X Jungkook, Privated) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang