LiNMS#1

22.4K 1K 6
                                    


~o§o~
Naruto
Pair (Sasusaku)
.
.
Disclaimer©Masashi Kishimoto
.
.
STORY
Love is not my style
E. T. Chen
(MINE)
.
.
GENRE
Romance, Family
.
Rated (T)
.
WARNING!
Alur gaje, typo dimana-mana, diksi ancur dsb

♥️
'Love is a flower, you've got to let it grow' -J. Lennon.

.
.
.

Pemuda tampan bermata onyx merapikan rambutnya dengan jari sambil terus berjalan menuju kantin. Beberapa orang yang melewatinya langsung memberi jalan pada sang ice prince itu. Pemuda itu tampak mengabaikan tingkah mereka, seolah - olah mereka tidak ada.
Seragam yang acak acakkan dengan dasi hitam bergaris putih yang menunjukkan tingkatan sudah hampir lepas dari sarangnya. Bukan hal aneh bila mendapati mahasiswa jurusan bisnis seperti mereka diwajibkan dengan seragam layaknya orang kantoran. Dan tentunya dasi khusus yang menekankan tingkatan mereka. Universitas yang tak hanya mengatur dalam pengembangan bisnis tapi juga mengatur segala hal, dari berpakaian, tata krama dan sebagainya. Tentu saja hanya berlaku saat dikelas.

Pemuda itu termasuk jajaran pemuda populer, namun sangat dijauhi oleh orang-orang. Hal utama yang membuat banyak siswa laki - laki menjauhinya karena tato mengerikan yang terdapat dibahunya. Serta wajah yang datar tanpa ekspresi, tatapan intimidasi, dan sikap yang dingin membuat siapa saja sulit untuk mendekatinya. Tapi, dia tak peduli itu, menurutnya semakin banyak yang menjauhinya semakin indah hidupnya.

Dia memasuki kantin dan melihat laki - laki berambut kuning duduk di meja tengah. Laki - laki itu tampak menikmati semangkok ramen ukuran jumbo. Pemuda itu menghampiri temannya itu.

"Hn." tegurnya sambil menarik satu kursi untuk diduduki.

" Ah, Teme." sapanya lebih tepatnya teriakan. Pemuda yang disapa teme itu menatap tajam temannya karena membuat semua penjuru kantin melihat kearah mereka. Sedangkan sang tersangka hanya menampilkan cengiran khasnya.

Pemuda raven itu memesan jus tomat kesukaanya dan kembali duduk dengan santai dengan onyx yang melirik segerombolan siswi tak minat.

"Teme, bagaimana tugasmu? Kudengar dosennya killer loh."katanya.

"Lalu?" Pemuda raven itu tampak biasa saja dengan perkataan sohibnya. Toh ia tak pernah absen mengerjakan tugas.

Pemuda bernama lengkap Uchiha Sasuke, keturunan Uchiha, keluarga terkaya di Jepang. Kejeniusannya sudah terkenal disemua universitas ternama, dan ia seorang kapten basket yang cukup di segani.

"Yah orang pintar sepertimu pasti sudah selesai mengerjakannya. " Pemuda kuning itu meminum lemon tea nya sambil mengecek beberapa kertas putih bertuliskan jadwal dan aturan. "Oh ya, Teme. Soal tawaranku kemarin, apa kau sudah memikirkannya. "tanyanya.

"Hn, tetap tidak, dobe. " jawab Sasuke tanpa minat. Lalu kembali berkonsentrasi pada jusnya.

Naruto menghela napas, "Aku tidak percaya kalau ada manusia tanpa cinta sepertimu." Sasuke mengabaikan perkataan Naruto yang menurutnya tidak penting.


♥️

Haruno Sakura baru saja selesai memakai pakaian ketika benda persegi berwarna pink miliknya berdering dan menampilkan nama Ino di layar. Sahabat pirangnya itu mengirimkan pesan bahwa dia tidak bisa masuk karena ada jadwal pemotretan di New York. Sakura mendengus mengetahui tingkat kesibukan sahabatnya itu yang semakin hari semakin menyebalkan, lalu memperbaiki pakaiannya yang agak kusut. Dia berjalan keluar dan menemukan kakaknya, Sasori dan orangtuannya yang sedang melahap sarapan mereka.

Sakura menarik kursi di sebelah kakaknya. "Nii-chan, berangkat sama ya." katanya yang hanya dibalas anggukan oleh kakaknya itu.

Setelah menghabiskan sarapannya, ia menarik kakaknya untuk berangkat bersama.

Begitu tiba disekolah, ia mengecup pelan pipi kakaknya lalu segera melesat menuju kelas.

"Tumben sendirian, Ino mana? " sapa Ten-ten temannya.

"Pemotretan di New York. " jawabnya singkat.

"Oh. " Ten-ten menanggapi singkat.

Ponselnya berdering menampilkan nama Temari. Sahabat yang berbeda universitas dengan mereka.

" moshi-moshi. "

"..."

"sip. "

Tenten mamutus sambungan telepon lalu menatap Sakura, "Sabtu, Temari ngajak kita untuk ikut acara di universitasnya." katanya.

"Acara apa?" balasnya.

"Entah, aku lupa menanyakannya, hehehe. " Sakura memutar mata bosan mendengar jawaban dari tenten.

Sakura mengeluarkan notebook pink miliknya lalu membuat garis garis abstrak disana. Sesekali bersenandung kecil saat beberapa nada sudah terangkai dikepalanya.


♥️

"Teme, bagaimana cara mengerjakan ini? "tanya Naruto tanpa mengalihkan wajah dari kertas putih yang hampir penuh dengan coretan angka dan huruf.

"Gitu aja gak bisa, baka dobe." ejeknya.

"Karena itu aku minta di ajari, Teme." sungutnya

"Jangan sok polos dobe, bilang saja kau mau menyalin milikku. "sinis Sasuke. Ia paham betul isi otak Naruto yang sebagiannya berisi ramen itu.

Naruto menyengir lebar. "Wah kau sungguh pengertian, Teme. Itu maksudku tadi." Sasuke menyerahkan sebuah kertas kearah Naruto. "Arigatou, Teme."

Sasuke mendengus. "Mintalah Hinata untuk mengajarimu." nasihatnya. Tapi tidak ada respon dari Naruto yang sedang asyik dengan tugasnya. Kadang ia berpikir bagaimana si idiot kuning ini bisa diterima di universitas se elit KBU. Ia curiga jika si kaya Namikaze ini menyogok rektor agar ia bisa masuk.

"Nah selesai. Ayo pulang, Teme. " ajaknya lalu mengembalikan kertas milik Sasuke. Dengan hati-hati Sasuke memasukkan kertas yang kapan aja bisa rusak kedalam mapnya. Lalu mengikuti langkah Naruto yang sudah mendahuluinya.

♥️
[To Be Continued]

LOVE is NOT MY STYLE (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang