Part 7

66.3K 2.6K 29
                                    

Agatha Pov

Gue tegang. Tapi gue selalu berhasil menyembunyikannya. Kembali ke sifat dingin dan highclass nya gue. Bagaimana gue ga gugup dan tegang coba. Ini pertama kalinya gue rapat. Dan mimpin orang sebanyak ini.

"Pertama, Saya Ingin kalian semua tau. Bahwa anak donatur sekalipun tak bisa seenak enaknya! Semua murid sama. Dan satu lagi pem-bullyan antar siswa dapat menjadikan masalah besar apabila, sudah di ingatkan tapi masih saja mem-bully maka akan saya DO dari sekolah tanpa memandang dia anak siapa." Tegas gue.

"Eh, ga bisa dong kita kan anak donatur" celetuk gadis yang lebih mirip tante tante menor. Ya, dia adalah Rania.

Gue pun menatap nya tajam dan dingin. Dan dapat gue ketahui dia sangat takut dengan tatapan gue tadi.
karena dia langsung menunduk.

Gue pun seraya berucap.

"Ga bisa apanya? Saya yang punya sekolah. Jadi saya berhak atas Aturan baru, oh iya saya belum ngomong pasal terlambat. Bila ada siswa yang terlambat lebih dari 15 menit. Akan di beri hukuman Lari lapangan 15 kali untuk laki laki. Dan untuk perempuan menyapu dan mengepel kelas," Ucap gue lagi.

Gue pun melanjutkan omongan gue lagi. Setelah melihat Rania si nenek lampir itu ingin angkat bicara.

"Jelas? Dan keputusan saya akan peraturan baru ini bulat! Dan tak bisa di ganggu gugat,mengerti?" Tanya gue.

"Jelass! " jawab semua yang ada di ruangan itu dengan serempak.

"Oke, mari kita akhiri rapat singkat ini," ujar gue.

"Terimakasih sudah menyempatkan datang! Ke rapat kali ini, sekarang kalian boleh meninggalkan ruangan ini," ucap gue.

Tebak siapa yang pertama kali keluar ruangan secara tak sopan, karena tak mengucapkan sepatah kata pun.

Ya, benar si cewek ganjen. Cewek cabe. Nenek lampir. Dan Tante menor.

Oke paket 4 in 1 bener bener deh.

Dia adalah Rania, cewek yang sudah bikin bendera perang dengan gue.

'Salah cari lawan rupanya'batin gue.

Yang lain pun segera meninggalkan ruangan. Meninggalkan gue,bersama ketiga sahabat gue. Kedua abang gue dan juga kedua sahabat nya.

Abang gue pun mengajak berkenalan.

"Honey," panggil Bang Vano.

"Hmm," tanggap gue dingin.

Oh ya selama di sekolah,kantor, apapun lah pokoknya selain di rumah. gue akan ketus dan dingin kepada siapa aja,kecuali sahabat-sahabat gue.abang abang gue aja gue ketusin. Mau gue jadi agatha fernandes atau agatha edelin pokoknya sama. Selain di rumah tetep dingin dan ketus.

"Jangan dingin dingin bisa gak?" Tanya Bang rano.

"Gak," ucap gue.

Sahabat sahabat  gue gak bengong dengan jawaban gue yang terbilang sangat singkat. Padahal apa bila bersama mereka. Gue kaya host host tv gitu, yang cerewet nya. Ampun dah. Tapi mereka biasa aja. Mereka udah tau gue kalau di luar emang gini. Ya, kecuali sama mereka.

"Badalah adek gue minta di gorok nih," balas bang vino menimpali.

"Gorok aja, gue ga takut. Kemarena aja lo lawan gue karate lo K.O," ucap gue santai seakan tak membongkar apa apa.

"Loo tuh bisa diem kagak?" Ucap bang vino menimpali ucapan gue. Dengan muka memerah tanda malu.

Siapa suruh coba,bikin gue sebel. Ya tanggung tuh malu. Batin gue.

Fake Nerd Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang