Pake mulmed nih
Ya judulnya sama sih, artinya juga hampir sama kayak ni ff
Play deh, gak maksa sihOkeee
Selamat membaca
Dan
Sorry for typos.
.
.
🐣
.
.
.Ruang dan waktu mereka masih ada dalam dimensi yang sama, tubuh mereka masih dekat—secara visual benar-benar dekat. Guanlin merangkulnya penuh keakraban saat mereka berjalan beriringan menuju lapangan sepak bola yang jaraknya cukup jauh dari kelas. Orang-orang termasuk teman-teman Guanlin menyangka mereka baik-baik saja, seperti biasanya.
Yang terjadi sebenarnya adalah hubungan keduanya tidak terasa seperti dulu lagi. Kata maaf memang sudah terlontar dari bibir ranum Seonho beberapa hari yang lalu, Guanlin sudah menyambutnya lagi penuh kehangatan dan keakraban, meski pun sekarang pemuda jangkung itu tidak menjemputnya di pagi hari atau mengantar nya ke tempat kerja. Seonho maklum akan hal itu, karena Guanlin dengan baik hati menjelaskan alasannya.
Orang tua Guanlin mendaftarkan anak mereka untuk ikut les tambahan sepulang sekolah dari Senin sampai Kamis, dan Guanlin dengan patuh menuruti ambisi orang tuanya. Jam belajar nya akan bertambah jika sebelumnya hanya delapan jam per hari, ditambah belajar mandiri tiga hari dalam seminggu sebanyak dua jam. Maka, setelah ini Guanlin akan menghabiskan waktunya bersama buku-buku dan ratusan soal selama dua belas jam. Setengah hari dari hari-harinya di masa muda yang berharga.
Itu hanya penjelasan tidak penting saja, pada intinya Guanlin berubah, dan Seonho mengira jika pemuda Lai itu sebenarnya belum benar-benar memaafkannya. Seonho pernah mendengar kata-kata dari seseorang bahwa laki-laki mungkin mudah melupakan kesalahan, tapi kesalahan itu tidak berarti termaafkan. Dirinya pun begitu. Dan Guanlin pun mungkin begitu. Tentu saja, karena mereka sama-sama lelaki.
Jadi, meski pun mereka terlihat baik-baik saja, sesungguhnya mereka tidak baik-baik saja. Guanlin jarang menatapnya seperti dahulu jika sedang belajar atau sedang berdiskusi dalam satu kelompok –itu yang Seonho rasakan-. Terkadang terasa begitu canggung saat Seonho harus meminjam barang-barang milik Guanlin atau membutuhkan bantuan pemuda dominan yang tampan itu. Rasa takut dan bersalah masih menghantuinya setiap saat ia mencoba mendekati Guanlin atau sebaliknya.
Seonho tidak tahu apa yang ada di kepalanya berbeda jauh dengan apa yang ada di kepala Guanlin. Pemuda tampan itu berulang kali menekan egoisme dan sikap intolerannya saat menghadapi Seonho. Dia akan mencoba mengalah dan memperbaiki hubungan, tapi Seonho malah bersikap canggung padanya. Padahal, jika saja Seonho mau bersikap terbuka, Guanlin akan dengan senang hati menerimanya lagi.
Apa karena sikap ku di atap waktu itu?
Guanlin memutar balikkan memorinya dengan cepat, dan berpikir dengan keras atas hal yang telah dilakukannya pada pemuda manis itu. Mungkin dia terlalu kasar dan tidak jelas dengan berkata 'lupakan saja' waktu itu. Demi Tuhan, Guanlin hanya bingung dengan sekelumit masalah yang menerjang hubungan mereka, dan tidak bisa berpikir cerdas untuk memilih jawaban yang tepat, hingga keluar lah kalimat itu dari mulutnya.
Tapi, sebenarnya Guanlin hanya ingin Seonho melupakan kekhilafan yang sudah mereka lakukan dan memulai lagi dengan baik. Dia tahu Seonho tidak akan begitu bodoh dan menyalah artikan ucapannya. Sikapnya belakangan ini juga tidak menunjukkan aura permusuhan atau keinginan untuk menjauh dari submisif manis yang berhasil mendapatkan hatinya seratus persen.
Guanlin menduga mungkin Seonho sudah salah paham terhadapnya, dan dia harus meluruskan hal ini secara cepat, sebelum semuanya menjadi kekacauan total dan apa yang diinginkannya terlepas. Guanlin tidak akan membiarkan apapun yang telah didapatkannya hilang begitu saja.
Tentu saja dia akan menyiapkan sebuah kejutan untuk pemuda manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAZE - GuanHo Ver.
FanfictionMasa remaja memang masa yang penting, dimana setiap orang akan memilih dan memutuskan "Jadi apa aku di masa depan?" Guanlin baru 18, tapi sudah berani mengambil keputusan yang besar. Dia tidak akan menyesal, bahkan berjanji pada dirinya sendiri. Ju...