14. Natal Dan Hadiahnya

397 51 59
                                    

Maaf udah ngaret banget 😢
Adakah yang nungguin?

.
.
.

Selamat mambaca
.
.
Sorry for typos
.
.
.

Ibu Guanlin sering bercerita tentang orang-orang dulu. Katanya, sewaktu mereka masih remaja dan berkencan, tempat terbaik untuk kencan adalah di jalanan, kapan? Saat hari natal. Karena itu adalah hari penuh suka cita, jalanan ditata sebaik mungkin, disinari lampu warna-warni yang menarik dan berbagai hiasan khas natal seperti lonceng-lonceng kecil, bahkan sebuah pohon natal di beberapa lokasi yang menarik, selain itu, toko-toko di pinggir jalan akan memutar lagu yang sedang hits jaman dulu, sehingga orang-orang bisa mendapatkan banyak keuntungan dari kencan di jalanan; pertama suasana yang ramai dan hangat, hiasan jalan yang indah, alunan musik klasik dari toko-toko yang membangun suasana romantis, dan tentu saja kencan seperti itu tidak boros biaya.

"Anak muda jaman sekarang mana ada yang begitu," kata Nyonya Lai di akhir ceritanya; tangan itu dengan lincah menuangkan susu pada gelas Guanlin yang hanya menatapnya.
Selalu seperti itu, sejak Guanlin masih kecil kisah kencan remaja masa dulu di jalanan selalu jadi cerita saat natal tiba. Ibunya tidak bosan cerita berulang kali, dan Guanlin juga tidak bosan mendengarkan, hanya semakin malas menanggapi saja, waktu kecil Guanlin memang antusias dan berpikiran untuk cepat dewasa agar bisa kencan di jalanan seperti Ibu dan Ayahnya.

"Jalanan sekarang sudah tidak aman Bu," Seunghee menanggapi. "Kemarin seseorang dirampok di trotoar saat aku pulang magang, untung saja aku ada dalam bus."

"Dan orang-orang disana tidak menolongnya?" tanya Guanlin, pemuda itu menatap kakaknya yang menggeleng lalu menenggak habis susu di gelasnya.

Ibunya tersenyum melihat putranya yang kembali ceria dan banyak makan, sebelum ujian Guanlin terlihat sangat stres dan hanya makan sedikit. Beberapa hari ini dia mulai mengembalikan nafsu makannya dan wajahnya terlihat jauh lebih segar. Seunghee juga sekarang sudah pulang, rasanya rumah kembali hangat, di musim dingin sekalipun.

"Tahun ini kita akan merayakan tahun baru di rumah Kakek, kau tertarik untuk ikut Guanlin?" tanya Ibunya, wanita itu mengambilkan sepiring buah untuk anak-anaknya.

"Tidak," Guanlin menjawab tanpa banyak pikir. "Sepertinya aku akan ke Gangneung, berkunjung ke rumah Seonho."

Dua wanita di ruangan itu menoleh kompak pada Guanlin yang sedang menyuap potongan apel ke mulutnya. Tidak biasanya Guanlin menolak liburan kerumah Kakeknya, anak laki-laki itu selalu jadi yang paling antusias dan menyiapkan segala barang bawaan dari jauh hari sebelum keberangkatan mereka. Dan sekarang, mendengar Guanlin menolaknya terasa sedikit mengejutkan.

"Bagus lah," Nyonya Lai tersenyum, ia menarik kursi disamping Seunghee dan bergabung duduk disana dengan anak-anaknya. "Kau sudah dewasa kalau sudah bisa liburan sendiri."

"Tidak sendiri," Seunghee menanggapi. "Dia liburan dengan Seonho, bu."

Guanlin dan Nyonya Lai memutar bola mata mereka, menatap jengah pada Seunghee yang sedang sibuk menggerus potongan buah dengan giginya.

"Maksud Ibu sendiri itu karena dia tidak pergi dengan keluarga, Ibu tidak percaya kau seorang sarjana dan calon presenter televisi. Pikiranmu— astaga," Nyonya Lai menghela napasnya.

Seunghee tidak membalasnya lagi, gadis itu hanya diam melanjutkan makannya, begitu juga dengan Guanlin, sedangkan Nyonya Lai hanya duduk mengamati. Di ruangan itu hanya ada tiga orang, dia dan dua anaknya, suaminya –Tuan Lai- sudah berangkat kerja tadi pagi. Pria paruh baya itu bilang tidak akan lama karena hanya ingin mengecek kafe sekalian mengumumkan hari libur natal, tapi sudah hampir siang dia belum juga kembali.

MAZE - GuanHo Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang