Secret Admirer

3.9K 348 89
                                    

Summary : Kongpob bersumpah, dia hanya penasaran dengan salah satu secret admirernya yang unik ini.

====================================

Stupid Bastard, Arthit!

Mata kongpob melebar begitu membaca untaian kalimat dalam origami kertas itu. Penasaran, dia membuka yang lain

Kau juga Idiot, Kongpob! Sudah berapa kali kau dibuat kecewa tapi tetap berdiri tegak ditempatmu. Harusnya kau marah dan hajar saja. Arthit bodoh itu tidak pantas mendapatkan orang sepertimu.

Kong meremas kertas-kertas itu kuat-kuat. Lantas berdiri meninggalkan tempatnya.

***

Opposite attract,

Memiliki hubungan seperti ini bukan berarti tanpa hambatan, tantangan manis kata orang, tapi sangat menjengkelkan kadang-kadang. Kongpob sering merasa frustasi jika pertentangan itu melintas di tengah hubungannya dengan Arthit. Mereka terlalu bertolak belakang, Kong yang sangat baik versus Arthit yang galak, Kongpob yang tidak segan memberi versus Arthit yang tanpa pikir panjang menolak. Ditengah pikiran kalutnya, setan di kepala Kong sering membisikkan keyakinan baru bahwa kekasihnya mungkin tidak benar-benar mencintainya.

Tidak, tidak. Tentu saja Kong tidak akan membiarkan pikiran setan itu menang, dia hanya butuh ketenangan untuk bisa berpikir jernih dan kembali untuk menyelesaikan masalah.

Dua hari dirinya dan Arthit tidak bertemu. Masalah sepele sebenarnya, Kongpob yang bersikeras menemani Arthit melakukan penelitian untuk tugas kampus di luar kota, sedangkan Arthit menolak mentah-mentah karena merasa harus mondar-mandir ke banyak tempat dan akan membuat kekasihnya kelelahan, belum lagi Kong juga punya tugas sendiri yang harus diselesaikan. Berdebat, dan akhirnya berakhir dengan tidak saling bicara satu sama lain. Seandainya Arthit tahu, Kongpob hanya ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengannya.

Merasa suasana hatinya akan memperngaruhi hubungannya dengan teman-temannya, Kongpob memutuskan menyendiri. Di sebuah danau buatan di dekat fakultas pertanian yang bersebelahan dengan gedung teknik. Laki-laki itu merasa tenang karena tidak banyak mahasiswa yang mengenalnya sehingga tidak ada yang menyapanya. Itupun sebelum dia menemukan lipatan-lipatan kertas sampah yang entah kenapa menarik perhatiannya. Seakan ada magnet tertentu yang membuatnya tahu ada sesuatu di dalamnya.

Dan begitu kalimat itu terbaca, tidak ada respon lain dalam otaknya selain mengumpat. Goresan pena itu lebih buruk daripada jika diucapkan langsung di depan wajahnya, minimal jika dia menghadapinya secara langsung, dia bisa langsung membalas dan menekankan kalau Arthitnya tidak sejahat itu. Kongpob memperhatikan sekitar dan sadar tidak akan menemukan tersangkanya sekarang, dia bahkan tidak tahu kapan kertas usang itu ditinggalkan. Jadi yang dipikirkannya sekarang adalah Arthit, tulisan itu seakan memberinya dorongan untuk segera menyelesaikan masalah dengan kekasihnya.

"P'Arthit" Panggilnya, sedikit berteriak karena Arthit masih terpisah dua ruang kelas dari hadapannya. Sang senior sedang bersama teman-temannya terkejut dengan kehadiran Kong yang terlihat tergesa-gesa.

"Kenapa? Ada apa?" Arthit yang sebelumnya gengsi menyapa duluan, langsung cemas melihat Kongpob yang datang terengah-engah dan peluh bercucuran. Kongpob mengabaikan pertanyaan itu sejenak untuk memberi salam pada seniornya yang lain.

"Apa P'Arthit ada waktu?" tanyanya berharap. Arthit menatapnya kebingungan.

"Tentu saja, Nong. Arthit milikmu seutuhnya. Dua hari ini dia sudah seperti maya...." Bright belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Arthit buru-buru membekap mulutnya hingga hampir kehabisan nafas. Setelah dipisahkan oleh yang lain, Arthit segera menarik tangan Kongpob agar menjauh dari gerombolannya.

Opposite AttractWhere stories live. Discover now