Krist : Arthit itu orang biasa, dia nggak kaya. Begitu lulus, ada banyak hal yang diperhitungkannya ; Pekerjaan, Karir dan masa depan lebih dia prioritaskan daripada cinta. Sebaliknya dengan Kongpob, dia sangat kaya, tapi dia bertingkah seperti orang biasa, demi bisa menyamakan gaya hidup seperti P'Arthit 😍😍😍😍😍
Summary : Ada kalanya Kongpob menginginkan sesuatu yang tidak biasa, yang bisa dia peroleh, tapi urung. Karena akan berlebihan untuk Arthit.
Setting : Arthit udah kerja
-$$$-
Kencan mereka yang biasa,
Malam semakin larut saat keduanya keluar dari bioskop. Memutuskan kalau rumah makan adalah destinasi terakhir sebelum malam berakhir, mereka memutuskan untuk mampir ke cafetaria dekat kampus.
Sambil berjalan, seperti biasa, hasrat Kongpob untuk menyentuh P'Arthitnya harus berkamuflase dengan keusilan, senyumnya merekah saat Arthit mendorong tangannya yang hendak menggenggam, atau saat pundak mereka saling berbenturan. Bahkan saat mereka terjebak ditengah kerumunan, sang junior dengan tidak perlu mendekatkan dirinya pada sang senior, berpura-pura terdorong hingga tak sengaja bersentuhan, Kongpob sangat menikmati itu.
Arthit jangan ditanya, wajahnya memandang risih karena berkali-kali merasa dipermainkan, namun laki-laki itu tidak bisa marah, tidak ada bukti, disamping itu dia juga menikmati, bermain kucing-kucingan dengan sekitar.
Kesenangan kecil yang berakhir begitu pintu lift terbuka. Kerumunan akhirnya menyebar meninggalkan keduanya berakhir tersenyum satu sama lain.
Namun malam tampaknya menjadi lebih panjang dari biasanya, saat mata Kongpob menangkap sesuatu yang tidak biasa di lantai dasar pusat perbelanjaan, sebuah kerlap-kerlip ramai dengan jejeran wanita cantik berpakaian minim menghiasi. Laki-laki itu akhirnya berhenti dan melihatnya lama,
"P'Arthit..." panggilnya saat Arthit ternyata sudah maju dua langkah di depannya "Apa P' sudah lapar?" tanyanya kemudian.
Arthit berpikir sejenak "Tidak terlalu. Kenapa?"
"Kita mampir sebentar, ya?" Pintanya seraya menunjuk pameran yang tadi menarik perhatiannya. Arthit mengernyit sebentar namun buru-buru mengiyakan. Masih ada satu jam sebelum Mall ini tutup, pikirnya.
-$$$-
"Anda tertarik? Ini adalah mobil keluaran awal tahun 2017 lalu. Desain sporty namun tetap ramah lingkungan. Desain interiornya..."
Kuping Arthit langsung berdengung begitu seorang wanita cantik menghampiri dan memborbardirnya dengan presentase panjang soal spesifikasi mobil. Laki-laki itu menengok sekitar dengan kaku, ada banyak pengunjung tapi kenapa wanita ini justru mau repot-repot menghampirinya. Kurang bodoh apa lagi wajahnya supaya mereka tahu kalau Arthit ini bukanlah tipe pengunjung yang akan tertarik membeli satu untuk kenang-kenangan.
Salahkan dirinya yang memilih memisahkan diri dari kekasihnya. Arthit malas melihat Kongpob yang asyik berbicara dengan salah satu sales yang berjaga. Jangan bicara soal cemburu, sampai matipun Arthit tidak akan mengakuinya, dia hanya tidak mau dibuat pusing dengan pembicaraan level tinggi mereka.
Arthit yang seumur hidupnya lebih senang Go Green tentu saja tidak tertarik dengan barang mewah seperti ini, jadi dia memutuskan untuk berbalik diam-diam dan menikmati pameran dengan mata awamnya sendirian.
Sialnya, kenapa sales lain malah menghampirinya dan mengulangi keterangan yang sama. Arthit jadi berharap Kongpob ada di sampingnya.
"Kami akan melihat-lihat" Tiba-tiba jari-jari tangannya dikunci oleh tangan lain, Kongpob entah dari mana sudah ada di belakangnya dan menggenggam tangannya sembari menatap SPG itu dengan tatapan tajam, membuat wanita malang di hadapan mereka mengerti dan pamit kembali ke posnya.