Kitten (Part 2)

1K 108 5
                                    

Sudah ada sepiring nasi dengan telur dadar favoritnya terhidang di meja, sudah berkumpul teman-temannya membicarakan tugas yang harus dikumpulkan di kelas pertama, sudah tersedia juga segelas es kopi yang akan membuatnya terhindar dari rasa kantuk pagi ini. Namun semua itu tak membuat Kongpob merasa tenang, tangan kanannya mengetuk-ketuk sendok ke piring dengan arama lirih, sebelah pahanya ikut bergoyang sementara matanya terus mengawasi sekitar seolah menanti seseorang. Dia bahkan sudah tak menghiraukan ocehan teman-temannya yang sudah mulai berbelok membicarakan pertandingan sepak bola tadi malam.

Tidak ada yang menyadari kegelisahannya selain may yang sedari tadi memang sudah mencuri-curi pandang padanya,

"Ada apa, Kong?" Tanya May penasaran, Gadis itu tanpa sadar ikut menolehkan kepala ke arah pintu masuk kantin.

"Eh, Bukan apa-apa, May" Jawab Kongpob tersentak, tidak menyangka ada yang memperhatikannya. Pemuda itu buru-buru menyendok kembali makanannya dan berpura-pura antusias, tidak menyadari sahabatnya, M, melemparkan pandangan antara dirinya dengan May dengan bibir melengkung ke bawah.

Kongpob kembali menggerakkan kepalanya lima menit kemudian dan  kali ini snyum samar akhirnya terkembang dari bibirnya. Ketika gerombolan kemeja maroon dengan wajah-wajah tak asing memasuki area kantin.

Nyatanya bukan hanya Kongpob yang menyadari kehadiran mereka. Tentu saja, dengan volume suara lebih tinggi satu oktaf, Bright dan Toota terlihat sedang memperdebatkan sesuatu,  sayup-sayup terdengar soal sepak bola dan taruhan.

"Selamat pagi, senior"

May dan Em melebarkan mata, lantas saling berpandangan sejenak sebelum kemudian bersama-sama menatap meja Kongpob yang ternyata sudah kosong karena si empunya entah sejak kapan sudah melesat dan menyapa Geng paling ditakuti di fakultas tersebut.

Bright dan Toota langsung diam, menatap menganga pada seorang junior yang sudah mereka hapal di luar kepala. satu-satunya junior yang tak kenal rasa takut, bahkan menurut mereka sedikit gila. Bagaimana tidak, pagi ini sepertinya sangat cerah sekali sampai-sampai mereka bisa melihat pantulan sinar mentari dari wajahnya.

"Pagi, nong! Ehm... Ada yang bisa kubantu?" Toota menjawab salam Kongpob lebih dulu, niatnya ingin menggoda tapi ekor matanya keburu menangkap ekspresi mendelik Knott, seolah mengingatkannya kalau sekarang masih masa OSPEK. Mereka masih harus menjaga jarak dengan anak baru.

"E... P'Arthit..." Kongpob ragu-ragu, namun akhirnya memusatkan perhatian pada senior paling pendiam diantara mereka.

Bagai dikomando, panggilannya sukses membuat semua mata tertuju pada sang empunya nama. Ketua Ospek yang dikenal pemarah itu mengangkat kepala dan menyipit melihat muka berseri-seri Kongpob.

"Ada apa?" Tanyanya ketus.

Senyum di bibir Kongpob sedikit memudar, baru menyadari kalau pagi hari bukanlah waktu yang tepat untuk memulai percakapan dengan sang senior, setidaknya sampai pemuda itu mendapatkan asupan pink milk.

'Mau bagaimana lagi, terlanjur basah' batinnya menghela nafas pasrah.

"Ada yang ingin kutanyakan"

"Hmm... aku mendengarkan"  Entah memang tak mengerti kode atau sengaja mempermainkan, Arthit tetap berdiri di tempatnya dan menatap Kongpob datar, menantang pemuda itu mengatakan apa yang ingin dia katakan. Arthit lelah mendengar bocah itu berbicara omong kosong atau malah menggodanya setiap kali  mereka tak sengaja bertemu berdua. Jadi apakah dia akan tetap melakukannya jika ada penonton, dia ingin lihat.

"Anak kucing tempo hari..."

"Kenapa kalian masih disini. Buruan antri sebelum makin panjang, aku titip minumanku jangan sampain kehabisan" Kongpob baru akan  benar-benar mengatakannya namun arthit buru-buru memotong, matanya melebar dan tubuhnya terlihat salah tingkah mengusir teman-temannya agar menyingkir. Toota dan Bright terlihat keberatan disuruh-suruh namun Knott dan Prem dengan segera menarik mereka menjauh.

Opposite AttractWhere stories live. Discover now