PART 3 [SUDDEN]

606 38 8
                                    

Erissa's POV

Tok...tok...tok...!

Suara ketukan pintu depan rumah terdengar saat aku baru saja menyalakan televisi.

"Mattew! Bukakan pintu!" teriakku.

"Buka saja sendiri, kan kakak yang di bawah." Dia berteriak balik.

"Iissh! Ini anak kadang menyebalkan sekali." Dengusku. Akhirnya aku pun bangun dari zona nyaman ku dan membuka pintu.

Ceklek...

Pintu terbuka. Aku melihat seorang pria berdiri membelakangi.

"Cari siapa, pak?" tanyaku.

Dia berbalik, "Oh? Papa ada di rumah, dek?"

"Papa belum pulang. Dengan siapa, ya?"

"Saya temannya, tepatnya teman masa kecilnya. Ini benar, kan, rumah bapak Arif?"

"Oh. Iya benar. Tapi papa belum pulang, om. Apa om berkenan untuk menunggu? Paling sebentar lagi pulang."

"Yasudah, tidak perlu, dek. Nanti saya ke sini lagi lain hari. Saya pamit dulu. Terimakasih, ya." Orangtua itu berjalan keluar pagar. Aku tetap diam di pintu hingga dia menaiki mobilnya. Namun ternyata dia tidak menyetir. Ada seorang laki-laki yang menyetir di sampingnya dengan jendela terbuka.

Seperti pernah melihat? Aku memiringkan kepala, mencoba berpikir. Namun pintu segera ku tutup ketika tidak menemukan jawabannya.

***

"Ah! Bagian ini aku tidak paham artinya." Seru temanku yang laki-laki putus asa melihat bacaan yang isinya bahasa inggris semua.

"Sini coba aku lihat!" Temanku yang perempuan meraih buku itu.

Bola matanya bergerak teratur membaca satu kalimat yang tidak Hendra pahami, dan pada akhirnya dia menjawab, "aku juga bingung."

Wajah-wajah yang awalnya penuh harapan berubah menjadi lesu dan semua mendengus kesal.

"Sok-sok baca, ternyata tidak mengerti juga." Yang laki-laki meledek.

Drrtt...Drrtt..

Satu SMS masuk di ponselku. 'Oppa' a.k.a Kak Stevan.

"Sa, lagi dimana? Aku dan orang tuaku akan main ke rumah mu. Kebetulan mereka baru saja pulang dari luar kota."

"Di rumah. Boleh, tapi kakak tidak usah ikut bisa? Hahaha."

"Kalau saja tidak dipaksa untuk menyetir, aku tidak akan ikut. Malas juga bertemu denganmu. Bosan."

"Whatever, kak. I don't care." Balasku.

Aku meletakkan ponsel lagi di lantai dan kembali bergabung dengan kelompok.

"Erissa, punya kenalan yang pintar bahasa inggris?" Tanya temanku.

Aku berpikir sejenak, "Oh! Ada!" pikiranku langsung menuju Kak Stevan yang sering mengikuti lomba debat bahasa inggris.

"Siapa?" sambung yang laki-laki.

"Kak Stevan."

"OH MY GOD!" yang perempuan tiba-tiba memekik, "kamu kenal dekat sama dia?"

"Iya." Jawabku santai.

"Sangat dekat?"

"Iya, dari kecil." aku langsung meraih ponselku lagi tanpa menghiraukannya, mengontak kak Stevan untuk cepat datang ke rumah. Sedangkan, dia masih diam mematung melihatku merespon dengan santai. Hal yang biasa ketika seorang temanku mengetahui hal itu.

TSILY [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang