EPILOG

266 29 11
                                    

Aku tahu bahwa cinta tak harus memiliki. Tapi aku juga ingin kamu tahu bahwa aku sangat benci kalimat itu.

.

.

.

Matahari menyambut kedatangan seorang pemilik Chardo Group, perusahaan pemilik restaurant, produksi makanan, dan perhotelan di Korea Selatan. Dia tersenyum karena masih diberikan kesempatan untuk pulang ke Negara asalnya, serta tak sabar untuk bertemu seorang wanita yang dulu pernah disayanginya. Jantungnya berdebar tak sabaran melihat wanita itu. Bagaimana wajahnya sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Dan, apakah masih ada ruang di hatinya? Kalaupun sudah, tak mengapa. Yang terpenting adalah dia bisa bertemu lagi sama wanita itu.

"Tuan, mau turun di mana?" tanya supirnya.

Dia berpikir sejenak. Mengingat lagi tempat yang sudah dijanjikan dengan wanita itu.

"Di alun-alun Bandung," katanya.

"Baik."

Mobil sedan hitam mengkilapnya melaju menerobos matahari di sore hari. Dia mengambil buket bunga di sampingnya. Hari ini adalah hari yang paling tidak bisa diprediksi. Dia akan mengungkapkan perasaannya, dan tidak tahu akan seperti apa jawaban dari wanita itu.

Drrt.

Ponsel di pangkuannya bergetar. Satu pesan masuk.

1 message from Erissa

Dia membukanya.

Kak Rey, jadi bertemu di alun-alun?

Katanya.

Dia, Reyhan maksudnya, tersenyum mendapat respon positif dari Erissa atas ajakannya. Dia kira Erissa tidak akan mau karena sudah lama sejak kepindahannya ke Korea Selatan.

Dia segera mengetik dengan ibu jari yang bergetar.

Jadi, Erissa. Kamu sudah ada di sana?

Reyhan mengetuk-ngetuk ujung sepatunya di lantai mobil, melihat keluar jendela. Mengira-ngira apa yang akan terjadi nanti setelah dirinya mengungkapkan perasaan pada Erissa. Apakah Stevan masih ada di sampingnya? Atau bahkan sudahkah dia mengungkapkan perasaan terlebih dahulu pada Erissa? Entahlah. Yang terpenting Reyhan harus mengungkap perasaan yang selama ini ia pendam dan sangat mengganggunya. Sekarang dia merasa sudah menjadi orang sukses, wanita mana yang tidak mau dengannya? Bukan begitu?

Satu menit. Dua menit. Dampai 10 menit belum ada balasan dari Erissa. dia memasukkan ponselnya ke dalam jas hitam yang ia kenakan, kemudian bersender.

Beberapa menit kemudian, tidak terasa mobilnya sampai di dekat alun-alun. Tapi ternyata tidak mendapat area parkir karena di depan sana sudah penuh dan terlihat seperti lautan manusia. Mau tidak mau, mereka putar balik untuk mencari tempat parkir meski agak jauh dari alun-alun.

Erissa sudah menunggu di taman sedari tadi. Baterai ponselnya lowbat dan dia tidak tahu apakah Reyhan menjawab jadi ataukah tidak. Untung dia tidak sendiri, ditemani oleh seorang pria yang snagat ia sayangi, yang selalu siaga menjaganya. Tapi sekarang dia sedang izin ke toilet, jadi Erissa hanya seorang diri di taman menunggu kedatangan Reyhan.

"Erissa!" sebuah suara berat terdengar. Entah darimana, Erissa menoleh kesana kemari tapi ia kesulitan menemukan darimana suara itu berasal. Dia yakin dan masih mengenali suara itu. Pasti Reyhan sudah ada di sekitarnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TSILY [END] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang